Wednesday, September 20, 2006

Kontemplasi Tigaenam


(catatan jarak antara dua titik; kelahiran dan kematian)

Keberanian

Ternyata bersikap berani tidak berarti bebas dari rasa takut. Rasa takut tetap ada, tapi keberanian mendorongnya sampai melampaui garis tepi dari batas pesimisme diri. Demikianlah hidup memerlukan keberanian untuk terus dijilati dan ditelan apapun rasanya, dan keberanian adalah sumber dari kekuatan. Keberanian untuk mengatakan kepada diri sendiri “ Aku tidak mau menjadi korban”, keberanian untuk memberontak diam diam dari penyelewengan aturan peradaban dan tatana kepantasan. Ada yang bilang bahwa seluruh kehidupan menghampar didepan mata pada satu detik terakhir kehidupan seseorang menjelang ajal. Bagiku, kehidupan adalah emosi jiwa yang berenang renang di lautan sang waktu dengan aksesori rasa takut dan juga bosan.

Perkawinan

Perkawinan menjadi symbol tontonan, sebagai pembuktian betapa normalnya kehidupan seseorang, bahwa mereka mampu melembagakan cinta dalam ikatan selembar akta nikah. Kita jadi tidak bisa menerima keadaan ketika hidup kemudian menjadi aneh, diri kita menjadi aneh dan terkucil dari kelaziman. Perkawinan menjadi payung pelindung bagi keanehan itu, mengurung rapat dari pandangan dan mengubah individu penyebab perkawinan maupun pribadi baru yang dihasilkan didalamnya menjadi manusia yang semakin aneh. dari dalam lingkaran perkawinan yang bergeser makna inipun traktat traktat tanpa tulisan acap kali menjamur menjadi komitmen rahasia bernama dunia kecil tak bertuan.

Kemarahan

Bagaimana mungkin manusia bisa memelihara amarah berlama lama jika disekitar kita terhampar lautan berisi keindahan, seperti titik titik bintang di angkasa raya. Bahkan duka yang paling mengerikan sekalipun bisa tergubah menjadi sebentuk keindahan yang mengajak hati untuk menari bersama, meliuk pada setiap hembusan angin tanpa suara dengan hati penuh ibarat balon yang siap meledak mencari pembebasan, mengabarkan keindahan dengan suka cita kepada seluruh isi dunia.

Syukur atas hidup yang konyol dan singkat

Tak ada yang lebih bermartabat dari nilai seorang manusia kecuali rasa syukur yang tak berhenti atas apapun rasa yang datang memenuhi rongga syaraf rasa. Hidup menjadi pabrikasi kisah kisah panutan bagi ribuan tahun kemudian, yang juga merupakan duplikasi dari kehidupan sebelumnya, mungkin ribuan tahu yang lalu. Bersyukur bahwa setiap tarikan nafas masih mengangkuti oksigen kedalam darah yang memberikan nutrisi sebagai penggerak akal fikiran yang memelihara hati.

Kompromi hati

Merelakan kejadian yang menyakitkan sebagai salah satu episode riwayat kehidupan barangkali memang satu satunya pengobat bagi hati yang hancur berantakan bahkan berubah bentuk oleh sebuah benturan. Kekecewaan yang menggandeng sakit hati adalah virus jahat yang menggerogoti pribadi menjadi pincang belang belang. Sedangkan kekecewaan timbul karena pengharapan yang membentur dinding dan menghambur hampa. Kompromi menjadi obat mujarab pembasmi virus jahat penghuni hati, menerima kejadian masa lalu bahkan pribadi rendah budi sebagai hal yang memang harus ada dalam catatan perjalanan nasib. Berkompromi dengan hati adalah berkawan dengan virus jahat yang setia memelihara kecewa sebagai isi dari sepersekian cc darah yang megaliri otak.

Kekuatan

Menjadi kuat adalah dengan tetap melangkah dengan kaki telanjang dengan ataupun tanpa topangan, mengangkat tanggung jawab di pundak sebagai galah pengukur kualitas diri. Kekuatan yang sebenarnya kekutan adalah ketika keberanian menggelontorkan energi untuk terus mengangkat tanggung jawab di pundak, meski dengan kaki gemetaran. Terus mengangkatnya dipundak tanpa harus meminta seseorang untuk merabai tulang kaki yang retak tertimpa tangga sesudah terjatuh dalah kebangkrutan sosial. Penggunaan kekuatan yang melebihi porsi dan tidak semestinyapun membuahkan kehancuran parah yang berakibat atas kehancuran orang kehidupan orang lain. Semestinya kekuatan (yang disadari) menjadi alat bagi sebuah usaha melindungi, menjamin dan memelihara keamanan jiwa seseorang yang mengandarlkan si empunya kekuatan. Sedangkan, sebagai mahluk sosial, tiap individu memiliki kekuatan sekaligus membutuhkan kekuatan orang lain dalam keberlangsungan kehidupanya.

Tanggung Jawab

Bahwa kualitas seorang individu diukur dari kesanggupanya menempatkan tanggung jawab diatas pundaknya, menanggungnya menjadi sebuah keharusan sebagai manifestasi dari keberadaan diri diantara himpitan sosial disekitarnya. Tanggung jawab semestinyalah membuahkan sebuah sikap berupa penghargaan berupa penjiwaan tentang bagaimana seseorang telah dengan segala kebebasanya memilih bertanggung jawab terhadap seuatu yang terkadang bukan mutlak tanggunganya. Kemuliaan budi, hanya dapat diukur dari penyerahan hak hak pribadi kepada sebentuk tanggung jawab atas perbuatan laknat orang lain. Tanggung jawab sungguhlah bisa berubah menjadi sebuah hak yang bisa ditolak maupun diterima berdasarkan pertimbangan nurani belaka.

Kebaikan

Sungguh tidak perlu menjadi manusia sempurna sebab akan mustahil dan sia sia belaka upaya itu. Menjadi orang baik adalah lebih dari cukup bagi ukuran seorang manusia…


Gempol, ketika Dulgani yang pemabok mulai mengacaukan keheningan subuh, 060920