Tuesday, December 08, 2009

Sketsa Rumah Kayu

Rumah itu bertiang kayu jati yang keras bagaikan besi, berwarna kemerahan tanda usia tua yang menjamin kekuatannya; menyangga seluruh konstruksi bangunan agar tetap kukuh ikut berdiri. Tugasnya memang menggendong sang rumah dan seluruh partikel bangunannya. Empat soko guru tiang jati menjadi kerangka dasar yang mengawali keindahan, keanggunan, kegagahan dan kesejukan bangunan yang disebut sebagai rumah, tempat segala urusan bermuara! Dindingnyapun kayu jati, tidak banyak warna dari bahan kimia sebab warna dan corak papan kayu sendiri sudah memiliki lukisan alami seindah pamor di bilah keris. Keindahan yang mengandung begitu banyak makna serta tulada sifat mulia manusia. Sebuah pelajaran agung bagaimana menempatkan diri sebagai manusia di dalam pergaulan sebagai dunia serta berbakti kepada Gusti. Garis garis usia pada bilah papan kayu, perubahan tekstur warna yang disebabkan oleh ramah atau ganasnya musim yang telah dilewati sang pohon, berisi tentang kisah kisah kebijaksanaan alam yang pemurah. Seluruh lantai terbuat dari parkel berbagai jenis kayu dengan bentuk dan perpaduan warna yang serasi, membuat lantai bukan hanya indah, tetapi selalu bersih dari debu demi menjaga keindahannya tetap pada kondisi utama. Lantai itu ternaungi ternaungi oleh atap genting tanah liat yang sudah berubah warna menjadi hitam dari merah menyala ketika barunya, warna hitam yang didapat dari semacam lumut yang mengering dipanggang kemarau. Rumah kayu, bertiang kayu, berdinding kayu dan berlantai kayu.

Lembabnya angin gunung telah mematikan debu, menggantikannya dengan hawa dingin yang terkadang seperti menusuk tulang iga dan tulang belakang juga. Amat jarang terdengar suara mesin meskipun akhir akhir ini semakin banyak sepeda motor melewati jalan makadam depan rumah, yang terkadang begitu mengherankan karena suaranya yang terlalu keras dan parau ditelinga tua. Tetapi rumah kayu ini harus hanya berisi kedamaian dan kebahagiaan tenanan. Kebencian tidak boleh tinggal dan tumbuh dirumah kayu. Dan untuk damai dan bahagia seperti dimaksudkan, mutlak harus mematikan segala pikiran negatif dan mengekspresikan ketidak sukaan. Dunia batin yang damai tidak berisi konflik maupun keluhan, melainkan hanya melulu berisi rasa syukur dan menyukai segala kejadian. Rasa syukur karena telah diberikan anugerah kehidupan berupa masa muda yang tertinggal di makam masalalu. Masa muda yang mati meninggalkan begitu banyak pelajaran hidup. Dikelilingi megahnya lereng bukit yang seolah dijaga oleh gunung menjulang berwarna hitam keabu abuan, rumah kayu adalah tempat tetirah dan ngitung mongso, menyimpulkan banyak kejadian dan pengalaman dalam tulisan yang memuliakan kehidupan serta memberikan wewaler bagi anak keturunan.

Di belakang rumah kayu seteleh melewati jurang kecil, tepi danau membentang tempat bertemunya dua anak sungai yang selalu mengalirkan air dari lereng gunung. Kehidupan dunia air berjalan dengan tenang tenang, selama manusia meniru cara pohon dalam konsep ekspansi material; makan sesuai kebutuhan. Memandangnya dari beranda kayu, memompakan kisah kisah klasik perjalanan kehidupan. Rumah yang dikelilingi oleh bermacam vegetasi budidaya maupun alami, selalu menghadirkan drama drama percintaan di masa muda. Orang orang datang dalam ingatan, menyajikan cerita mereka masing masing yang begitu mempesona saking indahnya. Setiap orang yang pernah hadir dan tinggal dalam hati ternyata diliputi oleh cerita kebahagiaan yang demikian indah. Sedangkan kenangan getir terpupuskan oleh damai yang selalu melingkupi hati. Kesedihan masa lalu terkenang tinggal sebagai bangkai ingatan, sudah terjadi dan sanggup untuk dilalui. Dan hidup akan terus memproduksi masalalu, yang ditentukan oleh sikap dan tindakan serta cara berpikir sendiri. Memang ternyata semua orang harus otodidak untuk menjadi tua.

Pekarangan yang tidak begitu luas yang mengitari rumah kayu ditanami pepohonan yang menyajikan bermacam macam buah secara begantian di setiap musimnya. Hampir setiap jenis buah yang bisa tumbuh dan berkembang di tanah kaki perbukitan itu ada di pekarangan. Diujung sisi kanan rumah, sebuah pohon sawo tumbuh paling kekar dan dominan diantara pohon pohon lainnya. Diantara batang pohonnya yang membelah bercabang cabang, tiga meter dari permukaan tanah gundul dimana akar kekarnya menancap sampai ke punggung bumi, sebuah rumah pohon dibangun berukuran dua kali tiga meter. Tak perlu tangga untuk mencapai dalamnya, sebab cabang pohon sawo memberikan bentuknya sebagai panjatan mudah. Duduk dibibir rumah pohon, kaki menjuntai memandang kebun sayur dan buah begitu menenangkan hati. Sekarang baru tersadar, kenapa pagi selalu datang dengan segalanya yang terkesan besih. Udaranya bersih sinar mataharinya bersih, dunia begitu segar, seperti lahan yang siap untuk garapan. Ketika pagi yang bersih terjadi di perkotaan, maka manusia penghuninya mengotorinya dengan pikiran sendiri. Semestinya bersihnya pagi bermakan kesempatan baru untuk membuat kebaikan di segala bidang. Dan orang kota yang serba tergesa gesa cenderung menggerutu ketika pagi tiba. Mereka juga cenderung menjadi manusia yang pemarah. Di kaki bukit ini, di rumah kayu ini, datangnya pagi selalu bermaka sebagai anugerah baru, yang menyenangkan. Tidak ada perasaan damai melebihi datangnya pagi, sebab pada hari baru yang datang, akan datang pula bersamanya harapan harapan baru, benih benih baru tumbuh, buah dan sayur yang telah masak untuk dipetik, tinggi bayi pohon yang bertambah satu senti dan banyak hal lagi yang benar benar menunjukkan keajaiban alam raya.

Di rumah kayu, nostalgia dan kenangan petualangan masa mudah mengendap bermuara di palung ingatan…

To be continued

Bambuapus - 091208