Saturday, March 05, 2016

Tumpul


Segala bentuk luka akan sembuh oleh waktu, dan segala bentuk kehidupan akan berubah hanya oleh sang waktu. Setidaknya keyakinan itu masih terpegang dan tetap terbukti sejak awal mula zaman mulai kehidupan manusia hingga kepada berkembangya peradaban yang menyertainya. Demikianlah lakon kehidupan.
Waktu menguasai usia dan atas kuasa waktu  pula semua nilai akan mengalami penyusutan, tak terkecuali perasaan manusia. Kepedulian yang dulu penuh, perhatian yang dulu teguh akan perlahan juga memudar menjadi pedang tumpul oleh kuasa waktu. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah telah ditemukannya hal hal baru sepanjang jalan pengalaman, sehingga kepedulian dan kepekaan menjadi terkaburkan. Bagi orang yang berhati sensitive tentu ini bisa disebut sebagai pengabaian.
 
Mengenal seseorang sehingga begitu dekatnya  ibarat mengenal udara dalam kehidupan. Dia menjadi bagian tak terpisahkan dari tarikan dan hembusan nafas, memberi oksigen yang menyelenggarakan hidup. Dan ketika udara berganti tekanan, suhu, bau bahkan arahnyapun akan sangat mudah untuk dirasakan, tidak perlu kursus kepekaan rasa. Yang diperlukan hanya peduli sejenak memikir dan menyimpulkan. Akan lebih mudah lagi jika kita sanggup mengumpulkan dan memelihara rasa bersyukur sehingga menempatkan udara sebagai sesuatu yang istimewa.

Matapedang yang tumpul ibarat cahaya yang perlahan meredup. Keduanya menerbitkan ketidak yakinan dan lalu menganak pinakkan kebingungan tersendiri yang hanya berputar putar di dalam ingatan, melahirkan kesimpulan kesimpulan subyektif. Menemukan penyebabnya akan sedikit sulit, tetapi menginventarisir daftar ketidak sesuaian tentu lebih mudah. Dari daftar ketidak sesuaian itu semua bersumbu kepada adanya perubahan suhu, tekanan dan arah dari pergaulan.  Mata pedang menjadi tumpul karena terkikis oleh tebasan tebasan kepada pengalaman baru, kesenagan baru dan tentunya gairah gairah baru. Pemikiran menyisakan residu bahwa matapedang yang dulu tajam menusuk hati pada kenyataanya menjadi menumpul oleh kuasa waktu. Matapedang yang dulu ibarat sinar penerang gelap perlahan meredup oleh perubahan yang tak bisa terhindarkan. Ketajaman kepekaan persaan sudah jauh berkurang meskipun bukan sebagai pengabaian. Kepekaan, kepedulian dan fokus tidak sepenuh dulu.  
Ketergantungan terhadap teknologi dan gadget misalnya, telah menjauhkan orang dari kedekatan nyata di dunia nyata. Memang benar, pameo yang mengatakan bahwa gadget akan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Sungguh pameo itu hanya bisa diamini oleh mereka yang tidak telibat dalam melakukannya.  Gadget soelah menciptakan orang menjadi multi talenta, yang dapat mengerjakan banyak konsentrasi pada saat yang bersamaan. Bahkan pada saat seseorang bersama seseorang yang katanya istimewa. Bagaimana mungkin seorang yang menempatkan sesorang secara istimewa dapa ‘disambi’ dengan bercanda ria atau berbagi moment dengn group, atau bahkan mengobrol dengan orang lain entah dimana, entah siapa, bahkan mungkin saling merayu lewat alat canggih itu. Sedihnya lagi, ketika teguran disampaikan akan hal itu seolah samasekali tidak memiliki makna. Makna bahwa semestinya keberadaan mereka yang nyata lebih dihargai daripada hingar bingar dunia maya yang penuh dengan pemujaan akan popularitas. Tetapi kekuatan gadget memang luar biasa, dia bisa mengabaikan orang yang jelas jelas sekian senti dari tatapan mata.
 
