Thursday, October 06, 2011

Perkabungan

: Bue (13 Agustus 1942 - 06 Oktober 2011)


Kepada rindang pohon trengguli tertitip jasad ibunda yang terlelap dalam tidur panjang penuh kedamaian tanpa mimpi. Selimutnya bumi bertabur bunga setaman dan doa doa kami yang kehilangan. Isak tangis disembunyikan dibalik wajah wajah lusuh penuh duka cita. Kuning terang bunga trengguli, bergoyang pelan diatas makam. Kemarau yang membawa angin kering mengembara membawa kabar duka ke kota kota nan jauh. " pagi tadi ibunda telah pergi. . . "


Ibunda induk hidup, separuh akar dunia tercabut oleh karena kepergianya, pergi yang tak akan kembali lagi. Hati berlubang dilimuri puji ujian perkabungan bercampur kesedihan terhebat sepanjang hayat. Segala kenang kenangan atas indahnya masa kecil sepanjang perjalanan menggenang pada udara. Sejuk tanah merah menjadi peristirahatan terakhirnya, tanah yang sama ketika pertama mengenal dunia.

Ibunda ibu dunia, yang menitiskan ruh pada jiwa jiwa perkasa. cinta terbesar terbentuk oleh kisah kisah sepanjang masa. Kembang turi dan kecambah lamtoro memupuk anak anak panah yang melesat menjelajah angkasa tak bertuan, menejejaki bumi bumi nun jauh yang pernah teceritakan di temaram lampu tempel; atau dihamparan rumput teki ketika rembulan penuh menguasai langit dulu.

Ibunda cinta abadi, berpeluh kasih sayang mengalir sepanjang dan sepenuh nafasnya. Dari kedalaman batinnya bersumber cinta kasih, cikal bakal kehidupan yang menebar di lembah lembah dan bukit nasib dimana harapan disemaikan. Sejuknya menjadi jimat penyemangat ketika kaki kaki kecil kami belajar melangkah menapaki bumi, memungut setiap keping kenangan untuk dipersembahkan kembali kepadanya sebagai kebanggaan.

Ibunda yang terbaik hatinya. Bersama pergimu, separuh bumipun luruh jadi debu. Tinggal syahdu suara menggema di dinding jiwa, mengantarkan cerita dongeng tentang negeri yang jauh; mengantar kami ke alam mimpi masa kecil. Senyum ibunda menjadi mercusuar pengarah langkah setiap kali mata angin menyesatkan arah. Maka gugusan waktu akan mengaburkan hangat dari pelukan terakhir, lantunan doa yang mengalir melalui hatimu yang bening.


Ibunda Ibu surga, kepadamu segala cinta dan kebahagiaan berpalung. Yang menjadikan kita menjadi manusia, kemudian yang mengajarikan tentang tata tertib dunia, mengenalkan kepada hidup dengan caranya, menuntun sikap untuk selalu menuruti cahaya hati. Cintanya sebesar rongga antara bumi dan langit, sedangkan kasih sayangnya seluas ukuran dunia. Suci dan juga sepenuh hati. Tidak akan pernah ada cinta yang menyamai keagungan cinta ibunda yang bercita cita memuliakan anaknya dalam kehidupan dunia. Begitu besar cinta kasihnya sehingga ruhnya selalu tertitis kepada jiwa anak anak yang telah menjadi manusia. Tidak peduli hal apapun yang kita anggap sebagai hal buruk yang diberikan, maka ibunda tetaplah seorang malaikat utusan Tuhan untuk menjadi perantara keberadaan kita di dunia dalam keadaan hidup.

Hidup adalah anugerah terindah yang diberikan oleh Tuhan melalui tubuh ibunda. Tidak ada kemuliaan yang melebihi hal itu Untuk itu terhaturkan rasa terimakasih tak terhingga sebagai pengantar perjalanan baru menghadap Sang Pemilik hidup.


Sugeng tindak, bue...

Andong 111006