Friday, August 05, 2005

Mengemas Kenangan

(sebuah catatan untuk sesorang yang pernah begitu terkasihi)

Malam meleleh pelan pelan menuju pagi. Dalam alam fikiran yang merasa sebongkah karang di Antartika, kehidupan masih ramai berseliweran. Kehidupan angan angan, kehidupan kenangan, kehidupan fikiran semata. Ah, ternyata sulit mengubur kenangan dan menancapkan nisan bernama pengalaman atasnya.

Kesadaran bahwa diri hanya setitik debu bagi kehidupan yang laksana pantai di samudera hindia. Mestinya meratapi itu, tetapi entah kenapa hanya bisa menerimanya dengan rela, bahwa memang diri berarti demikian sekarang ini. Maka memilih tahu diri dengan kerelaan adalah bijaksana.

Tulisan inipun seharusnya adalah tetasan dari fikiran fikiran pribadi dalam pandangan pandangan sebagai pribadi yang introvert (?). Tetapi apa yang mengeram dalam fikiran itu tidak akan menetas disini, ditempat lain dimana bisa dicerna otak dan hati tanpa harus menjaga perasaan orang lain akan tidak menyukainya. Tentu tulisan itu hanya bersifat memoir belaka dan barangkali tak berguna bagi orang lain. Tak mengapa, itupun teranggap sebagai jejak perjalanan hati dan fikiran, untuk kelak menjadi catatan untuk catatan.

Dan akan terkemas segala kenangan bersama. Kita tak lagi membutuhkan itu semua, karena didepan jalan melempang terang benderang digelari permadani warna warni yang menjajikan. Tak ada sesuatupun manfaat dari keberadaan dan dramatisitas kenangannya. Tersimpan itu semua dalam tulisan, dalam fikiran dan sebagai catatan hidup. Akan terpajangkan di dinding hati mutiara mutiara persahabatan yang terjalin, hanya diri yang berhak menikmati betapa pernah punya sebuah perhubungan mullti makna dan multi definisi. Di dinding hati akan terukir sebuah keyakinan dari masa lalu bahwa pernah diri merasa berarti …

Semoga bertahun kemeranaan yang tersembunyikan sendiri berganti dengan masa depan gilang gemilang, kebahagiaan yang tumpah ruah tak berhenti. Amin. Akhirnya ucapkan rasa terimakasih yang tak terhingga untuk semua semua yang pernah terbagi atau terberi selama ini. Juga memohon maaf untuk semua kekhilafan dan juga sikap sikap yang entah menyakiti entah membuat merasa terabaikan dimasa yang telah lewat. Mohon diri….


Simatupang, 4 Agustus 2005