tag:blogger.com,1999:blog-174300072024-03-24T01:06:18.812+07:00bunga langitsekedar catatan di dinding langit, pengingat langkah ketika kaki perlahan goyah...buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.comBlogger422125tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-28125536932802182072023-09-29T20:01:00.001+07:002023-09-29T20:01:43.552+07:00Kata Kata Diam<p><br /></p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGT6UHXy1OEw_R09XvQWEjd8tTK2yPNl_KMvTqpduzmY3hIJnq-sS9u2pwgYmq6kEKYjflCQ2JH7otMxdbHdV4wbK2cowFN1n8uruUf07dGyTIGA0E-US6Wb0akzRUzs9ftMCNFqUlkqEJN52gQkl-_5WSdapMEnBLN0pXkifgf4YqJdNm5aCLxw/s4032/IMG_8669.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="4032" data-original-width="3024" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGT6UHXy1OEw_R09XvQWEjd8tTK2yPNl_KMvTqpduzmY3hIJnq-sS9u2pwgYmq6kEKYjflCQ2JH7otMxdbHdV4wbK2cowFN1n8uruUf07dGyTIGA0E-US6Wb0akzRUzs9ftMCNFqUlkqEJN52gQkl-_5WSdapMEnBLN0pXkifgf4YqJdNm5aCLxw/w150-h200/IMG_8669.jpeg" width="150" /></a></div><br />Diam. Ketika
semua kata kata sudah habis untuk diucapkan dan semua isi hati dan pikiran
sudah dituangkan pada kata kata. Di ujung hampa kebingungan menyapa. Serba kabur
dan tak terlihat tanda gambaran kemungkinan terdekat untuk masa depan. Amarah menghilang
cepat, kesedihan menjadi semacam pengulangan yang membosankan dan berujung pada
menyalahkan diri sendiri atas kebodohan mempercayai konsep kebaikan hati,
konsep kemanusiaan yang beradab.<o:p></o:p><p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Ternyata memang
tidak semua hal yang rusak bisa diperbaiki. Sebagian yang rusak harus dibuang;
lalu diganti atau tidak diganti samasekali. Proses transisi yang sebelum
sebelumnya terbayang berat kemudian berjalan begitu saja tanpa protes maupun
kesulitan yang mendrama. Toh pada akhirnya harus diakui bahwa memang Tuhan
sudah memberikan jalan yang demikian, jalan yang terbaik yang memang sudah
digariskan jauh sebelum kita dilahirkan. Mungkin inilah Hidayah yang
sebenarnya. <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Merunduk ketika
badai menggulung dan berdiri menjulang ketika badai menyisakan segalanya yang
porak poranda. Kaki perih tertancap di lumpur kenangan yang banyak penyesalan, gemetarnya
tersembunyi hingga tak seorangpun bisa ber empati. Semangat yang tiba tiba
patah menjadi kekuatan baru untuk memilih tetap hidup dengan citarasa baru;
citarasa patah semangat. Lelah yang mendera tidak mengharuskan diri untuk
menghamba pada nilai kebijaksanaan, karena ternyata kebaikan memerlukan
kekuatan hati yang tidak setiap manusia sama ukuranya.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Tangis perlahan
padam dan bara dendam terpelihara dalam diam. Tetapi bencana tidak lagi lahir
dalam percakapan. Perihnya dikhianati berulang kali, sakitnya didustai berkali kali,
dan ganasnya amarah oleh sebab dihina tidak lagi muncul dalam perbincangan.
Semua topik topik itu sudah menjadi percuma untuk dilahirkan dalam diskusi
konstruktif sekalipun. Barangkali akan lebih bijaksana jika semua kejadian
dibingkai dalam persepsi masalalu. Bukankah tidak ada gunanya juga memelihara
masalalu, karena akan bisa mengaburkan focus paandangan ke masa depan?! Cukup dibuat
sebagai pelajaran saja, mengambil hikmah bahwa sekian puluh tahun pengabdian
adalah taburan ibadah di ladang pahala. Tidak bijak juga menyesali semua niat
baik yang terkhianati, sebab niat baik tetaplah kebaikan jika disertai Ikhlas.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Menjadi Ikhlas adalah
derajat tertinggi dari semua jenis kebaikan di dunia. Mengikhlaskan semua hal
tidak menyenangkan bahkan menyakitkan terjadi pada kita atas berbuatan orang
lain juga mengikhlaskan hal hal yang selama ini kita anggap baik untuk hilang
dari kehidupan; adalah dua konsep Ikhlas yang memerlukan kekuatan super sebagai
manusia biasa. Keikhlasan semacam itu bisa hadir dalam hati sanubari manusia,
sebagian dengan melewati begitu banyak kesabaran yang jumlahnya melebihi
kapasitas yang bisa ditanggungkan oleh manusia biasa. Keikhlasan seperti itu
