Friday, September 20, 2019

Pecandu Koreng


#25

Lalu kenapa kamu korek korek lukamu lagi? Koreng memang gatal, seperti mengharuskan kita untuk selalu menggaruknya, memberikan rasa nyaman sejenak karena seakan luka itu diperhatikan. Tetapi sesudahnya akan meninggalkan lobang menganga berupa koreng baru dengan kedalaman yang lebih dalam lagi. Terutama ketika tidak ada hal lain didunia ini yang harus dihadapi kecuali serangan demons yang membabi buta, meniadakan hari malam dan membakar ketika siang. Mereka begitu lihai menghasut hati untuk tetap tunduk merunduk pada ego yang menjulang. Apa daya, semua peristiwa memang hanya ada didalam dunia hati, dunia angan angan dan perasaan belaka. Mencernanyapun dengan hati karena memang keadaan sampai separah inipun sebenarnya inti masalahnya adalah perasaan; urusan hati. Bahkan tidak ada satu orangpun yang akan sanggup memahami betul apa yang menyebabkan begitu kuat tekad untuk memilih jalan perih.

Memang hampir mustahil dapat menyelami perasaan seseorang secara persis. Yang ada paling adalah empati dalam bentuk melibatkan diri ke dalam perasaan orang tersebut, setidaknya membagikan kepedihan yang sama. Selebihnya dikendalikan oleh logika biasa, logika umum yang juga banyak disetujui orang karena memang sesuai dengan atuaran kepantasan dan norma sosial. Berpikir logis, atau bersikap dengan menggunakan alasan logika, tentu saja akan mengabaikan kepentingan hati. Logika menunjukkan jalan terang menuju depan dengan rambu rambu yang sudah jelas bisa menuntun sampai ke ujung tujuan hidup kelak. Bahwa norma  sosial dan etika kemanusiaan yang berlaku di masyarakat umum juga berlaku bagi siapapun. Tidak peduli dia adalah perayu ulung, pemikat hebat, atau penyinta yang luar biasa. Logika juga samasekali tidak fleksibel tidak seperti hati yang kadang seperti karet, melar sana melar sini, mekar, mengkerut lagi. Seperti selayaknya benda hidup, bergerak dan berkembang mengikuti arus suasana yang mudah berubah dan berganti haluan. Apalagi jika datang saatnya bosan! Logika bersifat kaku, memaksa dan rajatega.

Jika hati menghendaki sesuatu yang diyakini sebagai sumber  kebahagiaan abadi, maka kekuatanyapun akan mengalahkan sang logika. Peperangan batin atau perang fiksi tentu masih akan terus terjadi sampai lama lagi karena logika tidak akan menyerah begitu saja dan terus menghasut akal supaya tahu menempatakan diri. Sayangnya hati adalah tempat egosentris berpusat dimana fungsinya untuk kepentingan mempengharuhi laju jalannya cerita kehidupan umat manusia dan peradaban. Masalahnya  kondisi hati yang seperti dikisahkan diatas tidaklah sehat, sedang sakit tuna grahita untuk urusan duniawi. Setiap orang memiliki cara pandang dan cara pikir sendiri yang kesemuanya dikendalikan oleh hati. Kekuatan inti dari semua kejadian di atas muka bumi adalah karena kemauan hati, karena ketidak mauan hati. Itu saja!

Sang logika menggandeng akal akan terus memamerkan norma norma, aturan kepantasan, etika moral, kecerdasan emosional, kepekaan sosial dan lain lainnya dan kesemuanya pasti masuk akal sehat, aman dan nyaman dunia akhirat. Terkadang niat baik dari sang logika diartikan sebagai demons oleh sang hati, iblis yang berpesta tepat ditengah luka. Seperti belatung menggerogoti bagian tubuh hidup yang membusuk. Segala hal yang merugikan dan tidak mengenakkan dipropagandakan, segala macam dalih tentang tenggang rasa dan iba dikampanyekan. Intinya hanya satu, meminta hati untuk menghentikan aksinya yang sudah menyalahi aturan sosial yang ada dan sudah seharusnya ditaati bersama; norma sosial.

