Wednesday, January 03, 2007

Tahun Baru

Selamat Tahun Baru, meskipun diri tidak tahu apa makna ucapan selamat itu dan kemana ditujukan dan apa isi kandungan dari ucapan selamat itu sendiri? Doa kah, ucapan selamat karena ‘berhasil’ melewati tahun ‘lama’ kah, atau sekedar basa basi karena orang lebih banyak melakukan hal itu daripada tidak melakukan pada saat bulan Desember berakhir setiap tahunnya? Ah, makin tua rasanya diri makin bodoh mencerna hal hal yang sederhana begini. Ketika orang bersuka cita dengan terompet dan kembang api, jauh didalam hati diri malah berfikir apa sebenarnya yang ada dibenak orang orang yang merayakan ini? Old and New bla bla bla, kontemplasi bla bla bla…apa pentingnya? Berapa banyak waktu, tenaga dan juga uang terbuang lebur jadi udara tanpa sisa ketika perayaan dihajatkan ditempat tempat umum maupun tertutup? Ah, makin ruwet, makin rumit rasanya kalau semakin detail mencari akar dari akar pertanyaan yang muncul beranak pinak dalam benak.

Tahun baru, bukanya kita justru menghadapi masa dimana jaman semakin tua dan nilai manusia semakin murah karena persaingan hidup dan gesekan kemajuan tehnologi? Mengandalkan kebijakan fikiran orang sama saja menebak berapa biji isi dari buah manggis yang rapat tertutup kulit hitam kemerahanya, bukan? Hidup hanyalah mengikuti jelujur masa yang sama, panjang dengan batas misterius, dan juga berisi cetakan rute yang misterius dimana manusia tinggal menjalaninya dan punya cara sendiri sendiri untuk menghayati rasanya. Semua pasti akan tersimpul dalam satu rangkuman pengalaman batin, dan dari pengalaman itulah maka kita akan berfikir untuk berbuat atau bertindak sesuatu. Berdasarkan pengalaman, bukan berdasarkan jibaku. Jadi, sudah bijaksanakah kita menyambut datangnya tahun baru sebagai sesuatu yang baru? Bukankah hanya angka yang berubah dan itupun atas prakarsa manusia juga? Jadi jika itu adalah perayaan, perayaan atas apa?

Ketika satu tahun terlewati, kemudian secara massal kita menganggap bahwa tahun baru telah datang, dan yang dikenang hanya setahun belakangan. Nilai dari berpuluh tahun sebelumnya dimunafiki sebagai catatan sejarah belaka, cerita belaka. Semudah itukah kita menyimpulkan bahwa hidup hanya berdasarkan satu kotak ke satu kotak lainya yang bernama ‘tahun’? Tidak saudara, hidup adalah kumpulan dari pengalaman yang terbentuk dari detik demi detik kita menjalaninya, bukan tahun maupun bulan ukuranya, tetapi dari setiap aspek yang kita rasakan, kita jalani, kita lewati selama hayat di kandung badan.

Tahun baru sama saja dengan hari baru, dimana matahari memulai tugasnya dan kehidupan berjalan akan penuh rahasia, tak terduga dan tak teraba akan apa yang mungkin terjadi nantinya. Sepantasnyalah membekali hati dan mental dengan kekuatan agar jangan kita diperdaya oleh keadaan yang barangkali tidak sesuai dengan pengharapan kita yang lebih banyak kepada kebaikan semata. Hal buruk bisa terjadi kapan saja, dan hidup bisa berubah apapun bentuknya hanya dalam hitungan detik. Sebuah luka hanya perlu hitungan detik untuk terjadi, dan lalu hinggap didalam hidup selamanya. Bukan hasil kristalisasi dari menjalani hidup selama setahun penuh, tetapi dari dari apa yang terjadi pada saat ini, pada detik ini sebab detik yang akan datang selalu saja menjadi rahasia alam, rahasia kehidupan yang tak memiliki kunci jawaban.

Apakah kemudian kita harus pesimistik bahwa masa depan berisi iblis yang akan menghancurkan hidup yang kita jaga selama sekian tahun? Jangan pula saudara, biarkan saja hidup berjalan sebagaimana mestinya, dan lewati, jalani saja tanpa mengharap lebih dari apa yang kita dapat. Ukuran kualitas diri hanya kita sendiri yang tahu, dan rahasia terbesar dalam hidup kita hanya kita jua yang menyimpan catatanya. Jika hidup menenggelamkan kita dalam dukalara, maupun melambungkan kita dalam sukacita, maka memang terjadilah itu seperti kehendak sang alam yang rahasia. Kita tidak bisa menolak kemalangan seperti tidak sanggup menggapai kemujuran. Berbuat yang terbaik atas apa yang harus kita lakukan dan menyerahkan hasilnya kepada sang penentu adalah cara bijaksana menyikapi hidup, sebab kita tidak bisa mengontrol semua yang bakal terjadi atas hidup kita, juga tidak bisa mengontrol bagaimana orang harus bersikap kepada kita. Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita memperlakukan orang dan memulai dari diri kita sendiri apapun yang namanya perbaikan.

Setiap bangkai waktu akan meninggalkan jejak dan catatan, yang semestinya menjadi landasan bagi sikap kita untuk lebih bijak, lebih baik dan lebih menghargai kehidupan, lebih menghargai sesama…

Nutricia, 070103