Thursday, July 10, 2008

Filsafat Duka

: Afni Salmi

(terbisik lewat deru para pejalan , bagimu yang menandangkan duka lara)

Hidup tidak selamanya mulus, juga tidak selamanya mudah. Ibarat langit mencurahkan air hujan dan angin topan ketika engkau tengah di perjalanan, maka kaki tetap harus mengayun. Akan lebih berat dan makin terjal jalan tempuhan, licin dan menjebak dalam kebingungan. Gelap yang mengurung ketika matahari padam hanya memprovokasi hati untuk berhenti dan sembunyi. Itu berarti bahwa pengingkaran terhadap kodrat kehidupan sedang terjadi. Jalani saja, tinggalkan jejak menjadi sejarah dan terabas deras pusingan air dan angin liar yang seolah membutakan arah, sebab seberat apapun langkah, kaki harus tetap bergerak pertanda hidup yang terus berderak derak, membawa perubahan dan pengalaman pengalaman baru untuk memperkaya sikapmu jadi dewasa.

Saat ini mungkin engkau merasa sendiri, sebab deru penyesalan dan guyuran air mata duka membentengi pandanganmu dari cahaya hati orang orang disekitarmu. Percayalah, engkau tidak lagi sendirian. Jangan cemaskan, sebab engkau ada dan hidup di hati orang orang disekitarmu, yang hanya mampu berempati atas apa yang menimpa; tak sepenuhnya bisa menyekutu jiwa untuk merasakan gemuruh kegalauan yang mengamuk didadamu.

Temanku,
Selamannya penawar bagi perih sakit hati yang koyak tercerabut dari akar kenyataan adalah dengan berkontemplasi, merenungkan keagungan dan kekuasaan sang pencipta hidup, sebab Dia pula yang mencipta kematian atas segala yang dikodratkan untuk hidup. Berhentilah sejenak dari langkahmu yang gontai, dan biarkan alam mengajarimu tentang hikmah malapetaka. Waktu akan menyerap air matamu yang menggenang, dan kelak pagi akan datang bersama cicit burung dan hangat matahari kemerahan, lukamu akan terbasuh oleh sejuk embun yang tersangkut di setiap ujung batang daun rerumputan. Biarkan kakimu telanjang menyongsong apapun yang akan disuguhkan oleh kejadian pada hari itu sebab semuanya hanya akan tinggal menjadi sejarah belaka akhirnya.

Engkau berharap, peristiwa akan menunda catatan kelam bagimu, tetapi sungguh tiada yang kuasa menghentikan kehendak sang waktu. Usah kau hitungi goresan demi goresan atas penyesalan yang kemudian menggunung dipundak fikiran. Selamanya tidak akan membuatmu bangun kecuali satu kenyataan bahwa engkau telah kehilangan sebagian dari masadepanmu, kehilangan sebagian gumpalan dari gemunung mimpi yang pernah lahir dari rahim rahim harapan. Bukan pula kejam jika kemudian tiba tiba mimpimu terenggutkan, sebab tiada yang nyata antara kemarin dan esok hari; kecuali hari ini sebagai anugerah semata.

Percayalah, kehilanganmu bukan untuk melumpuhkan bibit kehidupanmu tetapi semata hanya pupuk penguat bagi kokoh kakimu menapaki berderet anak tangga yang tak akan sanggup kau duga rasanya; itulah hidup hari ini.

Dari lubuk hatiku yang seperti kaca, kukirim simpatiku bersama doa yang menggaung memenuhi rongga dada…Semoga dia diterima disisiNya…

MET cafe Juanda Airport - Surabaya 080709