Monday, December 05, 2005

Jatuh Cinta


(catatan untuk teman yang sedang jatuh cinta)
Jatuh cinta adalah bunuh diri yang terindah. Ketika kita jatuh cinta, kita membiarkan ego dalam diri kita secara sangat individual mati sesaat, teracuni oleh gejolak hati. Jatuh cinta juga adalah puncak estetik dari nilai nilai hidup, dimana sang hati menjadi raja diraja penguasa yang memerintahkan seluruh syaraf rasa mengubah sudut pandang menjadi seni yang serba indah. Jatuh cinta mutlak menjadi urusan hati, dunia perasaan dan angan angan. Dan menurutkan hidup mengikuti hati, maka batasnya adalah nisbi belaka; dari ujung langit ke ujung lainya. Alias tidak ada. Nihil.

Jiwa manusia membawa dua unsur dunia, yaitu dunia hati dan dunia logika. Dunia hati mengurusi hal hal yang bersentuhan dengan perasaan dan emosi, sedangkan dunia logika berkepentingan dengan urusan urusan perhitungan matetis dan akal sehat. Dan ketika hati menjadi raja bagi jiwa ketika kita jatuh cinta, maka logika akan secara sadar dimati surikan atau mungkin diabaikan. Logika tidak bisa menalar dengan sistematis apa yang terjadi didunia hati, sedangkan hati menemukan egonya bahwa keindahan ketika jatuh cinta tidak ada sangkut pautanya sama logika. Logika yang memandang kelakuan hati akan mengusik usik bahkan memperingatkan untuk tetap dijalur logis, tetapi hati yang jatuh cinta biasanya hanya memandangnya sebagai anjuran yang tidak harus menjadi panutan.

Seperti semua hal didunia ini, bahwa tidak ada sesuatupun yang everlasting, maka jatuh cintapun sebenarnya adalah keadaan sesaat belaka. Ada masanya perasaan cinta yang menggebu lengkap dengan segala macam atributnya itu akan memudar bahkan padam. Tidak dipungkiri, jatuh cinta kepada seseorang dan mendapat sambutan seimbang adalah pengalama bathin yang luar biasa, tidak bisa akan lupa sekaligus pada saatnya ketika mabuk cinta sudah mereda, semua akan tampak wajar dan biasa saja. Jatuh cinta menghadirkan segala perasaan serba indah dan romantis bagi setiap individu. Hal hal sepele dan biasa bisa berubah menjadi dramatis. Sebagian orang menjalani kehidupan dengan dramatisasi emosi yang kental, dengan pemahaman bahwa segala yang disediakan oleh hidup adalah seni. Alam, manusia, perasaan, dan seluruh kehidupan memiliki nilai estetika yang tinggi. Jika orang seperti ini jatuh cinta, maka dunia angan anganya akan berubah menjadi segala sesuatu yang berhubungan dengan terjadinya keajaiban.

Jatuh cinta bagi orang luar yang tidak mengalaminya juga memiliki potensi distruktif, menghancurkan. Banyak orang menafsirkan jatuh cinta sebagai keinginan untuk bersama sama terus, berkomunikasi terus, bahkan sebagian orang menafsirkan sebagai kebebasan untuk bersebadan maupun berduaan dengan bebas dengan lawan jenis. Jatuh cinta seperti ini tentu memiliki kualitas yang rendah dan belum patut dinamakan jatuh cinta, kecuali ketertarikan akan lawan jenis; sexual needs fulfillment.

Jatuh cinta hakiki adalah seni komunikasi hati, dus tidak ada yang instant. Mungkin berawal dari rasa “click”, kemudian simpati, kemudian timbul perasaan perasaan halus yang membuai yang menimbulkan rasa peduli dan kerelaan untuk terlibat terhadap individu lain sekaligus memiliki dasar dasar rasa hormat dan tentu memuja. Jatuh cinta yang baik berisi hal hal yang saling menjaga tanpa mengekang.

Jatuh cinta adalah ketika diri membiarkan hati mengambil kendali, ketika logika mati suri, penghayatan terhadap setiap moment terjadinya komunikasi dua hati dengan cara apapun yang berujung pada satu kesimpulan; memuja rasa.


Minggu, 4 Desember 2005
Perenungan pada siang bolong dari kamar kost…