adalah bentuk kemenyerahan kepada takdir dan bangkitnya semangat pada si
terzolimi untuk membela harga dirinya sendiri; menghargai dirinya sendiri. Pelecehan
dan penghianatan yang melebihi kapasitas yang bisa diterima seseorang akan
mendorong <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>si korban untuk berdiri tegak
dengan prinsip baru dan tekad bulat untuk memperjuangkan prinsipnya; sama
halnya ketika awal awal tekad perjuangan yang di akhir cerita menjadi ajang
penghianatan.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Masa depan
terbaik adalah mengikut pada rencana Tuhan. Hal hal terbaiklah yang harus
diperjuangkan secara konsisten. Mimpi tentang masatua yang damai dengan sedikit
konflik yang bisa ditolerir tetap terpegang sebagai panduan. Semua yang terjadi
sudah terjadi dan tidak perlu dihidup hidupkan lagi bahwa dianggap masih
berpengaruh pada pikiran dan sikap kita hari ini. Semua kejadian sudah digariskan
demikian dan setiap mahluk harus Ikhlas menerimanya sebagai suratan takdir. Penyesalan
akan merintangi Langkah kedepan. Anggap bahwa semua hal baik sudah diperjuangkan
dan hasilnya memang tidak sesuai harapan. Tidak baik juga menyalahkan orang
lain, dan atau menyalahkan diri sendiri untuk semua yang sudah terjadi. Tidak ada
gunanya juga menyalahkan; hanya menciptakan kambing hitam si satu satunya yang
mengerti makna kebenaran.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Empati dan iba
yang berpuluh tahun menjadi penguat ketika hati hancur, dada melepuh dan kaki lumpuh
lenyap bersama dengan kesadaran bahwa selama ini semua percuma. Bahwa luka yang
diceritakan sepanjang perjalanan tak bisa membuka mata juga. Demikian juga
nasehat yang berisi ribuan kata bijak tak lagi bermakna. Jadi memang sudah
tidak ada lagi gunanya memperbincangkan luka. Biarkan kata kata diam menuntun
kita menuju pemahaman baru tentang cara menghargai diri sendiri.<o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><o:p> </o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Dukuhan 230929 <o:p></o:p></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><o:p> </o:p></p>buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-43774192225820910382020-07-24T19:19:00.000+07:002020-07-24T19:19:12.735+07:00Teori Gila<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaOorcEo1SnDH3wG_r1hDhHia5E-wDjmavz00yHZMO6xxagI5tLNLP_zl2mlHdnfD2hs9ZvnPKqO4tqXSOava-yjxDXaaVdg_ZpFvwtx5PQWEqF0mysbMJfw1j38hiiek4JC9s-g/s1600/Rengas+Dengklok.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="1280" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaOorcEo1SnDH3wG_r1hDhHia5E-wDjmavz00yHZMO6xxagI5tLNLP_zl2mlHdnfD2hs9ZvnPKqO4tqXSOava-yjxDXaaVdg_ZpFvwtx5PQWEqF0mysbMJfw1j38hiiek4JC9s-g/s200/Rengas+Dengklok.jpeg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Gila adalah
sebuah keadaan ketika kewarasan terkurung oleh dinding tebalnya pikiran negative.
Perasaan negative itu bisa timbul dari peristiwa peristiwa masa lalu yang tidak
bisa diulangi lagi, tetapi sudah terlanjur terjadi diluar perkiraan sebelumnya.
Efek yang ditimbulkan oleh sebuah peristiwa traumatis yang menghantam dinding
dinding jiwa. Rasa kecewa yang berlebihan mendatangkan badai gelap yang
dahsyat, bergelombang datangnya menghantam pikiran antara sedih, marah,
menyesalkan, dan teraniaya. Hari hari penuh semangat, optimism dan rasa
bersyukur seolah tenggelam didalam lautan pikiran muram dan pesimistis dengan
durasi yang sangat panjang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Kambing hitam
pertama yang paling bertanggung jawab atas terjadinya hari hari buruk itu
adalah manusia lain yang berpredikat penghianat. Mereka kaum penipu, suka
ingkar janji dan berlagak bodoh ketika dikonfirmasi. Mereka bertindak anarkis
dengan mengatasnamakan hak, berbuat curang tanpa mempertimbangkan kerugian perasaan
bagi orang lain yang jadi korban. Perih dan sakit hati karena sadar telah
menjadi korban penipuan ataupun janji janji yang dingkari dan diakui secara
lugas. Ibarat kata orang sakit yang percaya pada obat penyembuh yang ternyata