Hati bermahkota batu, meyakini jalan perih adalah jalur rintisan setapak menuju bahagia. Berbekal kisah perjalanan perjalanan ajaib dan transformasi perasaan yang gaib, keyakinan terbangun seiring berkembangnya perasaan. Segala sesal, rasa bersalah, kecewa, marah dan sedih berbaur silih berganti bagai badai yang tidak kunjung berhenti. Dan sang hati hanya menganggapnya sebagai dinamika yang akan membentuk sebuah kaldera baru nanti jika badai sudah mereda. Kaldera yang belum tersentuh oleh kehidupan apapun sehingga nanti cukup untuk menempatkan segala sesuatu dari masa lalu sesuai dengan kriteria dan tempatnya  yang terjaga.

Sementara itu gatal pada koreng tak akan berhenti menyiksa. Tindakan gegabah dengan mengorek pada koreng itu justru dinilai sebagai cara menikmati luka. Padahal, siapatah yang menghendaki luka, kecuali mereka yang sedang sakit jiwa. Sehingga orang lain, sesuai dengan standard logika umum, dengan enteng akan menganggap bahwa ia tidak lebih dari seorang pemelihara luka dan pecandu koreng. Play victim! 



happy birthday, buderfly!



Pabrik 190920






Tuesday, September 17, 2019

Bahasa Bisu


#26
Apa makna diam, ketika dua muka berhadapan dan tak saling bersapaan. Menjadi dua gunung batu yang sama sama memeram gemuruh magma. Atas nama perbuatan bijak, kata kata dimatikan dan berganti dengan diam yang menggenang. In silent mode. Secara ajaib juga tidak ada kalimat yang terbuang. Ribuan pertanyaan mengamuk tertahan di kerongkongan. Mereka memaksa untuk keluar meloncat dari indera pengucapan berupa kata kata kasar layaknya gonggongan satwa. Demons telah membuat kekacauan pada jeroan si badan. Membakari semua yang bisa dibakar, memporak porandakan semua yang nampak tertata. Dunia menjadi tenggelam di perairan terdalam, pada titik suhu terdingin.

Diam adalah pilihan supaya damai, ketika seluruh alam batin hanya berisi hasutan dari ribuan demons yang tidak sabar ingin memamerkan diri. Sikap mengalah akan membawa kemenangan pada aspek lainnya. Memilih untuk menerima panasnya api dan menghayati perihnya luka adalah cara bijaksana untuk menunjukkan cinta.  Diam diam, diam menjelma menjadi kesedihan yang seolah tidak berkesudahan. Jangkauan memori pada kenangan masa lalu tiba tiba menjadi terang benderang dan semuanya terangkai rapi dalam sebuah cerita baru yang melengkapkan drama sebelumnya.

Mustahil kesedihan tanpa musabab. Setiap kesedihan pasti disebabkan oleh sebuah kehilangan. Kehilangan akan keyakinan, kehilangan akan benda, kehilangan akan kepercayaan dan segala macam kehilangan yang ada dimuka bumi ini. Tetapi tentu yang paling menyedihkan dari sekian banyaknya jenis atau  macam kehilangan, maka kehilangan harga diri adalah kesedihan yang paling parah tingkatannya.  Kekecewaan yang melebihi batas takaran umum dapat menyebabkan orang sakit jiwa atau mati; entah karena membiarkan diri mati atau karena bunuh diri. Memperjuangkan diri untuk terhindar dari kedua akibat diataspun sulitnya setengah mati.

Diam sungguh bukanlah emas, tetapi semata mata kebijaksanaan hati untuk tidak menerbitkan perkataan pengundang cemas, untuk tidak menabur gasolin diatas bara dendam. Membiarkan diri dijajah demons yang murka adalah perlawanan paling santun yang bisa dilakukan. Tidak semua hal harus diucapkan. Dan jika pertanyaan pertanyaan jujur akan menyebabkan kesakitan, maka lebih baik pertanyaan itu diredam dengan diam. Biarkan pikiran berkelahi di rongga otak. Biarkan hati saling beradu kuat dengan logika. Biarkan perang fiksi terjadi tanpa publikasi.

Satu persatu kongsi pergi menjauh oleh sebab jenuh. Meninggalkan bekal berupa doa agar tetap kuat melintasi gurun berbadai seperti sebelumnya. Mata berkaca ketika tangan dilambaikan tanda perpisahan, memandang kasihan dari kejauhan dan tak sanggup lagi memberi makna sebagai penolong. Pada akhirnya setiap orang memang akan harus sendirian di ujung takdirnya. Membawa kenanganya masing masing sebgai catatan, sebagian lagi menjadikannya sebagai kebesaran masasilam.

