:MP
Genap sebulan sejak
letupan bencana batin itu terjadi. Guncanganya masih saja seperti kemarin
terjadi. Segalanya porak poranda sehingga mengaburkan masa depan. Langkah
langkah bingung dan goyah oleh luka yang majemuk mencari arah yang tak dapat
ditemukan. Luka luka menganga menandakan pertempuran yang dahsyat dan
mengerikan. Setiap orang terluka, sobek di dada atau kepala oleh tebasan pedang
kenyataan. Dunia seolah berhenti berkehidupan dan hanya seolah mencacah jumlah
kerugian akibat hancur oleh khianat.
Sebulan berlalu dan badai
mengamuk belum lagi reda. Peperangan yang sangat diam melahirkan jiwa jiwa
penuh luka, penuh dengan dendam dan keletihan. Leleran darah dari luka segar
tak jua mengering meskipun badan letih oleh perang batin. Kehilangan dan
penyesalan telah bertransformasi menjadi kesedihan yang pekat. Erang kesakian
dan jerit ketakutan ditebar sepanjang jalan demi terlampiaskannya kecewa yang
bagaikan cuilan batu menancap di telapak kaki. Malam malam berisi api yang membakar
dada dan kepala, melahirkan sumpah serapah layaknya manusia sampah.
Rangka rangka masa depan
berguguran oleh sebab terbengkalai ketika batin sibuk berperang dalam bisu. Putus
asa telah menguras seluruh isi pesediaan energy yang biasanya begitu menggairahkan,
kini berubah lunglai tanpa pengharapan. Langkah langkah hara-kiri mulai dilirik
untuk dijadikan alasan terakhir menyelesaikan peperangan batin.
Begitu banyak orang terluka. Ada
yang berteriak menggelepar, ada yang mengerang seolah tubuhnya terbelah. Tak
kurang tujuh orang sudah berlumuran darah, masing masing memamerkan luka
menganga yang melambangkan duka terdalam. Semua terjadi hanya karena satu
langkah yang lupa diri, ketika dunia membutakan mata dari ketulusan dan
kedalaman kasih yang tumbuh secara alami. Semua rubuh ke tanah, tertikam oleh
kebohongan panjang demi dengus pelacuran. Satu langkah khianat telah
menyebabkan dunia bagai kiamat. Pikiran hilang arah, badan hancur dijajah, dan
batin yang compang camping dipermainkan kenyataan.
Kebingungan mempermainkan gelap
pandangan, tak jua mengendap segala keruh debu kenangan. Iblis menari nari
disana sini, mempermainkan jiwa yang tak berdaya ditikam segala bentuk
kebencian. Belum ada tanda tanda akan datang cahaya hikmah yang akan menuntuk
kepada sebuah hidayah. Tetap saja semuanya
harus hanya diterima dan dijalani sebab hidup tidak akan berhenti hanya
karena masalah hati. Bahasa hati punya komuniatasnya sendiri, komunitas sangat
rahasia yang tidak ada sama antara satu dan yang lainnya. Semua peristiwa
melahirkan cermin benggala dimana kita diingatkan untuk selalu setia kepada
nurani. Sebab hati nurani adalah tiang tengah yang harus jadi pegangan karena
berisi hukum etis tentang kepantasan, kelayakan dan adab. Semua berkaca,
menyelami diri yang selama ini terasa lena hidup bahagia. Nyatanya memang
segala yang terbentuk dari hati akan berakhir abadi. Keinginan tak pernah ikut
menua bersama usia. Harapaatn harapan baru dibangun sebagai penghiburan atas
getir aturan peradaban.
Badai akan mereda, lalu langit
akan terlihat lebih cerah dari biasanya.
Bambuapus 190313