Monday, December 10, 2007

Pondok Yang Indah

(Cerita Dari Jakarta VII )

+ Nak, inilah jalan busway yang sering diributkan di tivi itu.
- Ooo..ini rupanya ya? Lihat, jalanan beton telah dibangun untuk jalan busway.
+ Ini kampungnya orang orang kaya, mereka tidak mau kampung mereka dilewati busway. Bagaimana pendapatmu, nak?
- Mungkin karena mereka orang kaya, mereka merasa menjadi orang penting yang bisa mengatur. Ini kan jalan umum, jalannya pemerintah, lagian yang lewat sini juga bukan orang Pondok Indah saja.

+ Bhahahahaah….!!!


Setuju!
Dengan pemikiran yang sederhana sekalipuan, sebuah ruas jalan umum tentunya diutamakan untuk kepentingan umum, mulai dari komunitas tertentu, daerah tertentu sampai kepada negara tertentu. Umum berarti secara universal, sebuah hukum relativitas yang mengukuhkan akan mutlaknya bekerja sama sebagai perlambang dari rakyat yang berperadaban serta hukum baku sebagai mahluk sosial. Kepentingan yang lebih luas memiliki pula kuasa soal, kuasa waktu dan kuasa tempat atas fasilitas umum.

Pondok Indah, kawasan elite orang orang gedongan, orang orang kaya yang tentu lebih tahu soal peradaban justru menunjukkan sikap bertolak belakang dari moral sosiologis dasar dari tenggang rasa. Atas nama lingkungan, atas nama kelayakan, atas nama peraturan bahkan atas nama pohon pun dikemukakan demi didengar keberatannya pembangunan jalur busway koridor 8 yang membelah Pondok Indah, mulai dari Lebak Bulus sampai ke Kebayoran Lama. Salah satu jalur yang menjadi urat nadi transportasi Jakarta. Maklum saja, Jakarta ini sudah seperti orang mantu setiap hari. Sibuknya luar biasa, urusannya ribet luar biasa dan masalahnya juga banyak luar biasa. Jakarta memang kota yang luar biasa!

Yang terbayang dengan Pondok Indah adalah tempat tinggal para selebritis, pejabat, pengusaha bahkan pelacur kelas kakap, atau warga biasa tinggal, menempati gedung gedung bak istana yang tidak saling mengenal antara tetangganya. Egois, dan individualistic sesuai dengan karakter normal masyarakat cosmopolitan, metropolitan atau jumpalitan mungkin. Orang orang top, hebat dengan sumber daya manusia yang mendatangkan rezeki begitu mudah dan dalam jumlah yang besar pula. Orang dengan kelas demikian tentu saja memiliki komunitas yang berbeda dari kebanyakan orang lainnya. Jauh lebih ‘maju’ dalam pola pemikiran maupun pemahaman tentang di zaman apa dan sikap bagaimana semestinya diterapkan untuk mempresentasikan diri sebagai manusia smart, unggul diantara yang lainnya dalam bidangnya. Mereka tahu banyak soal perkembangan dari seluruh permukaan bumi satu detik setelah satu detik lainya terbunuh mati.

Seperti biasa, sebagian kecil orang bisa keblinger dengan keadaan yang terlalu maju tersebut dan membuatnya perlahan kembali menjadi mahluk yang sebenarnya; binatang yang paling sempurna. Pemahamannya dipaksa sama dengan suku Apache atau puluhan suku Indian yang harus menyingkir ketika rel kereta api dibangun di lembah lembah perawan milik leluhur mereka di pedalaman Amerika ratusan tahun silam. Si sebagian kecil ini juga hinggap di sebagian yang lebih kecil lagi dari komunitas pondok indah. Kegelisahannya persis layaknya kegelisahan sang singa ketika territorial yang sudah ditandainya dilanggar oleh binatang lain, entah pemangsa entah mangsa. Pondok Indah dan seluruh pohon, jalan, tanah, batu, bangunan serta udaranya adalah hanya milik si sebagian lebih kecil dari warga Pondok Indah itu. Takutnya, orang orang semacam ini justru tersesat oleh pikirannya sendiri yang terlanjur tidak bisa sederhana. Apapun lantas dilakukan untuk menggagalkan proyek pembangunan jalur angkutan umum yang diperuntukkan bagi kemaslahatan umum, mulai dari argumentasi dan teori soal amdal sampai memasang portal! Dan itu disebut sebgai perlawanan! Gigih bukan?!

Coba saja kita berhenti memanjakan ego sejenak, kembali ke masa kecil kita yang entah indah entah getir, kemudian kita definisikan kembali soal ‘jalan umum’. Jalan umum adalah misteri yang tidak terkuakkan dalam hayalan kecil kita. Tidak pernah seorangpun atau satu kelompokpun kita dengar menjadi pemilik dari salah satu jalan umum. Kita hanya bisa bersyukur bahwa telah ada jalan itu jauh hari sebelum kita lahir. Siapa yang membuatnya, itu adalah cerita turun temurun yang selalu memiliki segudang hal yang mengundang ketertarikan untuk mengetahuinya lebih jauh. Ribuan orang pernah kita lihat menggunakan jalan yang juga kita gunakan setiap harinya, bahkan orang yang tidak ada kepentingan dengan tempat kita atau orang yang dilintasi jalan itu. Jalan dibuat semata untuk menghubungkan satu tempat ke tempat lain. Kita membersihkannya supaya orang yang lewat lebih selesa, kita merawat dan memperbaikinya karena kita sendiri juga menggunakan jasanya.

Lalu kita ke Pondok Indah, dimana jalur busway koridor 8 sedang getol dibangun dan juga getol ditentang pembangunannya. Kisruh intelektual yang bisa kita jadikan cermin bersama, betapa memprihatinkannya kerusakan moral sebagian warga bangsa karena teracuni oleh peradaban yang dianggap layak sebagai dewa baru, semudah kemunculan nabi baru; palsu!


Antara Pondok Indah – Pondok Aren, 071209