Tragedi yang pernah terjadi akan dikubur diam diam, dan seolah olah telah berganti alam dan tidak memiliki lagi masa lalu  yang merongrong kebahagiaan. Didiamkan saja didalam ingatan, diabaikan seolah olah hanya berisi penyesalan dan tidak memberikan manfaat bagi kehidupan. Dihindari segala sesuatu yang dapat menyinggung si kenangan agar tidak bangkit menebar terror lagi dengan hal hal baru. Toh sulit untuk dipungkiri bahwa kenangan hitam sialan itu adalah bagian dari kehidupan sehari hari yang harus dijalani tanpa harus diceritakan. Sungguh menyakitkan bagi diri si pemilik pikiran seperti itu.

Dan siapa bilang bisu tidak bisa bicara dan tidak mengenal bahasa? Sebab diam membisu adalah bahasa paling tua yang pernah ada di bumi manusia. Justru diam membisu memiliki terjemahan tidak terbatas dari bahasa kalbu yang paling munafik. Diam membisu memberikan ajaran untuk tidak jujur kepada perasaan sendiri demi menjaga perasaan orang lain. Diam mengajarkan huruf huruf dan merangkainya dalam percakapan bisu yang panjang dan tidak berujung. Merangkai kata kata dalam setiap bahasa yang bisa dimengerti oleh mahluk seisi dunia. Hanya saja memang tidak terperdengarkan di pendengaran. semua menggema di rongga batin, memantulkan penjabaran penjabaran Panjang tentang kecurangan dan penghianatan.

Diam bukanlah emas, tetapi semata menjaga supaya tidak timbul huru hara karena cemas.



Gempol 190917

Saturday, September 14, 2019

Jelmaan Luka


 #32

Kamu menjelma menjadi luka. Yang menempel ibarat gurita didalam jiwa. Hadirmu kini hanya membawa malepetaka, setelah sekian tahun kujaga selayaknya mustika. Kamu telah berani menghianati hubungan ini seolah didalam jiwamu tidak bersemayam hati. Sesuka kemauanmu yang tanpa batas itu saja hidupmu kau lepas. Dan itu membekaskan luka demi luka yang beranak pinak didalam kepalaku. Ya, kamu mustika jiwaku telah menjelma menjadi luka membiru.

Sekarang sungguh keyakinanku atas sikapmu menjadi goyah. Perih mata memandang langkah, dan gelap hati membawa diri. Ya, kamu menjelma bangsat yang tak henti menghisap. Ceritamu yang penuh dusta telah melahirkan luka luka baru diatas luka lama, yang harus aku  jalani dan terima. Gayamu seolah engkau tidak berdosa, tertawa sambil melihatku meregang menahan perih. Tawamu tak membantu sembuhku, hanya menambah marah yang membuncah seolah kawah.

Kamu sudah menjelma luka, yang menempel tepat dibelahan jiwa. Setelaga ciu dan seladang rumput surga tak akan mampu menebus perih yang kamu bawa. Kamu adalah bagian hidupku yang tak terlihat namun terasa, yang kemudian dengan semena mena menimpakan seluruh kesaksian akibat dari apa yang kau buat.

Kamu menjadi koreng bernanah, perih dan mengganggu yang selalu saja ingin kuhindari untuk memikirkan setiap tingkah laku durjanamu. Ribuan pedang menghalang langkahku, terepenjara dalam perang fiksi yang melumpuhkan logika. Mengerang dan menjerit tak membantu mengurangi pedih, menendang dan menghantam tak juga mengurangi serbuan musuh yang seolah tanpa henti berbuat keji. Sakit yang terlalu lama telah melupakan bahwa sakit itu ada. Goresan demi goresan kebohongan kamu buat layaknya mahakarya yang akan mengantarkanku ke gerbang neraka.

Kamu menjelma luka, selayak daging tumbuh yang telah menjadi bagian dari rasa sakit dan bahagia. Kamu tenggelamkan aku dalam danau danau kesedihan yang tak berkesudahan. Dan aku diam menjalani dan menerimanya. Jeritanku sudah habis kehilangan intonasi. Membagi denganmu, aku telah kehabisan suku kata untuk mengungkapkannya. Aku hanya berharap kamu akan melihatnya  sebagai sesuatu yang layak untuk dihargai saja. selebihnya biar aku yang akan meneruskan perang fiksiku melawan luka buatanmu, dan jutaan kuman demons hasil ciptaanmu.