adalah racun. Seseorang telah dengan sadar berbuat tidak benar dari kesepakatan
batin, atau niat awal yang menjadi tonggak perjalanan mengikuti hati. Sesuatu yang
sangat rahasia sifatnya. Ingkar janji hanya salah satu strategi yang digunakan
dalam menjalankan aksi penghianatan, tetapi senjata yang paling mematikan bagi
penghianat adalah rasa percaya dari korbannya. Si korban percaya benar bahwa si
penghianat adalah orang yang tepat untuk menitipkan hati agar tidak tersakiti,
tetapi kemudian oleh si penghianat si hati di cacah sehingga robek compang
camping. Amanah yang dititipkan disalahgunakan justru untuk menyakiti dengan
perbuatan yang sama oleh orang lain sebelumnya. Mereka tahu persis dimana letak
luka lama yang belum mengering untuk membuat luka baru diatasnya. Empuk dan
gampang untuk masuknya embrio iblis ke alam pikiran. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Siksaan batin
yang seolah tidak ada henti hentinya menyebabkan kelelahan yang membosankan. Seluruh
pikiran isinya hanya hal hal negative yang selalu mendatangkan dampak buruk
bagi nuansa perasaan. Menahan rasa sakit terlalu lama juga sangat melelahkan
dengan kondisi tidak ada opsi menyerah. Tidak bisa menyerah karena inti dari
semua kejadian masa silam terjalani dari hari ke hari dengan terpaksa. Ketidak nyamanan
dan perubahan perubahan pola emosi menjadikan hilangnya karakter positif yang
selama ini dimiliki. Muram tanpa semangat tetapi harus dijalani karena itulah
hidup. Maka pilihan menyerah satu satunya<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>adalah bunuh diri. Matahari dalam batin seolah padam. Dunia menjadi
lengang pucat pasi, selayak memandang kursi goyang yang tidak bergoyang atau
menatap pada pendulum jam tua yang tidak bergerak dan kipas angin listrik yang
tidak berputar. Beku, seolah tidak ada detak kehidupan yang mencerahkan. Kebanggaan
pada diri dan pencapaian lainya telah runtuh oleh badai, berganti kecewa dan
penyesalan yang datang bertubi tubi. Negative, identik dengan kondisi raganya
saja yang masih hidup, tanpa nyala semangat jiwa. Zombie.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Jiwa yang sakit
orang menyebutnya gila, tidak waras dan keluar dari jalur logika. Dan orang
yang mengidap sakit jiwa gila banyak dikucilkan, diabaikan dan tidak dianggap
sebagai manusia. Mereka dibiarkan hidup di dunia khayali mereka sendiri yang
muram dan tidak ada cahaya, menjadi raga raga terlantar yang seolah sendirian
menghadapi rasa sakit di jiwanya. Padahal seandainya ada seorang teman dengan
ketulusan hati yang datang akan merubah warna hari dengan seketika, menjadikan
hidup berjalan selayaknya normal biasa. Dan bedebah yang menyebabkan orang
sampai sesakit itu hidup berjaya tanpa rasa bersalah entah dimana. Soal kesehatan
jiwa orang lain bukan dianggap sebagai tanggung jawabnya lagi. Idealnya, si
pemberi sakitlah orang yang paling bertanggung jawab untuk menyebuhkannya. Datang
sebagai seorang teman dengan penuh ketulusan dan menyaksikan korbanya menjalani
hari harinya yang menyiksa. Bagi si korban, rasa sakit yang ditanggungkanpun
sudah dicoba diobatkan dengan berbagai cara. Memelihara pikiran tetap positif
bukan hal yang gampang ketika trauma masa lalu seolah menjadi tema hidup sehari
hari sekarang. Sedih dan murung yang berlebih dapat menyebabkan sesorang kehilangan
raga, lupa bahwa badan juga perlu dirawat secara sehat dengan makan dan tidur. Ganggong
namanya, dan itu adalah tahap paling awal menuju sakit gila. Sebuah titik
kulminasi dari kekecewaan yang menghancurkan pikiran dimana lama lama si sakit
merasa tidak punya tanggung jawab apa apa lagi terhadap apapun di dunia ini.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Kasihan mereka,
orang orang yang sakit jiwa atau gila. Menghadapi perang bisunya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang maha dahsyat sendirian hingga terjajar
kalah oleh kenyataan. Ditinggalkan peradaban dan hidup dalam kesendirian yang
hakiki. Batinnya bergemuruh badai dahsyat kekecewaan. Semoga sang pencipta
mengampuni segala dosanya dan mengirim malaikatNya untuk menyembuhkan sakitnya.
