Friday, August 25, 2006

Tumbang

Pohon kehidupan, halte singgahan perlintasan hati telah tumbang ke tanah menghalang jalan tertinggal matahari yang menghangatkan luka disetiap getah yang tak mau mengering. Setan setan jahiliyah anak keturunan masa silam tak jua hendak pergi, menelusup jauh bahkan sampai ke lorong mimpi. Pohon peneduh kini kehilangan ketinggianya, terkapar menunggu bakteri berpesta dan mencabuti daunya satu satu hingga hilang samasekali arti keberadaan. Orang orang datang dan pergi, mendekat dan menjauh, mempermainkan jarak sesuka hati. Cerita ketidakbenaran disorongkan sebagai sesaji, sekaligus jamuan untuk dinikmati sambil menunggu mati.

Harapan berubah bentuk menjadi keajaiban bagi pengemis asa yang lama dibenamkan dalam lumpur pekat kenangan, yang berubah menjadi mimpi dan keseharian. Barangkali saja suatu hari kelak akan ada jatah keajaiban bagi pokok yang terkapar sekarat menghitung musim demi musim berlalu meninggalkanya sendirian. Atau barangkali semua akan kembali kepada azas berlakunya setiap kejadian, dimana alam sanggup memberi kehidupan imateri pada tiap cabangnya berkat dari akar angan angan yang mengembara juah mencari jawaban.

Ia yang rubuh tanpa daya, terjepit oleh keyakinan salah berbentuk kesimpulan juga menerima segala warna penghakiman, hanya menunggu alam lain dimana dia boleh jadi penghuninya…


Gempol, 060825