Saturday, August 27, 2005

Musyawarah embun

Embun mulai luruh di dedaunan rambutan diluar jendela, bersekutu dengan sisa hujan tadi malam yang engggan luruh ke bumi dan bermanja dalam buaian angin lembab jakarta. Langit semburat merah oleh lampu mercury di kejauhan, dan dijalanan masih terdengar suara mobil dan motor sesekali menderum, sesekali ditimpali bunyi sirine membawa orang sepagi ini masuk IGD, masuk penjara barangkali. Tak ada suara manusia. Semua lelap dalam kehidupan maya; mimpi dan kecemasanya masing masing. Seekor cicak dilangit langit dekat lampu diam bagai patung, seperti sedang merenungi takdirnya sebagai cicak. Dan pada tembok yang retak retak jam dinding warna kuning dengan logo Bank Niaga tak henti henti bergerak, sekarang 0128. Jarum kecilnya seolah menyempurnakan kesendirianku. Aku merasa begitu jauh dari siapa siapa, merasa begitu sendiri di jagad raya. Ya, aku begitu jauh dari orang orang yang dulu mengenalku,dan mengharapkanku. Aku tak pantas lagi menjadi harapan. Musyawarah embunpun hanya tayangan kebisuan. Pagi ini kebekuan begitu sempurna menggigilkan hati...
Aku selalu rindu hari hariku yang telah hilang...


Jatipadang, 26 Agustus 2005