Ini aku yang kamu lukai. Sungguh tidak pernah kukira akan seberat ini memperjuangkanmu. Jika kamu pernah mendengar sumpah tentang perjuangan, maka lihatlah sendiri seperti apa perjuangan yang semestinya. Aku telah habis habisan membelanjakan perasaanku, dan tetap bersumber kasih sayangku padamu. Meskipun kamu adalah lukaku. Kamu pasti setuju bahwa aku bisa saja membuatmu hancur luluh lantak tak bersisa bagi hidupku. Tetapi itu bukan sifatku, dan bukan semangatku sejak pertama kali kita bertemu.

Kamu menjelma luka, yang menunggu waktu untuk membentuk gambar gambar baru di masa laluku.



Kost 190914

Friday, September 13, 2019

Chit - Chat



Yang membuat aku begitu menyayangimu adalah pribadimu. Sifat ngemongmu menjadikanmu  sosok pelengkap hidupku. Segala takut dan cemasku lenyap ditelan angin setiap kali aku bersamamu, bahkan setiap kali engkau hadir di alam batinku. Lalu keseluruhan kehadiran fisik dan non fisikmu yang perlahan menjadi zat vital bagi kehidupanku. Karena memang seperti katamu sebelumnya, kita seperti udara. Saling membutuhkan dan saling memberi penghidupan. Aku rasa kita mungkin telah jatuh cinta sejak sangat lama, hanya saja kita tidak menyadarinya. Tangis pada langkah pertama perpisahan telah melahirkan trauma betapa akan merananya dunia tanpamu di hidupku. Maka, kasihanilah aku, ijinkanlah aku untuk tetap selalu ada dalam hidupmu.

Ketika dahulu pertama kali bertemu denganmu, aku sungguh tidak menyimpan harapan apa apa. Aku senang memberimu kejutan kecil dengan kedatanganku ke tempat kerjamu kala itu. Selebihnya aku tak melihatmu sebagai sesuatu yang istimewa, hanya biasa saja. Duniaku sedang begitu ramai kala itu, berjubel orang orang dari kaummu yang meminta perhatianku. Ya, dunia unik dengan komunitas unik itu mendekatkanku kepada banyak kaummu. Salah satunya adalah kamu. Kita tidak pernah lupa bahwa kita dipertemukan pertama kali melalui kehendak hati dari sana. Aku tahu kamu pengagumku juga seperti beberapa orang lainnya.

Sekian banyaknya mereka yang menyuka, ada yang paling aku sukai. Namanya kamu. kenapa aku suka kamu waktu itu, aku tidak ingat karena memang tidak kurencanakan hidupku untuk menyukaimu. Beberapa orang menawarkan hatinya untuk dijadikan tempat teduhan, sebagai persinggahan, bahkan sebagai hiburan. Sebagian menawarkan telinga untuk mendengarkan, untuk merasa dianggap menemani. Aku juga tahu bahwa mereka ada yang rela untuk menyerahkan masa depannya kepadaku. Tiba tiba kusadari bahwa kita telah berjalan bersama begitu saja. Hanya berjalan bersama dan mereguk makna bahagia dari setiap perjalanan yang kita buat serta pengalaman yang kita catat. Kita selalu  bergandengan tangan, dan belakangan kita menyadari bahwa kita tidak bisa lagi saling melepaskan. Kamu adalah bagian hidupku dan aku adalah bagian hidupmu.

Dan tanpa rencana sebelumnya kita telah memiliki dunia misterius yang sangat membahagiakan. Begitu membahagiakanya  sehingga banyak kaummu terkapar lunglai terkena virus meri. Mereka berharap ada di posisimu sebagai obyek utama pemujaanku. Sebagian lagi menerka nerka tentang keberadaanmu yang antara nyata dan maya. Jika bertanya  tentang sosokmu, kepada mereka akan kuterangkan siapa kamu. Akan kujelaskan juga betapa aku menyayangimu dengan perasaan sayang dengan kualitas terbaik di dunia. Bahwa kamu adalah manusia terbaik yang dianugerahkan Tuhan kedalam hidupku untuk menjadi bagiannya. Tentu akan ada juga yang menganggapmu hanya imajiner, lalu menempatkan dirinya menjadi seolah kamu. Lalu akan kuceritakan kepadanya  bahwa hubungan kita tidak bisa didefinisikan sebagai salah satu bentuk hubungan yang ada di dunia. Hal itu terjadi karena sangking lengkap dan sederhananya hubungan kita. Masing masing kita bisa menjadi apapun yang kita butuhkan kapan saja!

