Thursday, February 23, 2006

Korban

Perbedaan antara ‘dikorbankan’ dan ‘mengorbankan diri’ jelaslah sangat ekstrim. Tetapi bagaimana dengan diri yagn rela berkorban kemudian justru dipilih oleh sang iblis untuk dipecundangi dengan kebiadaban perilaku? Si korban dipilih untuk dikorbankan karena sikap ‘mengorbankan diri’nya dianggap sebagai kedunguan yang mudah untuk dimanfaatkan, sedangkan baginya mengorbankan diri adalah kesukarelaan untuk tujuan mulia, menjadi orang baik yang menurutnya pantas untuk sekedar dihargai, diperlakukan sebagai manusia syukur syukur manusia bijaksana.

Ketika sikap mengorbankan diri dipilih, maka ego dipenjara oleh keperkasaan nurani, oleh bisikan sang baik hati untuk rela menelan kotoran yang bukan dibuatnya sendiri, dengan hati remuk tanpa bentuk memperbaiki susunan kebanggaan yang pernah dibangun dan lalu dihancurkan iblis. Butuh kekuatan besar dan effort yang tidak sederhana untuk melakukanya.

Tidak perlu kecerdasan berlebih untuk bisa menafsirkan sebagai perbuatan mulia, hanya perlu mengembalikan diri pada cermin sebagai manusia yang berakal budi.

Kebohongan adalah ketika si pembohong menganggap kehidupan serba mudah sementara kesulitan tercermin disekeliling kenyataanya, dan yang lebih menonjol adalah anggapan si pembohong bahwa korbanya tidak lebih daripada si dungu yang memiliki kualitas intelegensia jauh dibawah miliknya sendiri, sangat apriori. Tetapi, kebohongan sama yang dilakukan berulang setelah si korban dengan gamblang menguak kebohongan itu sendiri menurutku adalah kebodohan yang sesungguhnya. Atau barangkali kesengajaan untuk menghancurkan, sebuah metode penghancuran terhadap sebuah karakter. Inilah kejahatan nurani yang sesungguhnya!

Lebih mengenaskan lagi ketika si pelaku justru menyalahkan si korban hanya karena memposisikan sebagai korban, karena tidak bisa menerima kebohongan sebagai kebenaran yang harus dipercayai, sebagai takdir, bahwa kebenaran hanyalah produk dari iblis yang sesungguhnya. Sungguh memprihatinkan krisis nurani yang terjadi pada orang seperti ini., karena kepintaran yang diakumulasikan dari nafsunya menempatkan dirinya pada satu level dibawah nilai seekor B-I-N-A-T-A-N-G.

Gempol, 060222