Aamiin.<o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
CMB Guesthouse
200724 <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-59616237813423048552019-10-07T13:23:00.001+07:002019-10-07T13:26:27.587+07:00Rembulan<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">#8</span><br />
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">:<i> sebuah catatan ulang tahun</i></span><br />
<i></i><br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVsoPRYXwSw_dr4tvPMuwiKOWwixJ7NxLrfN-ypZkvEE_teaI4iXMt-z0QbAy38xxVvtr7ILfXWff0nifgTj4uuhqKR0SDaBSYBYqNcDEJMblvjNPzv7B5XkuTwwpRAKzFoOQn1g/s1600/159.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVsoPRYXwSw_dr4tvPMuwiKOWwixJ7NxLrfN-ypZkvEE_teaI4iXMt-z0QbAy38xxVvtr7ILfXWff0nifgTj4uuhqKR0SDaBSYBYqNcDEJMblvjNPzv7B5XkuTwwpRAKzFoOQn1g/s200/159.jpg" width="200" /></a><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Rembulan remang gamang mengambang di awang awang </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">dekat dengan
wuwungan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Cahayanya pucat laksana dinding kapur usai dicat, </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">meratap
berharap malam lekaslah lewat. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Satu persatu pertikaian dalam pikiran meninggalkan goresan </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">luka pada ingatan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Menjadi memori laksana kaligrafi </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">abadi dalam hati. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Letih dan sakit, </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">hidup<span style="font-size: small;"> </span></span><span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">menjadi terasa lebih sulit dan sempit. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Kamu yang menghiburku dengan caramu </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">yang belum tentu
seorangpun mampu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Menyematkan harap pada langkah berat </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">dan pandangan gelap oleh
laku khianat. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Engkau rela menebus mahal atas keslahan fatal </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">dengan tidak
lagi berharap pada akal. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Panglimanya adalah hati yang memegang teguh panji </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">atas masa
depan tanpa janji. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Toh kita sudah cukup lama Bersama hidup bahagia </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">yang sebenarnya hanya terasa oleh jiwa kita. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Perasaan terbaik sepanjang riwayat usia kita menjadi epic
paling apik </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">meski sangat pelik dan tidak tersedia di lain kronik. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Cinta yang menghela kita menuju tua </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">dengan menerima fakta
dikala langkah kaki terjebak di segitiga. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Telah kuterima perih</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Sudah kau jalani sedih</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Sebagai simbol mahar pengasih</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: 14.0pt; line-height: 107%;">Kost 191007</span></div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike>buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-3570132454430934492019-09-20T11:47:00.001+07:002019-09-20T12:05:27.349+07:00Pecandu Koreng<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6FM2JA5QLj-X96b-OhDxVsV7Qqut-zUWD4-7hPCgWE8jXUDYzjP0KfOtSRSsS2-LMjOQ7bxgrUEwxJJfe48yClK_INa5JJsOyN1wbMrWxmlVMCBPbkWpwMzP6Cb8O-OoNUedQCQ/s1600/72.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6FM2JA5QLj-X96b-OhDxVsV7Qqut-zUWD4-7hPCgWE8jXUDYzjP0KfOtSRSsS2-LMjOQ7bxgrUEwxJJfe48yClK_INa5JJsOyN1wbMrWxmlVMCBPbkWpwMzP6Cb8O-OoNUedQCQ/s200/72.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
#25</div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Lalu kenapa kamu
korek korek lukamu lagi? Koreng memang gatal, seperti mengharuskan kita untuk
selalu menggaruknya, memberikan rasa nyaman sejenak karena seakan luka itu
diperhatikan. Tetapi sesudahnya akan meninggalkan lobang menganga berupa koreng
baru dengan kedalaman yang lebih dalam lagi. Terutama ketika tidak ada hal lain
didunia ini yang harus dihadapi kecuali serangan demons yang membabi buta,
meniadakan hari malam dan membakar ketika siang. Mereka begitu lihai menghasut
hati untuk tetap tunduk merunduk pada ego yang menjulang. Apa daya, semua
peristiwa memang hanya ada didalam dunia hati, dunia angan angan dan perasaan
belaka. Mencernanyapun dengan hati karena memang keadaan sampai separah inipun
sebenarnya inti masalahnya adalah perasaan; urusan hati. Bahkan tidak ada satu
orangpun yang akan sanggup memahami betul apa yang menyebabkan begitu kuat
tekad untuk memilih jalan perih.</div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Memang hampir
mustahil dapat menyelami perasaan seseorang secara persis. Yang ada paling
adalah empati dalam bentuk melibatkan diri ke dalam perasaan orang tersebut,
setidaknya membagikan kepedihan yang sama. Selebihnya dikendalikan oleh logika
biasa, logika umum yang juga banyak disetujui orang karena memang sesuai dengan
atuaran kepantasan dan norma sosial. Berpikir logis, atau bersikap dengan
menggunakan alasan logika, tentu saja akan mengabaikan kepentingan hati. Logika
menunjukkan jalan terang menuju depan dengan rambu rambu yang sudah jelas bisa
menuntun sampai ke ujung tujuan hidup kelak. Bahwa norma<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sosial dan etika kemanusiaan yang berlaku di
masyarakat umum juga berlaku bagi siapapun. Tidak peduli dia adalah perayu
ulung, pemikat hebat, atau penyinta yang luar biasa. Logika juga samasekali
tidak fleksibel tidak seperti hati yang kadang seperti karet, melar sana melar
sini, mekar, mengkerut lagi. Seperti selayaknya benda hidup, bergerak dan
berkembang mengikuti arus suasana yang mudah berubah dan berganti haluan.
