Wednesday, March 12, 2008

Tentang makna kehidupan








Apa makna kehidupan menurutmu, sh?

Masih dalam pencarian. Semua aktifitas yang kita jalani setiap hari adalah proses pencarian makna itu, dengan menjalani dan mencoba mengambil intisari pelajaran filsafat atas persitiwa dan pengalaman yang terekam. Tetapi yang pasti, hidup adalah karunia terindah yang wajib disyukuri dan patut dinikmati. Selalu ada pelajaran setiap detiknya, selalu ada kejutan di setiap kesempatannya. Kita bisa mengambil hikmah dari setiap peristiwa disekitar kita atau yang menimpa kita, baik dan buruknya.

Sepanjang hidup kita diperkenankan menyaksikan matahari terbit dan tenggeleam dalam siklus yang nyaris terabaikan, yang menentukan cerita isi dunia. Memperkenankan kita untuk belajar tentang makna hidup, berguru pada butir embun, tunas rumput bahkan kepada bangkai seekor lalat. Semuanya memberikan kejadian adalah symbol dari kekuatan alam dan kekuasaan Tuhan atas segala hal yang hidup dan mati dumuka bumi. Kita sering tidak memperhatikan matahari terbit dan tenggelam, kita juga sering menaruh harapan besar bahwa jika nanti matahari mulai meninggi, kehidupan akan berjalan baik seperti keinginan. Kadangkala hal itu tidak menjadi kenyataan, menimbulkan kekecewaan yang beranakkan kekhawatiran.

Matahari pagi mengajarkan kepada kita makna konsistensi dan optimisme, matahari yang tenggelam mengajarkan kepada kita tentang pentingnya introspeksi kedalam diri senidri atas apa yang telah dilalui hari ini, mempersiapkan koreksi bagi kesalahan sikap dan pikiran. Butir embun mengajarkan kita kepada cikal bakal kehidupan yang sekali lagi adalah karunia termewah, memberi semangat untuk memlihara dengan bersyukur dan menikmatinya. Rumput dan pepohonan mengajarkan kita banyak filsafat tentang menerima apa yang pantas kita terima tanpa mengharap lebih dari apa yang bisa kita dapatkan, mengkonsumsi isi kehidupan secukupnya untuk dikembalikan lagi kepada kepentingan lebih luas bagi kehidupan sebagai imbal balik. Imbal balik yang lebih besar dan baik dari apa yang diterima. Kemudian bangkai lalatpun memberi pelajaran betapa pada prinsipnya kita yang juga mahluk hidup bisa mati kapan saja dan mengakhiri sejarah diri disitu dengan sebab yang tidak terduga. Semestinyalah hidup kita mampu memberi warna dan makna bagi kehidupan yang kita tinggalkan ketika kita akhirnya mati. Bangkai lalat dan bangkai manusia tidak ada bedanya, tidak ada artinya apa apa lagi, tidak bisa memberi kontribusi kepada alam semesta lagi. Dari sanalah semestinya kapal penjelajah alam fikiran kita diberangkatkan, dari kesadaran bahwa kita hanya memiliki ketiadaan, terlalu kecil dan lemah jika untuk menuntut hak atas manfaat diri bagi kehidupan.

Kehidupan seperti lautan kesempatan, kadang bisa menenggelamkan dan kadang bisa menghilangkan kesadaran. Tak tertebak dan rapuh, demikianlah menggambarkannya. Kita yang menjalani kehidupan semacam itu akan dituntut untuk memiliki kekuatan yang memang dibekalkan cuma cuma sejak kita lahir, dan terus kita bangun dan pelihara kekuatan itu sehingga syaraf dan otot motorik kita aus dimakan usia kelak. Belajar dari kesalahan dan terus berupaya meningkatkan kualitas diri dan memperkaya pemahaman kita tentang tenggang rasa adalah pilihan bijaksana ketimbang membiarkan hidup yang mengendalikan kita sesukannya. Memang, ada kondisi kondisi dimana terkadang kita tidak diberi banyak pilihan selain menjalani, atau menjalani pilihan pilihan yang sama sama tidak mengenakkan.

Kita juga perlu hasrat yang kuat untuk mengisi kekosongan demi kekosongan diri kita atas pengetahuan yang hanya kulitnya saja kita mengerti. Ambisi dan nafsu manusiawi kita harus benar benar kita control supaya tidak menimbulkan kerusakan maupun kerugian terhadap peradaban. Nurani sebagai wasit dalam pikiran harus terus tetap terjaga supaya keseimbangan antara hati dan logika tetap terpelihara. Berusaha dan terus berusaha menjadi baik, menjadi orang baik dan berbuat baik tanpa bercampur tangan menentukan hasil pencapaian. Semau upaya pemeliharaan lestarinya kehidupan bagi seluruh mahluk hidup adalah kewajiban yang telah kita sanggupi sejak menit pertama kita dilahirkan. Demikianlah penghormatan yang ideal bagi hidup sepanjang kita menjalankan dan mengambil manfaat tak terbatas atasnya.

Memelihara kebaikan dalam diri kita adalah wujud penghormatan atas karunia termewah bernama hidup…

Ciracas, 080312