Tuesday, February 02, 2010

Siapa Punya Siapa Kita

: PYO
Dari angka satu sampai ke angka sepuluh, siapakan orang yang paling kita sayangi saat ini?

Maka segala ingatan, kesadaran dan kemutlakan subyektifitas penilaian akan memanggil nama nama orang yang saat ini masih hidup dan berpengaruh besar dalam memanusiakan diri kita; yang pengaruhnya paling besar, menimbulkan empati paling kuat, dan paling ingin kita bahagiakan, itulah penyandang predikat orang tersayang. Mengingat ataupun menyebut namanya bisa menggetarkan seluruh jalinan perasaan, sebab dia yang mampu menyumberkan kasih sayang dan memang paling layak untuk menjadi orang yang paling kita sayangi.

Orang tua, ibunda adalah sosok yang semestinya paling layak mendapatkan gelar orang tersayang karena beliaulah yang membuat kita menjadi manusia, kemudian yang mengajari kita tentang tata tertib dunia, mengenalkan kepada hidup dengan caranya, menuntun sikap untuk selalu menuruti cahaya hati. Cintanya sebesar rongga antara bumi dan langit, sedangkan kasih sayangnya seluas ukuran dunia. Suci dan juga sepenuh hati. Tidak akan pernah ada cinta yang menyamai keagungan cinta seorang ibu yang bercita cita memuliakan anaknya dalam kehidupan dunia. Begitu besar cinta kasihnya sehingga ruh seorang ibu selalu tertitis kepada anak anaknya. Tidak peduli hal apapun yang kita anggap sebagai hal buruk yang diberikan oleh seorang ibu, maka ibu tetaplah seorang malaikat utusan Tuhan untuk menjadi perantara keberadaan kita di dunia dalam keadaan hidup. Nah, bukankah hidup adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan melalui tubuh ibunda? Tidak ada kemuliaan yang melebihi hal itu.

Lalu bapak yang baik kepada anaknya sendiri. Menempatkan diri dalam kehormatan seorang bapak yang ikhlas rela menjaga dan ngawat awati sang anak dari orok hingga meninggal dunia kalau mungkin. Seorang bapak yang mampu memanjakan anaknya, menjadikan kebutuhan lahir batin sang anak sebagai prioritas utama, bertanggung jawab mengumpani sekaligus melindungi anaknya dari segala bentuk kesusahan. Sang bapak yang menyuapi anaknya dengan pengalaman pengalaman hidup yang berharga, sebagai mata pelajaran bagi sang anak dalam mengayunkan langkah kakinya yang hijau. Kelahiran seorang manusia sesungguhnya tidak pernah akan terjadi tanpa campur tangan seorang bapak.

Bapak yang juga manusia biasa, ibu yang juga manusia biasa merekapun terkadang terjebak dalam sifat hewani kemanusiaanya, buta terhadap betapa mulianya menjadi orang tua; memperlakukan anak sebagai komoditas pengumpul materi semata. Tetapi mereka tetaplah orang tua yang membuat kita ada didunia dan menjadi salah satu renik yang membuat kehidupan dunia bergerak.

Kemudian anak. Titisan ruh, titisan darah dan daging dua manusia, dua individu asing yang beda jenis yang kemudian membentuk menjadi manusia baru. Anak memberikan pelajaran paling berharga bagi setiap manusia dewasa untuk memahami bagaimana dulu dibesarkan oleh orang tua. Kepadanya, orang tua membangun rambu rambu dan menyalakan cahaya, meratakan tanah pijakan untuk dilewati sang anak supaya aman sentausa di masa depannya, supaya mampu menghidupi dirinya sendiri dan menciptakan kehidupan bagi orang lain pada saatnya kelak orang sang orang tua termakan usia. Kehadiran seorang anak adalah penyadaran terbesar akan siklus silsilah panjang sekaligus memberikan harapan bahwa tentakel silsilah dijamin semakin meraksasa dan panjang. Kepada anak, orang tua menitipkan warisan berupa zaman, yang terus bergerak dan berubah mengikuti kehendak kehidupan. Anak selayaknya adalah symbol kebahagiaan hidup, buah cinta dan tumpahan kasih sayang sepanjang hayat dikandung badan.

Baru kemudian orang asing, si individu asing yang bersarang di dalam batin, dimana dengan suka rela dan maksud yang sama telah menjadi teman hati, terikat dengan talihati yang tidak terlihat oleh mata. Kita menyayanginya karena kita disayang olehnya. Simbiosis mutualisme batin yang tidak mungkin untuk dijabarkan hanya dengan serentetan kata kata. Sebuah hubungan aneh atas kuasa rasa yang sama, yang memberikan sensasi sensasi hipnotis bagi siapapun yang mengalaminya. Namanya asmara. Oleh sebab faktor waktu dan lain sebagainya, posisi ini sering terjadi pergeseran nama dan zaman ke zaman. Orang asing yang kita sayangi saat ini bisa jadi bukanlah orang yang sama seperti sepuluh tahun, lima tahun, tiga tahun, atau enam bulan yang lalu. Kepadanyalah kita menemukan potongan puzzle yang lalu membentuk keutuhan sketsa impresi sebagai sebuah pribadi, sebagai seorang manusia dalam level mutunya.

Deretan angka selebihnya diwakili oleh nama nama yang sangat kita kenal dan kita fahami keadaanya, atau oleh ikatan darah yang tidak bisa diceraikan dengan apapun. Namanya juga subyektif, jadi masing masing orang bebas menentukan siapa berada pada urutan peringkat berapa dalam posisi orang tersayang dalam hidup kita. Samasekali bukan soal pembandingan kualitas, akan tetapi hanya sekedar skala prioritas. Sesungguhnya setiap orang adalah orang tersayang bagi seseorang. Bagi seseorang yang beruntung, dia bisa menjadi orang tersayang bagi lebih dari satu orang, sedangkan dia si orang beruntung hanya punya satu orang tersayang dalam hidupnya saat ini.

Sayangnya, kita tidak pernah tahu orang tersayang urutan ke berapakah kita bagi orang lain, tetapi kita tahu pasti siapa orang orang yang kita sayangi dalam hidup kita.


Surabaya 100202