Apalagi jika datang saatnya bosan! Logika bersifat kaku, memaksa dan rajatega. </div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Jika hati
menghendaki sesuatu yang diyakini sebagai sumber<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kebahagiaan abadi, maka kekuatanyapun akan
mengalahkan sang logika. Peperangan batin atau perang fiksi tentu masih akan
terus terjadi sampai lama lagi karena logika tidak akan menyerah begitu saja
dan terus menghasut akal supaya tahu menempatakan diri. Sayangnya hati adalah
tempat egosentris berpusat dimana fungsinya untuk kepentingan mempengharuhi
laju jalannya cerita kehidupan umat manusia dan peradaban. Masalahnya <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kondisi hati yang seperti dikisahkan diatas tidaklah
sehat, sedang sakit tuna grahita untuk urusan duniawi. Setiap orang memiliki
cara pandang dan cara pikir sendiri yang kesemuanya dikendalikan oleh hati. Kekuatan
inti dari semua kejadian di atas muka bumi adalah karena kemauan hati, karena
ketidak mauan hati. Itu saja!</div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Sang logika
menggandeng akal akan terus memamerkan norma norma, aturan kepantasan, etika moral,
kecerdasan emosional, kepekaan sosial dan lain lainnya dan kesemuanya pasti
masuk akal sehat, aman dan nyaman dunia akhirat. Terkadang niat baik dari sang
logika diartikan sebagai demons oleh sang hati, iblis yang berpesta tepat
ditengah luka. Seperti belatung menggerogoti bagian tubuh hidup yang membusuk. Segala
hal yang merugikan dan tidak mengenakkan dipropagandakan, segala macam dalih
tentang tenggang rasa dan iba dikampanyekan. Intinya hanya satu, meminta hati
untuk menghentikan aksinya yang sudah menyalahi aturan sosial yang ada dan
sudah seharusnya ditaati bersama; norma sosial.</div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Hati bermahkota
batu, meyakini jalan perih adalah jalur rintisan setapak menuju bahagia. Berbekal
kisah perjalanan perjalanan ajaib dan transformasi perasaan yang gaib,
keyakinan terbangun seiring berkembangnya perasaan. Segala sesal, rasa
bersalah, kecewa, marah dan sedih berbaur silih berganti bagai badai yang tidak
kunjung berhenti. Dan sang hati hanya menganggapnya sebagai dinamika yang akan
membentuk sebuah kaldera baru nanti jika badai sudah mereda. Kaldera yang belum
tersentuh oleh kehidupan apapun sehingga nanti cukup untuk menempatkan segala
sesuatu dari masa lalu sesuai dengan kriteria dan tempatnya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang terjaga. </div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Sementara itu
gatal pada koreng tak akan berhenti menyiksa. Tindakan gegabah dengan mengorek pada
koreng itu justru dinilai sebagai cara menikmati luka. Padahal, siapatah yang
menghendaki luka, kecuali mereka yang sedang sakit jiwa. Sehingga orang lain,
sesuai dengan standard logika umum, dengan enteng akan menganggap bahwa ia tidak
lebih dari seorang pemelihara luka dan pecandu koreng. Play victim! </div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
happy birthday,
buderfly!</div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Pabrik 190920</div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike>buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-54690800095952461782019-09-17T19:59:00.000+07:002019-09-20T11:47:53.449+07:00Bahasa Bisu<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ6yKFs-ArBqhVqXlbP2qBcbdCDoxJ6bYOLLyRJddelZjHZXuwHQ1JWNKjNo6v0f1K4TrPC2cc2Ns77h1nmtnI5x9wkg1zdR-dYD1s_NDXxGzaNFRRk98UMmU2NtEBvzrl1GHi7A/s1600/113.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ6yKFs-ArBqhVqXlbP2qBcbdCDoxJ6bYOLLyRJddelZjHZXuwHQ1JWNKjNo6v0f1K4TrPC2cc2Ns77h1nmtnI5x9wkg1zdR-dYD1s_NDXxGzaNFRRk98UMmU2NtEBvzrl1GHi7A/s200/113.jpg" width="200" /></a></div>
#26<br />
Apa makna diam,
ketika dua muka berhadapan dan tak saling bersapaan. Menjadi dua gunung batu
yang sama sama memeram gemuruh magma. Atas nama perbuatan bijak, kata kata
dimatikan dan berganti dengan diam yang menggenang. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">In silent mode. </i>Secara ajaib
juga tidak ada kalimat yang terbuang. Ribuan pertanyaan mengamuk tertahan di
kerongkongan. Mereka memaksa untuk keluar meloncat dari indera pengucapan
berupa kata kata kasar layaknya gonggongan satwa. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Demons</i> telah membuat kekacauan pada jeroan si badan. Membakari
semua yang bisa dibakar, memporak porandakan semua yang nampak tertata. Dunia
menjadi tenggelam di perairan terdalam, pada titik suhu terdingin.</div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Diam adalah
pilihan supaya damai, ketika seluruh alam batin hanya berisi hasutan dari
ribuan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">demons </i>yang tidak sabar ingin
memamerkan diri. Sikap mengalah akan membawa kemenangan pada aspek lainnya.
