Sunday, August 24, 2008

Manusia baru

Catatan kecil untuk Abby

Tanpa sekehendakmu, engkau lahir ketika usiaku merambat tua. Dengan niatan telah tertitip lewat ubun ubunmu harapan dan pesan kelakuan, setidaknya ruh yang menghembus dikala engkau gelisah dalam rahim bidadari, ibu kandungmu membacakan kisah kepahlawanan manusia manusia utama, nun jauh di tempat yang hanya terdapat dalamm cerita buku.

Dalam naungan cinta berlimpahan tubuh mungilmu mengisi ramai dunia, terlahir dari tetes embun sejuk milik sang zaman. Lewat ibundamu kutitipkan cinta yang kental, cinta yang tak mengenal segala acara dunia. Kelak kau mungkin tak akan mengerti bahwa di dunia yang kacau ini selalu ada duni tak bertuan yang menyumberkan kedamaian seperti keabadian.

Kakimu akan perkasa menjejaki langit, seluas pikiranmu menangkapi ilmu dan menggendong jadi bekal pengalaman. Nanti engkau akan mengerti jua, bahwa hangat matahari dan sejuknya pagi selalu berisi energi yang mengembalikanmu pada pengakuan atas keagungan Tuhan, sang penciptamu.

Ketika genangan ketuban mengering, engkau telah resmi menjadi manusia baru tanpa upacara. Dan kewajibanmu, wahai manusia baru adalah menjadi manusia, membanggakan ayahnda pengukir raga dan mendamaikan ibunda yang selama sembilan bulan menggendongmu tanpa lelah.

Jika mata mungilmu terbuka kelak, segala rahasia alam akan terhampar dihadapanmu untuk engkau punguti jadikan perhiasan riwayat kehidupan. Dan dari telingamu segala ilmu pengetahuan akan tersimpan dalam ingatan, menjadikanmu sebagai manusia unggul yang cerdas memaknai kehidupan; seperti ayahandamu juga seperti ibundamu.

Selamat datang ke dunia wahai manusia baru, hiruplah udara dan penuhi paru parumu dengan udara yang penuh akan karunia. Bawalah pesan damai yang dulu sempat kutiupkan di rahim ibundamu...


Gempol 080824

Tuesday, August 19, 2008

DTB – a hidden story.

:
Rasanya tidak ada lagi apapun yang diperlukan, tidak ada lagi keperluan yang dibutuhkan selama kepalamu bersandar pasrah didadaku, dengan rambut hitam lurusmu terurai memenuhi bidang sandaranmu, seperuh tubuhmu dalam dekapan erat. Mata kita terpejam, kata kata kehilangan makna. Hati berbicara jauh lebih banyak dari apa yang bias disimpulkan oleh kata kata. Tangan kiriku merangkul, melingkari lehermu dengan jari jemariku mempermainkan daun telinga mungil itu. Tidak ada lagi yang perlu dirisaukan, tidak ada yang patut untuk dicemaskan. Hanya nafas memburu yang perlahan menjadi pelan, dan peluh menitik di setiap pori di kulit ari.

Dalam buaian tepi surga, tubuh kita melayang layang diangkasa, diterbangkan oleh gelombang lembut pasca ledakan sensasi bersama, laksana gunung berapi semburkan lahar bagi yang pertama. Diam, kesunyian menjadi begitu indah, musik mengalir dari detak jantung yang perlahan berhenti berburuan berkejaran, mengiring deru nafas yang memudar. Tubuh mungilmu dalam dekapan, dan kita larut dalam buaian. Bibir mungilmu menyembunyikan senyum, tenggelam dalam sonyaruri. Semua diam, tenang.

Di dalam pikiranku pengembaraan jauh melanglang negeri, melewati pulau pulau dan samudera hingga nun jauh ke dusun dimana masa kecilmu bersinar ceria. Kaki mungilmu menapak diantara hamparan buah cengkeh yang terjemur di halaman depan, angin yang beraroma cengkeh mempermainkan rambutmu ketika berlari mengejari kupu kupu kuning yang terbang genit diantar semak. Mata sipitmu mengernyit diciumi hangat udara pagi, dan kulit putihmu semburat dipermainkan oleh sinar matahari yang menerobos diantara daun daun mangga di halaman belakang rumahmu. Aku menjadi matahari, saksi atas sukacitamu pagi itu, berlarian sambil bernyanyi berrsama alam yang menenteramkan, memberi janji janji akan tempat tempat jauh yang kaya akan ilmu pengetahuan. Aku menjadi matahari yang menyaksikan tangismu pecah ketika kelinci kesayanganmu tersesat di tepi hutan.

