Wednesday, September 28, 2011

Sepanjang Jalan Buntu

Perjalanan penuh petualangan paling seru sedunia itu memang menuju jalan buntu. Pengetahuan tentang bagaimana mensiasati jalan yang akhirnya buntupun tidak diperlukan, serahkan pada hati untuk berimprovisasi jika nanti ujung jalan buntu sudah ketemu. Akhirnyapun journey itu akan membentur jalan buntu bersama sama dengan hati dan pikiran yang tiba tiba beku. Romansa perjalanan sepanjang jalan buntu itulah memang yang menjelma menjadi candu ajaib, mengalahkan kemungkinan buruk yang mungkin akan ditemui di ujung jalan buntu. Semua terhenti, kecuali cerita yang akan terus mengakar dan menjalar, mengandung getah getah pengalaman dan kenangan yang tidak akan bisa dihapus dari catatan di sel otak, dan di palung hati. Sebab, cerita petualangan itu sendiri sangatlah hebatnya. Nomor satu di dunia.

Memang demikianlah keadaanya. Tak perlu menyalahkan keputusan yang kita buat sewaktu langkah pertama bersama terjadi. Semuanya semata mata pilihan hati yang sama sama dikehendaki, bukan untuk menuju kepada sesuatu atau menjadi sesuatu, tetapi memang semata mata hanya mengarungi pelangi perasaan jiwa. Dan kita terbenam dalam catatan kental kisah kisah khayali yang benar terjadi dimuka bumi. Semua catatan perjalanan mari kita kemas diam diam, untuk kita simpan dalam lemari kenangan abadi masing masing. Ia akan tetap hidup dalam angan angan dan perasaan. Tempat tempat dan kota kota nun jauh akan menyimpan monumen tak kasat mata yang akan selalu membawa kenangan itu hidup kembali dalam bayang bayang, seolah jejak jejak usang itu baru saja kita ciptakan.

Pada akhirnya kita harus menerima bahwa jalan buntu tidak akan membawa kita kemana mana, kecuali menyusuri kembali rute sebelumnya, kali ini dengan langkah terpisah jauh dan jemari tangan yang berdiri sendiri, kita tak lagi saling bertautan. Ya, kita menapak tilas kisah kita sendiri sampai tuntas, sehingga waktu akan mengantar kita ke dunia baru masing masing yang masih tetap rahasia. Tetapi jalan buntu itu akan selalu ada, dengan relief kisah kisah suka duka disepanjang tepinya, mengisahkan tentang perjalanan hati yang tak terekam dalam deretan frame di pita usia. Sungguh seluruh gambar dan suaranya mengisahkan sepotong kisah drama dua manusia pada suatu ketika.

Meskipun dirasa lara, tetapi kita tunduk tak berdaya kepada kekuatan lain lagi yang mengharuskan kita melangkah menjauh dari keinginan sederhana; berjalan besama.

Gempol 110928

Friday, September 23, 2011

Salah Rasa

Perjodohan antara tuduhan dan pengakuan atas sebuah keadaan melahirkan perasaan salah yang wajar dan tulus, yang tidak memberikan hak apapun untuk mencari pembenaran apalagi mencari sesuatu yang lain untuk disalahkan. Perasaan bersalah adalah sesuatu yang benar karena ia jujur seperti apa kata nurani. Sedangkan kesalahan yang kemudian dimodifikasi dengan berbagai alasan supaya tidak terlihat sebagai sebuah kesalahan adalah suatu tindakan yang salah. Tindakan itu tidak lain hanya akan melahirkan bibit bibit kesalahan yang bisa tumbuh subur sehingga menyembunyikan hal yang benar dengan sempurnanya.


Pengakuan salah dalam hati dan dalam pikiran bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijalani. Sebab rasa pengakuan itu diikuti oleh banyaknya tatanan norma bijaksana sebagai orang yang bersalah; pesakitan. Diam tenang lalu memasrahkan diri pada keadaan. Menempatkan kepentingan kepentingan ego nun jauh dibelakang kepentingan kepentingan lain yang bukan untuk diri sendiri. Atas nama kebaikan sematalah maka kemudian cerita menjadi berubah kelabu sebagai konskwensi dari benturan perbedaan persepsi. Setiap sikap ada akibatnya, dan setiap perbuatan akan memiliki nilai kebenaran dan kesalahan dalam tataran rasa jiwa.

Jiwa yang berani menanggung pengakuan rasa bersalah itulah yang sebenarnya memiliki kekuatan yang tidak dimiliki oleh para pendusta, yaitu mereka yang menyangkal kata hati sendiri. Dan sesungguhnya, perbuatan semacam itu tidak lebih dari membodohi diri sendiri dengan kebenaran palsu yang dikomunikasikan. Sebuah konstruksi keseolah olahan yang dibangun sangat megah, meskipun rapuh bersifat sampah.

Sikap terima salah terasa seperti mesin kapal yang tiba tiba mati, tak mampu dikendali lagi titik mata angin yang menjadi tujuan pertama ketika kapal menjejak dermaga. Terapung apung, dipermainkan oleh ketidak berdayaan atas keperkasaan angin dan ganasnya amuk ombak. Saat itulah langit mengajarkan kita akan kerendahan hati, betapa sesungguhnya nasib tiap mahluk sudah diatur dan dikendalikan olehNya. Maka sikap terima salah seperti itu akan menjadi penghargaan terbaik kepadaNya. Kesalahan harus diterima sebagai sebuah pelajaran berharga bagi mereka yang punya cita cita menjadi pribadi yang baik. Taat nurani.

Ketidak berdayaan atas tindakan melahirkan harapan harapan yang lama lama menjadi energi yang menguatkan hati . Bagaimanapun dengan lapang dada harus menerima apapun yang mungkin terjadi jika kapal mati itu bertemu daratan. Kehidupan dunia, kehidupan zonder khayali berisi rangkaian realita peradaban yang dipenuhi dengan dekorasi aturan kepatutan dan tatanan kepantasan sana sini. Sedangkan segala keinginan dan ketidak inginan domainnya ada di dunia khayali itu, bukan di muka planet bumi yang dikendalikan manusia dengan kemunafikan moral.

Rasa bersalah yang disikapi dengan benar sungguh terasa nyeri jika dihayati. Tetapi akan mematikan semua kesalahan lainnya yang merupakan ruh dari rangkaian keinginan dan ketidak inginan. Menyalahkan diri sendiri dengan bijaksana tanpa mengasihani diri menempatkan kita dalam situasi pengampunan dalam menjalani hukuman demi menebus kesalahan.

Semoga Tuhan Maha Kuasa senantiasa memelihara kesejahteraan orang orang yang menerima kesalahan tanpa mendendam, dan menolong mereka yang kurang tepat menterjemahkan makna sebuah kebahagiaan.

Gempol 110923