Memilih untuk menerima panasnya api dan menghayati perihnya luka adalah cara
bijaksana untuk menunjukkan cinta.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Diam
diam, diam menjelma menjadi kesedihan yang seolah tidak berkesudahan. Jangkauan
memori pada kenangan masa lalu tiba tiba menjadi terang benderang dan semuanya
terangkai rapi dalam sebuah cerita baru yang melengkapkan drama sebelumnya.</div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Mustahil
kesedihan tanpa musabab. Setiap kesedihan pasti disebabkan oleh sebuah
kehilangan. Kehilangan akan keyakinan, kehilangan akan benda, kehilangan akan
kepercayaan dan segala macam kehilangan yang ada dimuka bumi ini. Tetapi tentu
yang paling menyedihkan dari sekian banyaknya jenis atau<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>macam kehilangan, maka kehilangan harga diri
adalah kesedihan yang paling parah tingkatannya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kekecewaan yang melebihi batas takaran umum
dapat menyebabkan orang sakit jiwa atau mati; entah karena membiarkan diri mati atau karena bunuh diri. Memperjuangkan diri untuk
terhindar dari kedua akibat diataspun sulitnya setengah mati. </div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Diam sungguh
bukanlah emas, tetapi semata mata kebijaksanaan hati untuk tidak menerbitkan perkataan
pengundang cemas, untuk tidak menabur gasolin diatas bara dendam. Membiarkan diri
dijajah<i style="mso-bidi-font-style: normal;"> demons</i> yang murka adalah
perlawanan paling santun yang bisa dilakukan. Tidak semua hal harus diucapkan.
Dan jika pertanyaan pertanyaan jujur akan menyebabkan kesakitan, maka lebih
baik pertanyaan itu diredam dengan diam. Biarkan pikiran berkelahi di rongga
otak. Biarkan hati saling beradu kuat dengan logika. Biarkan perang fiksi
terjadi tanpa publikasi. </div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Satu persatu
kongsi pergi menjauh oleh sebab jenuh. Meninggalkan bekal berupa doa agar tetap
kuat melintasi gurun berbadai seperti sebelumnya. Mata berkaca ketika tangan
dilambaikan tanda perpisahan, memandang kasihan dari kejauhan dan tak sanggup
lagi memberi makna sebagai penolong. Pada akhirnya setiap orang memang akan
harus sendirian di ujung takdirnya. Membawa kenanganya masing masing sebgai
catatan, sebagian lagi menjadikannya sebagai kebesaran masasilam. </div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Tragedi yang pernah
terjadi akan dikubur diam diam, dan seolah olah telah berganti alam dan tidak
memiliki lagi masa lalu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang merongrong kebahagiaan.
Didiamkan saja didalam ingatan, diabaikan seolah olah hanya berisi penyesalan
dan tidak memberikan manfaat bagi kehidupan. Dihindari segala sesuatu yang
dapat menyinggung si kenangan agar tidak bangkit menebar terror lagi dengan hal
hal baru. Toh sulit untuk dipungkiri bahwa kenangan hitam sialan itu adalah
bagian dari kehidupan sehari hari yang harus dijalani tanpa harus diceritakan.
Sungguh menyakitkan bagi diri si pemilik pikiran seperti itu. </div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Dan siapa bilang
bisu tidak bisa bicara dan tidak mengenal bahasa? Sebab diam membisu adalah
bahasa paling tua yang pernah ada di bumi manusia. Justru diam membisu memiliki
terjemahan tidak terbatas dari bahasa kalbu yang paling munafik. Diam membisu
memberikan ajaran untuk tidak jujur kepada perasaan sendiri demi menjaga
perasaan orang lain. Diam mengajarkan huruf huruf dan merangkainya dalam
percakapan bisu yang panjang dan tidak berujung. Merangkai kata kata dalam
setiap bahasa yang bisa dimengerti oleh mahluk seisi dunia. Hanya saja memang tidak terperdengarkan di pendengaran. semua menggema di rongga batin, memantulkan penjabaran penjabaran Panjang tentang kecurangan dan penghianatan.<br />
<br />
Diam bukanlah emas, tetapi semata menjaga supaya tidak timbul huru hara karena cemas.</div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
Gempol 190917 </div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike>buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-91517345927903490832019-09-14T17:24:00.000+07:002019-09-20T11:48:07.016+07:00Jelmaan Luka<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLw911ij_sGris9NkrUva_AcSpohv0rRmArucakscIwV-khiFLA8kS3Mn8IwZ9l5YIMWFqi76xfleW67mQUsZAGG-YTh640rhOln4l9OIp8mjiSoshXV-0XABdpbvFNnkRwaYm9Q/s1600/104.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLw911ij_sGris9NkrUva_AcSpohv0rRmArucakscIwV-khiFLA8kS3Mn8IwZ9l5YIMWFqi76xfleW67mQUsZAGG-YTh640rhOln4l9OIp8mjiSoshXV-0XABdpbvFNnkRwaYm9Q/s200/104.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
#32</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kamu menjelma menjadi luka. Yang
menempel ibarat gurita didalam jiwa. Hadirmu kini hanya membawa malepetaka,