Di dalam pikiranmu, badan terbang tanpa sayap menjelajahi langit, timbul tenggelam dalam kesadaran. Lalu menemukan lelakimu menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri, pahlawan yang lengan kirinya kini melingkar di leher dan mempermainkan cuping telinga dengan mesra. Lelaki ini muncul bersama dengan kemunculan hari hari biasa, kemudian menjulang diantara angan dan keinginan hati yang terbentengi oleh aturan kepatutan, compliance blanket, dan tatanan peradaban. Tetapi dia tetaplah lelaki pahlawan, yang memberikan nilai tak tertakarkan atas keberadaannya sebagai wanita. Otak memvisualisasikan seribu cerita tentang perjalanan panjang dan sendirian yang sempat terekam lalu diperdengarkan dalam kisah sepanjang malam, yang kini membuai dalam badai pertanyaan betapa mengesankan kisah kehidupan. Lelaki itu, lengannya kukuh merengkuh hati, membiarkan dirinya hampa di titik nisbi dengan angan yang bebas menjelajah pergi meninggalkan raga. Damai tentram semata yang terasa.

“ yuuuk…”

Suaramu membunuh lamunanku….


SCBD - 080819

Friday, August 08, 2008

Mengenangi Pertemuan

: HF


Hangat hawa kotamu menyergap dalam pencarianku diantara gelap. Jejak jejak kaki kutemui, jejak jejak kakiku senidri di masalalu. Seakan bayangmupun senyap dibungkam sunyi hati. Bukit bukit yang menyembul diantara jalanan raya mengantarku pada khayal sejarah yang terputar dalam utas pita kenangan. Menghayati kerinduan ketika senja mulai mengurung simpang Enggal, warnanya sayu dipermainkan teka teki malam nanti dan realita tadi pagi dalam bayang bayang patung gajah berpayung susun.

Bertemu lagi dengan tatapan matamu, yang setiap kerling mengandung beling yang menusuk kalbu, mematikan ego, rasanya seperti menapak nyata di alam mimpi. Bising menjadi sunyi dan sunyi berubah girang menjadi kepenuhan kata kata, semua bercerita tentang apa yang terjadi semenjak pergi. Tawa yang pecah di pantai lautan kisah telah membunuh ragu atas keberadaan tubuh dan hati permaisuri sang naga. Diri tersedia menjadi budak atas perasaan senang berlebihan yang berulang setiap kali pandangan menyilang.

Seseorang pernah membius dalam drama percintaan terbaik sepanjang zaman suatu ketika, menebarkan daya magis dengan kekuatan magnet yang tak terbayangkan. Lelaki manapun takkan sanggup melawan, kekuatan akan daya tarik kasih sayang. Menerabas gelap, merenangi hujan, menyusuri khayalan, membelah lautan dan menempuh perjalanan yang tak terbayangkan kini, untuk setetes embun bagi gersangnya hati. Embun yang tidak pernah pergi dari hati, hingga siang kembali ke pagi lagi. Bahkan ketika rumput rumput harapan menghijaukan gurun kesengsaraan, buah dari drama penghianatan.

Kota ini tak pernah menjadi asing meskipun lama tak disambangi dan hanya sekali dikunjungi. Setiap ruas jalan dan bidang bangunan adalah jejak memanjang yang menceritakan tentang pertemuan rahasia yang terjadi di dunia tersembunyi; dunia tak bertuan. Tiap sudutnya menyimpan tatapan mata dan raut wajah ayunya, bahkan suara lembutnya bergema memenuhi langit fikiran. Bahkan tepian lapangan Siburai masih menyisakan tetes air matamu abad lalu, ketika kita harus berpisahan, menceraikan dua manusia beda warna yang mengikut hati setelah rampung melunaskan kerinduan. Ya, hanya mengikutkan kerinduan hati.

Kini dinding kaca pun berterali, menegaskan jarak yang bisa dibuat oleh kebudayaan manusia bernama adat kepantasan yang mengatur tatanan kesusilaan. Tetapi hati tak mengenal terali dan dinding kaca, ia bebas menembus segala bentuk dimensi ruang dan waktu, menghilangkan perbedaan warna hitam dan warna putih. Demikianlah hidup harus berrjalan, seperti yang pernah jadi perkiraan pada awal mula perjumpaan. Dan memang hidup terus berjalan, membawa perubahan dan perkembangan baru, bibit bibit masa depan yang baru dan terus bertumbuhan dipupuk pengalaman masa lalu.

Mengenangkan pertemuan, keindahan yang terkandung dalam setiap elemen keberadaannya, mengantarkan tidur dalam mimpi teramat indah dalam pelukan sepi kotamu...