Hey.. lihatlah mukamu merah padam tersiram kata kata rayuan terabaik di alam kenyataan. Aku bahagia telah membuatmu megap megap karena bahagiamu yang meluap keluar dari debar dada. Satu saat kelak aku ingin membacakan curahan perasaan yang kutulis, langsung ditepi telingamu. Sambil memelukku. Saat itu akan kubawa engkau menjelajah dunia sangat indah yang tidak pernah engkau lihat sebelumnya. Dan kupastikan sepenuhnya bahwa hanya akulah yang mampu membawamu kesana. Tulisanku berisi risalah tentang percakapan kita yang meniadakan jarak ribuan kilometer jauhnya. Aku suka ketika menikmati irama tambur dari dalam dadamu ketika kata rayuku menghambur. Aku bahagia bisa membuatmu bahagia. Ribuan cerita akan engkau dengarkan dari sela bibirku, tentang segala macam hal yang tak menentu. Dulu, mata tidak simetrismu akan menghujam tajam ke mukaku, pertanda antusiasmu menanti kata kata yang berloncatan. Dan itu terjadi sejak awal kita dipertemukan, hingga sekarang dan entah mungkin sampai kapan. Aku senang membagi cerita tentang kehidupan dan pengetahuan denganmu. Tetapi yang paling aku senangi adalah melumuri seluruh perasaanmu dengan limpahan ungkapan kasih sayang yang membanjir. Biasanya senyummu akan merekah, dan pipimu memerah tiba tiba. Kamu tahu, kenapa ketika kita tersipu pipi kita menjadi merah? Itu karena sebagai pertanda bahwa perubahan warna itu menandakan titik paling nikmat untuk dicium!

Ah, berbicara denganmu seolah tidak pernah ingin berkesudahan. Selalu saja ada cerita dan kata kata yang engkau kemas laksana pujangga; kata kata yang membawaku ke tempat terindah dalam hidupku, di palung cintamu. Aku sungguh beruntung menerima semua curahan kasih sayangmu yang berlimpah itu. Dan tidak bisa kubayangkan seandainya kamuku menerima perlakuanmu seperti ke aku, niscaya dia akan jatuh ke tanah dan tak bisa terbang lagi. Itulah bagian terbaik dari dirimu yang membuatku terpikat dan tak mampu menggugat. Aku luluh lantak setiap katamu menampar jantungku. Aku bahagia.

Jangan, jangan kau  bagi hatimu lagi pada sesiapa, termasuk dokter jiwa. Cukuplah aku teman kecilmu, si culun yang menemukan pegangan. Akan kutemani langkahmu melintasi segala musim. Kuikuti setiap penjelajahanmu yang ajaib itu, dan aku  akan selalau ada disana menjadi saksi pertama. Demikian juga kamu, akan tetap menjadi malaikat penjaga yang akan selalu ada dimanapun aku  sedang berada. Tetaplah jaga inginmu untuk selalu bertemu, agar tetap tumbuh pohon cinta yang sudah berubah menjadi peneduh jiwa.



