Saturday, March 01, 2003

Tengah Malam Dikotamu

Tengah malam dikotamu,
kuhirup karbondioksida dan aroma kotoran burung layang layang
seperti pernah kujumpai dalam mimpiku,
atau kenanganku?
Aku kelelawar yang terdampar dialam ganjil Pekanbaru,
kelelawar yang kelaparan bentuk,
seperti sang raja yang sedang menghukum diri atas takdir yang dijalani.

Mungkin embun juga turun diatap rumahmu?
Seperti embun yang juga turun didalam fikiranku,
yang memerangi api dendam didadaku.
Sebentar lagi mimpimu usai, jika matahari memanggil manggil
lewat kaca jendela kamarmu,
dan hamparan buah harapan siap untuk kau tuai.
Tersenyumlah seperti seorang kekasih dalam dongeng dongeng cinta cassanova,
riaslah dirimu dengan cahaya kebajikan untuk semua yang datang bertamu dihatimu.

Sebelah ruang kosong dihatiku kini riuh oleh gemuruh,
sejuknya menjadi hangat oleh mimpi dan keletihanku menumpas hari hari panjang. Dikotamu kumuntahkan darah dari dalam dadaku yang terluka,
kualamatkan kesetiap pintu pintu rumah berpagar,
tempat peradaban dan budaya dipenjarakan.
Kota ini menjadi aneh oleh keinginan keinginan yang datang terlambat
sesudah semua lampu kota dipadamkan.
Malam ini kuletakkan semua buah pengalaman dikotamu
aku telanjang dengan kesendirianku
mentertawakan kesombonganku yang menguap musnah hanya oleh sepi.
Malamku yang membatu dingin dan kosong kutatapi saja
sambil mengeja butiran demi butiran waktu lepas dari labirin

dikotamu, tadi sore aku disambut selusin anak anak baru lepas khitan
berbedak debu aspal, rokok ditangan
matanya liar menguliti kemanusiaan taring taringnya kuning dan tajam; aku ingin mengenal mereka, anak anak rimba beton di sudut pasar Kodim yang telah sepi tinggal caci makian mereka mendoa dalam irama zaman yang tak terbaca oleh mereka.

Dikotamu, rindu membuncah sepanjang malam…

Minggu, 1 Maret 2003,Hotel Megara – Pekanbaru pukul 01.33.