setelah sekian tahun kujaga selayaknya mustika. Kamu telah berani menghianati
hubungan ini seolah didalam jiwamu tidak bersemayam hati. Sesuka kemauanmu yang
tanpa batas itu saja hidupmu kau lepas. Dan itu membekaskan luka demi luka yang
beranak pinak didalam kepalaku. Ya, kamu mustika jiwaku telah menjelma menjadi
luka membiru.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sekarang sungguh keyakinanku atas
sikapmu menjadi goyah. Perih mata memandang langkah, dan gelap hati membawa
diri. Ya, kamu menjelma bangsat yang tak henti menghisap. Ceritamu yang penuh
dusta telah melahirkan luka luka baru diatas luka lama, yang harus aku<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jalani dan terima. Gayamu seolah engkau tidak
berdosa, tertawa sambil melihatku meregang menahan perih. Tawamu tak membantu
sembuhku, hanya menambah marah yang membuncah seolah kawah.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kamu sudah menjelma luka, yang
menempel tepat dibelahan jiwa. Setelaga ciu dan seladang rumput surga tak akan mampu
menebus perih yang kamu bawa. Kamu adalah bagian hidupku yang tak terlihat
namun terasa, yang kemudian dengan semena mena menimpakan seluruh kesaksian
akibat dari apa yang kau buat. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kamu menjadi koreng bernanah,
perih dan mengganggu yang selalu saja ingin kuhindari untuk memikirkan setiap
tingkah laku durjanamu. Ribuan pedang menghalang langkahku, terepenjara dalam
perang fiksi yang melumpuhkan logika. Mengerang dan menjerit tak membantu
mengurangi pedih, menendang dan menghantam tak juga mengurangi serbuan musuh
yang seolah tanpa henti berbuat keji. Sakit yang terlalu lama telah melupakan
bahwa sakit itu ada. Goresan demi goresan kebohongan kamu buat layaknya
mahakarya yang akan mengantarkanku ke gerbang neraka.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kamu menjelma luka, selayak
daging tumbuh yang telah menjadi bagian dari rasa sakit dan bahagia. Kamu tenggelamkan
aku dalam danau danau kesedihan yang tak berkesudahan. Dan aku diam menjalani
dan menerimanya. Jeritanku sudah habis kehilangan intonasi. Membagi denganmu,
aku telah kehabisan suku kata untuk mengungkapkannya. Aku hanya berharap kamu
akan melihatnya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sebagai sesuatu yang
layak untuk dihargai saja. selebihnya biar aku yang akan meneruskan perang
fiksiku melawan luka buatanmu, dan jutaan kuman demons hasil ciptaanmu.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Ini aku yang kamu lukai. Sungguh tidak
pernah kukira akan seberat ini memperjuangkanmu. Jika kamu pernah mendengar
sumpah tentang perjuangan, maka lihatlah sendiri seperti apa perjuangan yang
semestinya. Aku telah habis habisan membelanjakan perasaanku, dan tetap
bersumber kasih sayangku padamu. Meskipun kamu adalah lukaku. Kamu pasti setuju
bahwa aku bisa saja membuatmu hancur luluh lantak tak bersisa bagi hidupku. Tetapi
itu bukan sifatku, dan bukan semangatku sejak pertama kali kita bertemu. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kamu menjelma luka, yang menunggu
waktu untuk membentuk gambar gambar baru di masa laluku.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kost 190914</div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike>buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-32430189036885596202019-09-13T12:07:00.000+07:002019-09-13T12:07:36.709+07:00Chit - Chat<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOgaoHnHX-DsoC3yCMnrjj5UB7abeGloZ3vXcZKrFfYQw_A-fhKJhG7-ieW72-lUvQzJ8fjcGHpENnN7StmfwuaWIb-fwywo9nGhm6QOgFsHvWnkIWIhkdBpsF0JhlxjiWgd0VGg/s1600/110.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOgaoHnHX-DsoC3yCMnrjj5UB7abeGloZ3vXcZKrFfYQw_A-fhKJhG7-ieW72-lUvQzJ8fjcGHpENnN7StmfwuaWIb-fwywo9nGhm6QOgFsHvWnkIWIhkdBpsF0JhlxjiWgd0VGg/s200/110.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Yang membuat aku
begitu menyayangimu adalah pribadimu. Sifat ngemongmu menjadikanmu sosok pelengkap hidupku. Segala takut dan
cemasku lenyap ditelan angin setiap kali aku bersamamu, bahkan setiap kali
engkau hadir di alam batinku. Lalu keseluruhan kehadiran fisik dan non fisikmu
yang perlahan menjadi zat vital bagi kehidupanku. Karena memang seperti katamu
sebelumnya, kita seperti udara. Saling membutuhkan dan saling memberi
penghidupan. Aku rasa kita mungkin telah jatuh cinta sejak sangat lama, hanya
saja kita tidak menyadarinya. Tangis pada langkah pertama perpisahan telah
melahirkan trauma betapa akan merananya dunia tanpamu di hidupku. Maka,
kasihanilah aku, ijinkanlah aku untuk tetap selalu ada dalam hidupmu.</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika dahulu
pertama kali bertemu denganmu, aku sungguh tidak menyimpan harapan apa apa. Aku
senang memberimu kejutan kecil dengan kedatanganku ke tempat kerjamu kala itu.
Selebihnya aku tak melihatmu sebagai sesuatu yang istimewa, hanya biasa saja.