Bandar Lampung 080808

Tuesday, August 05, 2008

Bukan saya

Rekaman audio di cockpit pesawat Adam air DHI 574 yang hilang di perairan Majene Sulawesi Barat pada hari pertama tahun lalu tiba tiba beredar dan populer melebihi popularitas album baru band anak muda. “ Allahuakbar…Allahuakbar….” lalu senyap bersama lenyapnya seratus dua orang manusia yang ada didalamnya, meninggalkan luka dalam bagi ribuan orang sanak keluarga korban. Isi rekamannya tetap sama, itu itu juga beredar melalui transaksi informasi nir kabel. Bukti bahwa teknologi informasi secara perlahan lahan menelanjangi cerita kemanusiaan yang terjadi sebena benarnya.

Yang lebih meriah justru cerita cerita sangkalan para pejabat instansi negara yang tadinya berkewajiban menyimpan dan memelihara jawaban teka teki kecelakaan pesawat paling tragis abad ini. Berlagak seoalah tidak kebakaran jenggotl KNKT menaburkan bibit bibit opini yang keseluruhannya mendoktrin publik untuk mendukung kebohongannya menjadi kebenaran. Hal yang sedemikian sederhana di orak arik menjadi susah dicerna. Kisah bau kentutpun di seluruh dunia tetap sama rumusnya, yaitu yang pertama keluar dari mulut dari bau celaka itu adalah “bukan saya pelakunya”, yang sebenarnya bermakna sebuah upaya mengalihkan kesalahan kepada hantu; pembodohan publik!

Di tivi, si ganteng pemandu acara mewawancarai seorang pejabat tinggi di KNKT. Lelaki tua dengan tiga perempat wajahnya dilapisi kaca mata berwarna grey transparan; dan begitu peduli dengan jas serta intonasi suaranya memperjelas situasi pikirannya yang dihinggapi deja vu sepanjang waktu. Rekaman suara bencana celaka itu diperdengarkan lagi, merobek ribuan hati sanak waris para korban, juga jutaan manusia atas nama kemanusiaan. Bebasnya pemberitaan di media tivi bagai mata cangkul tajam yang mengoyak hati keluarga korban yang sedang belajar sangat keras dan berat untuk bekompromi dengan keikhlasan. Rekaman percakapan yang bocor itulah sebenarnya bencana lebih parah bagi kebangsaan dan kemanusiaan, sebuah pertunjukan peradaban betapa miskinnya bangsa ini dengan empati. Adat sopan santun ketimuran, menguap menjadi sejarah. Vulgarnya pemberitaan adalah anarkisme terhadap bathin keluarga korban, dan selamanya penderitaan sungguh tidak bisa digambarkan seperti apa rasanya. Hanya bisa merasakannya sebagai iblis jahat yang hidup didalam aliran darah disekujur tubuh kasar kita, itupun hanya bisa dirasakan oleh mereka yang tertimpa derita.

Bocornya rekaman keramat itu ke telinga umum juga adalah sebuah cermin betapa pemikiran tentang pengamanan bagi pejabat sepenting itu sungguh bisa diduga; sangat memprihatinkan. Mestinya, upaya pencegahan terhadap terjadinya kebocoran informasi mutlak menjadi prioritas pengamanan KNKT dari ancaman operasi intelijen partikelir, pencurian, sabotase ataupun kemungkinan terburuk lainnya. Metode metode pengamanan elektronik sampai pengamanan tehnology informasi mutlak harus ada. Dibutuhkan sebuah team pengamanan yang efektif sebagai pendukung sistem sistem yang terbangun dalam melaksanakan pengamanan fisik, serta melakukan pemetaan konsentrasi area kritis dengan sistem administrasi serta prosedur standar operacional yang jelas. Kesadaran para pemangku kedudukan (apalagi pejabat publik) kita masih sangat rendah terhadap pentingnya pengamanan. Penghargaan terhadap profesi petugas keamanan memang sudah banyak kemajuan meskipun masih jauh dari harapan yang wajar. Akibatnya profesionalisme individual seorang petugas pengamanan sering kali pas pasan, sama halnya dengan pendapatan mereka yang juga pas pasan.

Sementara pejabat yang pura pura tidak kebakaran jenggot sibuk mengembang biakkan opini, marilah tunduk kepala kita sejenak. Mengheningkan cipta dan memohon kepada yang maha kuasa, semoga arwah para korban tenang diterima disisiNya, serta keluarga yang ditinggalkan diberiNya kekuatan untuk melanjutkan hidup dan menyingkap keajaiban keajaiban lainnya dalam kehidupan dan juga semoga para pemimpin negeri ini segera disadarkan dari kemabukan duniawi.

Dan, kebenaran yang tak terbantahkan adalah makna dari kata terakhir yang terperdengarkan dalam rekaman masyhur itu..” Allahuakbar….Allahuakbar…..Allah maha besar..! Itulah kebenaran hakiki dari cerita setiap manusia, tidak peduli bagaimana KNKT akan berkilah menutupi aibnya .


Gempol – Bambu Apus 080805