Kost 190913






Saturday, September 07, 2019

Doa Pagi


Saat ini tidaklah banyak pintaku padaMu. Cukuplah turunkan hidayahMu yang maha dahsyat itu untuk memberangus gelisahku. Untuk menghadirkan damai dalam hari hariku.
Aku letih ya Rabbi. Letih meladeni ujianMu yang membuatku seolah terombang ambing di hujan badai nan gelap gulita. Semakin kubertahan semakin pusaran kekuatanya mengoyak dada. Aku terombang ambing dan montang manting tak tentu rimba.
Ya Allah maha pengasih, dengarkanlah ini hambamu yang merintih lirih. Telah kukorek luka lukaku hingga ke ujung sumsum hanya agar logikaku menjadi maklum. Tetapi lagi lagi yang kudapat hanyalah ribuan iblis yang datang menyerbu sambil senyum. Bukankah mereka ciptaanMu juga, Tuhan?! Ufh, sungguh mereka bengis laksana taji. Mengoyak dan merobek dada dan kepalaku sesuka hati. Sungguh perih, Tuhan.
Tuhan aku merindukan cahayaMu. Cahaya yang engkau jadikan pelita bagi dunia, yang menerangi hati hati yang sedang keruh oleh sebab kekecewaan yang ngujiwat. Hambamu mohon penerangan, ya Allah.
Lihatlah kulit di tubuhku penuh goresan pisau cutter. Sebagai penanda begitu banyaknya kebohongan yang dilimpahkan padaku tanpa perasaan.  Aku bahkan kehilangan arah, ya Gustiku. Sudah kukirim sanjungan dan pujian kepada rasul dan malaikatmu, agar sedikit saja sudi memberi karomah bagi jiwaku yang sakit. Bersloki ciu sudah menghambur ke dadaku, menimbrung untuk perang fiksi yang penuh debu.
Tuhanku, aku lelah meladeni pikiranku sendiri yang menjelma serupa iblis. Mereka muncul dari setiap jejak kenangan. Yang tertinggal disetiap sudut bumiMu, lalu datang menyerbu tak pandang waktu. Tanganku mungkin letih, badanku penuh dengan luka. Darah bahkan belum berhenti bergulir dari luka luka yang baru, diatas bekas goresan luka sebelumnya. Telah kuhitung berapa banyaknya luka yang diciptakan bagiku, tetapi selalu saja aku kesulitan menghitungnya. Terlalu banyak dan terlalu sering!
Tuhan, kata temanku aku memelihara dan menikmati perihnya luka yang kugali sendiri dengan pikiran. Sungguh ini hanya upayaku untuk mengamputasi luka jiwa yang menempel laksana benalu. Aku hanya ingin membersihkannya dengan kebenaran untuk kemudian merenungkan hikmah dari cerita yang Kau sajikan di hidupku. Membersihkanya dari bercak dan tanah, obyek asing yang bersemayam dibalik infeksi luka bernanah. Kelak akan lebih cepat sembuh atas kuasaMu ya Pangeranku, aku percayakan padaMu saja untuk kesembuhanya karena nyatanya tidak ada satupun manusia yang mampu untuk membantu menyembuhkannya.
Tuhan Yang Maha Pengasih,
Dengarlah doaku yang seolah menagih. Hadirkan damai dalam pikiranku dan turunkan hidayahMu agar ikhlas hatiku menjalani semua yang Engkau kehendaki. Aku telah berubah menjadi mahluk baru jauh dari kehendakMu. Aku telah tersesat didalam labirin pikiranku sendiri yang menghamparkan belantara api tanpa tepi. Hanya padaMu akau berharap pertolongan dan hanya padaMu hamba memohon pengampunan.
Tuhan pemilik hidupku,
Jika paduka memutuskan untuk menyudahi cerita hidupku dan menghadirkan malaikatmu utuk mencabut nyawaku sekarang, akupun tidak akan banyak menentang. Matikan aku dalam kehendakMu ya Tuhan, dan akhiri saja seua derita batin yang harus kuterima dan kujalani penuh siksaan ini. Untuk dia yang mengharidkan siksa, doaku padanya semoga Engkau memberikan anugerah terindahMU, semoga semua keinginanya terkabul seperti selama ini doaku dan seperti selama ini terjadi pada hidupnya. Tak perlu aku merasa mendenam sebab aku percaya Engkau Maha Adil.
Tuhan Yang Maha Kuat,
Dukunglah langkahku menuju maju, agar kuat dan tak goyah oleh masalalu. Berikanlah ikhlas sebagai landasan setiap kejadian yang tidak menyenangkanku agar aku mampu selalu bersyukur atas karuniaMu.

Gustialah, nyuwun paring kawelasan dumateng kawulo.


Amien.

Gempol, 190907

Tuesday, September 03, 2019

The Lost Paradise



Hei kamu yang berada didalam badan anak ini, yang menggerakkan seluruh aktifitas berpikir anak ini. Kekejamanmu sudah semakin tidak terkendali. Aku pemilik badan anak ini, meminta kepadamu wahai kekuatan dahsyat yang tidak terlihat. Pintaku, sisakan sedikit saja rasa kasihanmu kepada jiwa dan raga bocah lemah ini. Dia sudah melewati batas batas normal tekanan dan aniaya darimu yang berlangsung sangat lama. Belum puaskah kamu menganiaya anak ini dan keluarganya?
Ah aku hampir lupa. Kamu pengisi pikiran dan penggerak otot syaraf bocah ini adalah iblis. Tugasmu di bumi memang hanya untuk menggagalkan dan menghancurkan segala bentuk kebaikan. Aku tahu kamu tidak akan pernah behenti menganiaya hingga anak ini benar benar mati membawa penderitaan lahir batin hingga ke alam baka. Itu sudah menjadi tugasmu dan kamu sudah melakukanya dengan sangat baik. Kamu meremukkan setiap sendi kehidupanya dengan sangat baik bahkan mendekati sempurna. 