Tanpa bermaksud menyalahkan kemajuan teknologi, gadget juga telah menjadi taman bermain rahasia yang berbahaya. Semestinya dunia maya juga  diperhitungkan sebagai media untuk menjaga perasaan pasangan, dengan tidak memamerkan kekaguman, kedekatan maupun intimasi dengan orang lain disana. Tumpulnya ketajaman mata hati seolah tidak membebani samasekali untuk mengekspose kedekatan keistimewaan orang orang pujaan di dunia maya. Tujuannya jelas, agar seluruh dunia mengetahuinya, tak peduli jika itu menyebabkan sakit hati atau bahkan orang lain bunuh diri. Tentu saja konfirmasi selalu berakhir dengan  “tidak ada apa apa” dengan mereka. Tentu saja, karena lidah tidak bertulang! Tetapi akal sehat juga bisa membaca dengan sangat mudah, hal yang terjawab sebagai tidak ada apa apa itu bukan sekedar tanpa makna. Tidak mungkinlah menempatkan orang asing untuk ditempel ketat di dunia maya, diikuti setiap gerak dan kegiatannya. Bukankah itu memuja?? Tidak mungkinlah orang samasekali asing namanya akan rajin mengiasi pujian dan pemujaan di dinding langit maya. Tidak mungkin kalau dia tidak mengitari hati Ah, sebenarnya disana ada banyak jarum yang siap merejam dada bagi sesiapa yang berhati lentur. Gadget dan dunia maya telah menumpulkan mata hati sebagai pecinta, bahkan sebagai manusia.

Tumpulnya matapedang penuntun hati juga dapat menyebabkan sikap inkonsisten. Inkonsistensi yang dapat mempengaruhi terhadap kepercayaan sedangkan kepercayaan adalah modal awal dari suatu hubungan. Janji janji kecil yang diingkari tanpa merasa bersalah, tanpa merasa terbebani sesungguhnya adalah cermin paling nyata dari ketumpulan perasaan itu. Pada skema yang lebih besar, hal yang lebih penting yang menyangkut kualitas dan status hubungan, maka akan sulit untuk disimpulkan oleh karena alasan yang banyak dan berubah ubah. Akan tetapi yang paling nyata dari inkonsistensi sebagai akibat dari tumpulnya kepekaan matapedang adalah ketidak sesuaian antara alasan yang disampaikan dengan kenyataan yang dijalankan. Semangat baru untuk membagi moment dengan dunia, dengan orang orang lain yang baru dikenal telah mengaburkan focus perhatian. Dan jika focus baru itu dulu disebut sebgai pelarian, pada kenyataanya telah menjadi rumah baru yang menentramkan. Maklum, disana ada pribadi pribadi baru  yang mengagumkan, yang lebih membutuhkan ketajaman mata pedang, perhatian, waktu dan sinar terang.
Matapedang kebanggaan sudah perlahan menumpul, aus termakan oleh waktu dan kejadian, aus oleh banyaknya excitement baru yang mengaburkan kepekaan. Bahkan ribuan huruf yang tersusun dalam kalimat sebagai penjelas dari isi hatipun tinggal hanya terbaca lalu terabaikan tanpa perasaan. Mungkin memang sudah tidak tajam lagi kalimat yang tersusun seperti halnya tidak tajamnya mata hati  pembaca dalam menyelami makna dari setiap kata yang terangkai.  Ya, hal hal baru terkadang menggaburkan focus kepada hal lama yang sudah ada dan menjadi bagian dari udara.
 
Ketertarikan kepada udara sudah terpecah pecah oleh ketertarikan  kepada hal hal lain yang lebih baru. Dinding langit yang dulu penuh graffiti akan kisah dua orang yang saling memuja rasa, perlahan kusam terbengkalai.  Jejak sepanjang jalan buntu itu sekarang sepi seolah tak lagi punya arti. Gemerlap dunia selebriti maya  telah mengalahkan keberadaannya, teabaikan seolah tidak pernah ada. Kedekatan fisik tidak lagi menentukan kedekatan hati, terbukti dengan tidak bermaknanya lagi tatapan mata bahkan ucapan berat berisi segala isi hati. Semua mengabur dalam dengkur, ditinggal pergi bermimpi penuh fantasi bak selebriti.  Udara menjadi tidak  menarik lagi , dan matapedang yang dulu selalu tajam menusuk relung kalbu ketika bedekatan sudah tumpul, sorotnya redup dan berganti arah ke alam baru penuh gempita.

Jika hal baru, dunia baru, kesenangan baru telah membius seluruh jalinan syaraf pikiran dan hati, maka ketajaman  kepekaan tenggang rasa akan menjadi tumpul. Perhatian dan kepedulian akan tinggal sebagai basa basi semata demi pura pura menjaga persaaan. Maka akan bijak jika kemudian hal itu diterima sebagai bagian dari cerita yang memang harus terjadi, seperti halnya kedaaan hari ini yang terbentuk oleh hal hal wajar alami sebelumnya. Memberikan yang terbaik selagi bias dan selagi memungkinkan adalah cara bijaksana sebagai langkah mini pembuktian diri  bahwa perbuatan baik tidak pernah sia sia. Baru kemudian, siapkan hati untuk dapat kuat menerima perihnaya matapedang yang tumpul menembus jantung; saatnya berakhir satu  riwayat kehidupan. Mati tinggal nisan kenangan dan lalu terlupakan!
 
Jogyakarta 160305