Thursday, January 14, 2010

Membaca Luka

When love goes wrong, nothing goes right.

Membacai catatan tentang luka, seperti membangkitkan iblis dari kuburnya. Berhamburan menyerbu muka, dada dan kepala. Kenangan menikam perih seperti jantung tertancap kujang karatan. Memang benar, hanya karena nila yang setitik, susu sebelangapun bisa tercemar. Hanya dengan hujan yang sehari orang lantas bisa begitu saja melupakan kemarau yang setahun penuh. Satu luka bacokan yang tepat ditengah bahagia niscaya akan sanggup melumpuhkan sisa jatah kehidupan. Ia menjadi bibit dari semua jenis malapetaka di alam batin. Luka luka yang menyusul sesudahnya tidak lebih dari siraman air cuka diatas luka lama. Menyebabkan lupa atas rasa segala bentuk kesenangan dunia.

Membacai lagi catatan catatan lama, seolah olah menemukan lagi pribadi baru yang menipu jiwa. Semuanya menjadi asing, bahkan terhadap wajah sendiri yang terpantul dari genangan air mata. Riwayat yang tercatata di altar langit berjatuhan laksana hujan dari jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang tetap menjadi rahasia sendiri. Kaki dan tangan seolah terikat ketika gerombolan iblis bertamu pada malam penuh kegelapan. Mereka telah menyeret mata menuju subuh lalu tertawa pergi menyembunyikan keji ketika matahari tiba menuntut pertanggung jawaban aktualisasi diri. Iblis iblis itu mereka persis seperti orang orang pengecut yang kelak akan mati membusuk dimakan belatung.

Seharusnya hati bisa menjadi kuat setelah melalui beribu malam dalam perkelahian bisu. Semestinya semuanya menjadi lebih terang setelah reda sang hujan. Tidak seharusnya memang luka yang sama terjadi berulang kali. Tidak seharusnya juga orang yang dipercaya menikamkan belati pengelabuan di dipunggung yang tersandar. Seharusnya memang tali pengikat hati dilepaskan, direlakan sang putri menjadi selebritis laris di langit maya tempatnya memuja rasa. Tempat manusia memang di bumi, di dunia nyata dengan manusia nyata; tempat bahagia dan duka yang nyata.

Keikhlasan laksana seberkas cahaya yang mampu menuntun diri untuk selalu ingat pada sesama ketika mata hati gelap oleh badai khianat. Seharusnya!!
Kuta Bali - 100114