Sunday, February 26, 2006

Rindu Damai

Aku rindu rasanya damai, ketika senyum datang bersama mengalirnya detik demi detik merampas usia. Aku rindu rasanya hidup dalam genggaman harapan, dengan benih mimpi dan harapan jadi pemandu, dengan nurani dan logika sebagai rambu.

Inikah arwahku dari jasad jasmaniku yang tenggelam dikedalaman kegelapan? Inikah uap dari kemeranaan atas jiwa yang teraniaya? atau hanya kaki hatiku yang tertancap dilumpur beton, menunggunya mengeras dan lalu mematri diam, meninggalkan kedamaian menjauh ke awang awang?

Aku sungguh rindu rasanya damai, ketika jiwa menyediakan diri menjadi wadah masadepan, wadah ketidak pastian dengan kesiapan tak pura pura. Aku rindu datangnya pagi dengan matahari membawa janji bahwa benih benih harapan akan tumbuh dan bersemi menyemangati.

Setahun ini tempurung pengalaman mengurung dalam gelap, tanpa kisi kisi maupun ventilasi. Dan aku hanya rindu damai, rindu hudupku yang telah lalu. Kapan akan kembali kutemui??

Aku rindu rasanya hidup, dimana mendung, hujan, awan, langit, tanah, udara, air bahkan kegetiran menjadi nyenyanyian berirama damai…

Aku rindu, seseorang jelmaan malaikat yang mengajariku mengangkat dagu, tersenyum menumpas luka luka yang tersembunyi…


Gempol, 060226