Tapi jangan lupa bocah ini masih bernyawa. Hati nuraninya masih akan terus bertahan dari semua hinaan dan aniaya darimu. Anak ini diberkahi Tuhan untuk lebih kuat dari rata rata kemampuan manusia biasa. Hatinya yang rapuh terbuat dari emas dan sesungguhnya ia adalah manusia yang baik. Kebaikan hati yang mengalir dalam jalinan ruhnya yang kamu bakari setiap hari itu akan menjadi kekuatan yang akan memusnahkan pengaruhmu bagi kehidupanya. Saat ini baginnya, peran terbaik yang semestinya dilakukan adalah menerima dan menjalani semua. Menjalaninya dengan caranya sendiri yang bak cerita sandiwara. 

Kebaikan hati anak ini tidak akan perlu dijadikan senjatanya untuk menumpasmu. Anak ini hanya perlu menemukan titik netral dalam pikiran dan perenungan perenungannya agar bisa ditemukan kebijaksanaan sikap berpikir yang selama ini kamu keruhkan. Seharusnya tidak terlalu sulit bagi anak ini untuk menemukan kebenaran dan kekuatan dirinya sendiri. Bocah ini akan menemukan kembali hidup bahagia yang kamu cabik cabik berulang ulang. Penyiksaan yang kamu lakukan sudah melebihi cukup. Anak ini sejauh ini sudah menjalani dan menerima khianatmu hingga habis habisan.

Hei bocah kampung yang sedang merana. Inilah aku malaikat malaikat penjagamu yang ditugaskan Tuhan untuk datang menghampirimu yang sedang mengalami banyak kesulitan. Aku menemukan pandanganmu keruh dan pikiranmu muram. Kamu linglung kebingungan dipermainkan pikiran yang berisi pertanyaan dan jawaban. Semua pertanyaan dan jawaban yang sulit untuk tidak dikonfirmasi kebenarannya. Semua menjadi prasangka buruk yang berubah menjadi sabit yang mencabik perasaanmu sendiri setiap saat pikiran membersit. Aku lihat kamu kewalahan menghadapi ujian ini sendirian. Orang orang hanya bisa menyaksikan kamu kelabakan dan tampak sekarat dari kejauhan. Tidak ada yang bisa benar benar ikut merasakan. Sama halnya kamu tidak bisa merasakan penderitaan dan kegembiraan orang lain. Kamu memang harus sendirian dan hanya bisa sendirian menghadapinya. Keluarlah sebentar dari kancah peperanganmu. Lihat kesana diantara denting pedang yang beradu dan mengepulnya debu; tanah surgamu yang remuk redam oleh perang fiksi

Ya perang fiksi!! Tegas dan jujurlah pada dirimu sendiri, pada hati nuranimu sendiri. Kamu yang membiarkan demons merengsek masuk alam pikiranmu dan cara pandangmulah yang justru mengundang demons untuk datang lalu beranak pinak dalm pikiranmu sekarang. Kamu yang memeliharanya. Semua tang terjadi di alam pikiran dan perasaanmu menjadi liar tanpa kendali. Kebingungan yang membuatmu pailit itu adalah hasil dari semua sikapmu yang tidak tegas dan tidak jujur pula. Tidak ada satupun orang yang patut kamu persalahkan. Tidak ada satupun kejadian yang patut kamu sesalkan. Sambutlah dan berpeganglah pada kasih dan cinta dari orang orang yang tulus menghargaimu sebagai energi penguat melangkah kedepan. Semua sudah terjadi dan tidak bisa diulang lagi, bahkan tidak bisa diperbaiki. Terima dan jalani sebab Tuhan sudah menentukan demikian. Itu teguran dariNya supaya dirimu bermakna bagi kehidupan. Berhentikan hujaman pisau berkarat yang menoreh kulitmu sendiri. Semua tidak ada gunanya. Merataplah hanya kepada Tuhan karena Dia rindu sifat rendah hati dan ketidak percayaan dirimu. Dua sifat dasar itulah yang membuatmu menjadi istimewa sebagai manusia. Terimalah perubahan yang terjadi dengan bijaksana kali ini. Kembalikan semua kepada titik dasar pemikiran tentang hal hal ideal dalam pengertianmu. Kamu memang dikhianati, disakiti dan dibuat hidupmu menderita. Tetapi kamu lebih kuat dari itu semua.

