Sunday, May 07, 2006

Skeptis

(Kepada seorang manusia berakal budi tinggi yang mengaku bernama aku’ – tulisan ini sebagai tanggapan pribadiku atas pemuatan commentmu di blog seorang temanku)

Terimakasih atas komentar sederhanamu, yang kutangkap sebagai rasa ketidak sukaan atas diri pribadiku yang kau sebut sebagai ‘him’, juga atas lalu lintas komunikasi virtualku di blog.

Aku menghormati kebebasanmu untuk membenci siapapun yang memang ingin kau benci. Aku tidak ikut mengontrol apa yang kau inginkan dan tidak kehendaki. Se asing apapun kau buat aku, tetap saja aku memandangmu sebagai manusia yang terpelajar dan berakal budi, bahkan aku yakin pelajaran formal tentang budi pekerti jauh lebih banyak kau dapatkan ketimbang aku.

Bagiku, tidak ada keharusan bagi mahluk hidup di muka bumi ini untuk menyukaiku. Sebuah interaksi terjadi atas azas suka rela. Aku tidak membencimu seperti kau membenciku, sungguh bukan maksudku untuk membebani diriku sendiri dengan kebencian tanpa alasan. Aku tidak mengenali kau yang bersembunyi, bagaimana mungkin aku akan memberikan penilaian bahkan kebencian kepadamu?

Aku jadi ingat, kejadian di dunia nyata beberapa waktu silam, ketika sebuah lingkungan mengucilkan seseorang dengan pandangan skeptis yang didapat dari cerita subyektif satu orang yang begitu piawai mempermainkan simpati. Tanpa tahu ujung pangkalnya, seseorang ini kemudian mendapat predikat sebagai manusia rendah budi, barakhlak buruk dan suka menyakiti. Semua hanya berdasar cerita dari satu orang yang sekali lagi aku sampaikan, subyektif semata. Maka lingkungan itupun mengucilkanya. Lebih mengenaskan lagi, cerita subyektif yang tersiar hanyalah sepenggal kisah panjang dari rentetan panjang kejadian yang saling bertautan. Setujukan kau jika kemudian itu disebut sebagai fitnah terhadap si seseorang yang malang itu?

Mungkin kau tidak akan pernah membaca tulisan ini karena kebencian yang kau kandungkan terhadapku, bagiku tak jadi persoalan sebab aku tahu tulisanku adalah temanku, dan kepadanya aku mengadu. Ia mungkin bisu, tapi dialah teman yang tak pernah membenci apalagi menghasutku.

Sekali lagi terimakasih atas kepedulianmu terhadap kedangkalan nalar maupun pemahamanku atas etika hidup. Semoga dimuliakanlah hidupmu seperti kau memuliakan hidupmu sendiri. Mudah mudahan.

Lewat tengah malam, gempol 060507