Saturday, April 01, 2006

Tamu

Matahari meninggi di isolasi peradaban, sebuah panti rehabilitasi manual bagi lembaga rumah tangga bernama rumah kontrakan. Tamu tamu tak diminta datang sekedar membawa basa basi dan bau tahi. Jelangkung jelangkung dengan nafas teratur dan hasrat hewani yang terperangkap dalam kerendahan akal budi, berkasak kusuk sekedar merendahkan harga diri.

Tamu tamuku membawa teman temanya, ribuan iblis berbagai rupa yang lama terabaikan. Mereka membawa generasi baru dalam gerbong gerbong panjang bagi hidupnya kembali si api bagi otak. Dibawanya juga pesan pesan rahasia yang hanya terperdengarkan oleh dinding dinding dapur, penuh intrik yang mematikan berulang ulang.

Ruang tamu hanya tinggal menjadi simbol keberadaan, menjadi sebuah pelintasan tanpa makna kehormatan. Kasak kusuk menetaskan jentik jentik amarah dalam jantung, mendidihkan darah yang membungkam percakapan, oleh sebab kepalsuan menjadi kudapan ketika teh manis disuguhkan sebagai hadiah kedatangan.

Ketika tamu tamu terhormat pergi, yang tertinggal hanya sampah yang dihasilkan dari sebuah kekacauan yang terselubungi asap menyesakkan, meninggalkan dua ton bahan pertanyaan dan perlahan mengikis keyakinan yang susah payah dibangun dengan segala keterpaksaan. Sebuah komunitas aneh dihidupkan dalam kerjapan kehadiran tamu yang mengguyurkan kenangan menyakitkan, menjadi generator bagi pelecehan sebuah pribadi.

Gempol, 060401