Saturday, February 18, 2006

Menunggu

Aku telah menunggumu sejak tak ada apapun lainya yang bisa dilakukan. Apakah aku harus membunuh penantianku, berjalan mengelak dari sergapan perih kenyataan bahwa engkau tak datang untukku? Semestinya begitu, tapi tolong ajari akau bagaimana caranya, sebab aku terlalu dungu untuk sekedar menjadi orang yang pura pura. Maka aku menunggu, sebab aku tak bisa menipu diriku bahwa aku telah lama menunggu dan akan terus menunggu datangmu.

Engkau tak punya pilihan, katamu tetapi engkau membuat keputusan dengan memilih pilihan. Memintaku menunggu, membuatku menunggu dan disebuah kota yang salah karena tak mendaftarku sebagai pilihan. It is fine to live with violated mind inside of me, because it’s just me, the whole me. Engkau tak akan pernah bisa mencicipi perihnya, seperti juga aku tak bisa sedikitpun merasakan pedihmu. Dinding gelembung dunia bathin kita, mustahil untuk didobrak, terlalu tebal meski transparan dalam pandangan.

Seperti mengharap, semua tak harus jadi bukti jawaban tepat. Demikian juga menunggu, tak semua berujung dengan ‘bertemu’. Dan engaku datang bukanlah buatku, itulah kenyataan dan kenyataan itu menyakitkan. Aku merasa tak melakukan hal yang buruk terhadapmu, ucapmu suatu ketika dan memang tak ada satupun hal buruk yang pernah kuterima darimu. Apapun itu. Bahkan sikapmu yang mempermainkan keyakinanku sekalipun tetap indah untuk kuhayati, menyadarkan diri bahwa aku bukanlah miliki peradaban dimana kehidupan normal dijalani.

Engkau mengenalku sebagai rangkuman kata kata, maka aku lahir dalam kehidupanmu sebagai wakil dari kata kataku. Sampai engkau membunuhkupun, aku akan tetap jadi kata kata yang hidup dalam jiwamu. Bahkan ribuan iblis yang kaukenali yang kini tengah berpesta ditengah tengah tubuhkupun tak sanggup merubah wujudku menjadi bongkah daging dan tulang yang tumbuh tanpa hati. Nanti, lihatlah dalam gambar saja, catatan tentang tipu daya yang tertoreh dilengan kiriku, menjadi saksi abstrak peneman penantianku.

Seperti kataku, aku akan tetap menunggumu meskipun sulit bagiku membedakan antara siang dan malam hari. Setidaknya sampai subuh, sampai engkau menginjak bumi kembali…


Gempol 060218