Hapuslah darah dari sekujur badanmu dengan hangatnya keinginan untuk menjadi baik dan nrimo . rawatlah luka lukamu dan serahkan hanya kepada sang waktu. Bekas bekas goresan di setiap sisi emosimu biarlah menjadi catatan tentang kebaikan yang pernah tersia siakan, sebuah cerita biasa buatan manusia di dunia. Letakkan diri sedikit dibawah orang lain, niscaya kamu akan patuh kepada hatinurani karena ego yang rendah hati. Menempatkan ego lebih rendah dari kata hati terkadang membahagiakan diri sendiri. Berbuat baik itu membahagiakan diri sendiri. Orang bisa dengan mudah mengabaikan hati nurani karena menganggap hubungan yang tidak lagi bermakna. Tidak ada nilai manfaatnya. Menjulangkan ego setinggi tingginya; sombong. Setiap orang memang berhak untuk menurutkan egonya. Tetapi jangan lupa ada etika yang selalu dipegang teguh oleh hatinurani dan sudah  diingatkan kepada akal pikiranmu sebelumnya.

Ego yang menjulang berupa kesombongan diri karena menganggap hidup kita sesuka kita. Makanya sering kali orang yang merasa dikecewakan akan bilang manusia nggak punya hati. Sekarang dan sampai kapanpun, diri adalah pemegang hak paling tinggi atas hidup sendiri. Semua orang juga demikian. Kalau mau ya bisa. Mendengarkan hatinurani itu soal mau atau tidak, bukan soal bisa atau tidak. Kalau kita mau mendengar hati nurani sebelum memutuskan sesuatu, seharusnya tidak akan berulang ulang melakukan kesalahan yang sama. Kamu tidak perlu lagi berkutat mencari jawaban mengapa orang bisa sebegitu tega memperlakukan sesamanya. Terlabih lagi, tidak akan kamu temukan jawabannya  untuk pertanyaan alasan orang bisa begitu tega menganiaya orang lain yang menyayanginya. Itu hanya soal persepsi! Abaikan perburuan beratmu untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang tidak bermanfaat itu.

Jika kamu melakukan kebaikan kebaikan kecil setiap hari tanpa berharap balasan dari kebaikanmu itu, kamu tidak akan mendapatkan apa apa. Juga tidak menjadi lebih kaya atau terkenal. Yang kamu akan terima hanyalah balasan emosional oleh sebab kita menyaksikan kebahagiaan yang berlangsung dalam kehidupan. Juga pemahaman yang lebih dalam lagi tentang apa gunanya hidup. Merasakan cinta dan memberikan apa yang tidak dapat dibeli oleh uang. Dunia menjadi begitu indah dan menarik. Maka tidak ada lagi hal lain yang akan kita inginkan di dunia ini ketika keinginan terbesar dan terbaiknya hanyalah berbuat baik, menebar kebaikan kepada kehidupan.

Hei pemilik badan wadag yang sudah terbelenggu tali pocong tak terlihat, dengarkanlah pamongmu bicara dan hanya padamu bicara. Aku tahu saat ini engkau merasa mati dalam menjalani hidup, tetapi yakinlah kembali bahwa hidupmu adalah anugerah terabaik yang diberikan Tuhan kepadamu untuk menebar kebaikan. Rawatlah kehidupan sebaik baiknya seperti sudah kamu lakukan sejauh ini. Berhentilah mengikuti arus merusak dirimu sendiri dan bertahanlan tetap bernafas sampaiTuhan akan mengirimkan hidayah kedalam hatimu yang gelisah. Kumpulkanlah semua keburukan dan aibmu sendiri sebagai kaca cermin kejadian, lalu jadikanlah itu sebagai energi untuk mengimbangi langkahmu yang terbelenggu.

Serahkan kembali kepada Sang Pemilik Hidup, hei anak ingusan. Serahkan semua kepadanya sebab kamu hanya serpihan debu bagiNya di alam semesta ini.


Surabaya – Jakarta 190902