Duniaku sedang begitu ramai kala itu, berjubel orang orang dari kaummu yang
meminta perhatianku. Ya, dunia unik dengan komunitas unik itu mendekatkanku
kepada banyak kaummu. Salah satunya adalah kamu. Kita tidak pernah lupa bahwa
kita dipertemukan pertama kali melalui kehendak hati dari sana. Aku tahu kamu
pengagumku juga seperti beberapa orang lainnya. </span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekian banyaknya
mereka yang menyuka, ada yang paling aku sukai. Namanya kamu. kenapa aku suka
kamu waktu itu, aku tidak ingat karena memang tidak kurencanakan hidupku untuk
menyukaimu. Beberapa orang menawarkan hatinya untuk dijadikan tempat teduhan,
sebagai persinggahan, bahkan sebagai hiburan. Sebagian menawarkan telinga untuk
mendengarkan, untuk merasa dianggap menemani. Aku juga tahu bahwa mereka ada
yang rela untuk menyerahkan masa depannya kepadaku. Tiba tiba kusadari bahwa
kita telah berjalan bersama begitu saja. Hanya berjalan bersama dan mereguk
makna bahagia dari setiap perjalanan yang kita buat serta pengalaman yang kita
catat. Kita selalu bergandengan tangan,
dan belakangan kita menyadari bahwa kita tidak bisa lagi saling melepaskan.
Kamu adalah bagian hidupku dan aku adalah bagian hidupmu.</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan tanpa
rencana sebelumnya kita telah memiliki dunia misterius yang sangat membahagiakan.
Begitu membahagiakanya sehingga banyak
kaummu terkapar lunglai terkena virus<i style="mso-bidi-font-style: normal;">
meri.</i> Mereka berharap ada di posisimu sebagai obyek utama pemujaanku. Sebagian
lagi menerka nerka tentang keberadaanmu yang antara nyata dan maya. Jika
bertanya tentang sosokmu, kepada mereka
akan kuterangkan siapa kamu. Akan kujelaskan juga betapa aku menyayangimu
dengan perasaan sayang dengan kualitas terbaik di dunia. Bahwa kamu adalah
manusia terbaik yang dianugerahkan Tuhan kedalam hidupku untuk menjadi
bagiannya. Tentu akan ada juga yang menganggapmu hanya imajiner, lalu
menempatkan dirinya menjadi seolah kamu. Lalu akan kuceritakan kepadanya bahwa hubungan kita tidak bisa didefinisikan
sebagai salah satu bentuk hubungan yang ada di dunia. Hal itu terjadi karena
sangking lengkap dan sederhananya hubungan kita. Masing masing kita bisa
menjadi apapun yang kita butuhkan kapan saja!</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hey.. lihatlah
mukamu merah padam tersiram kata kata rayuan terabaik di alam kenyataan. Aku
bahagia telah membuatmu megap megap karena bahagiamu yang meluap keluar dari
debar dada. Satu saat kelak aku ingin membacakan curahan perasaan yang kutulis,
langsung ditepi telingamu. Sambil memelukku. Saat itu akan kubawa engkau
menjelajah dunia sangat indah yang tidak pernah engkau lihat sebelumnya. Dan
kupastikan sepenuhnya bahwa hanya akulah yang mampu membawamu kesana. Tulisanku
berisi risalah tentang percakapan kita yang meniadakan jarak ribuan kilometer
jauhnya. Aku suka ketika menikmati irama tambur dari dalam dadamu ketika kata
rayuku menghambur. Aku bahagia bisa membuatmu bahagia. Ribuan cerita akan
engkau dengarkan dari sela bibirku, tentang segala macam hal yang tak menentu.
Dulu, mata tidak simetrismu akan menghujam tajam ke mukaku, pertanda antusiasmu
menanti kata kata yang berloncatan. Dan itu terjadi sejak awal kita
dipertemukan, hingga sekarang dan entah mungkin sampai kapan. Aku senang
membagi cerita tentang kehidupan dan pengetahuan denganmu. Tetapi yang paling
aku senangi adalah melumuri seluruh perasaanmu dengan limpahan ungkapan kasih
sayang yang membanjir. Biasanya senyummu akan merekah, dan pipimu memerah tiba
tiba. Kamu tahu, kenapa ketika kita tersipu pipi kita menjadi merah? Itu karena
sebagai pertanda bahwa perubahan warna itu menandakan titik paling nikmat untuk
dicium!</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ah, berbicara
denganmu seolah tidak pernah ingin berkesudahan. Selalu saja ada cerita dan
kata kata yang engkau kemas laksana pujangga; kata kata yang membawaku ke
tempat terindah dalam hidupku, di palung cintamu. Aku sungguh beruntung
menerima semua curahan kasih sayangmu yang berlimpah itu. Dan tidak bisa
kubayangkan seandainya kamuku menerima perlakuanmu seperti ke aku, niscaya dia
akan jatuh ke tanah dan tak bisa terbang lagi. Itulah bagian terbaik dari
dirimu yang membuatku terpikat dan tak mampu menggugat. Aku luluh lantak setiap
katamu menampar jantungku. Aku bahagia. </span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jangan, jangan
kau bagi hatimu lagi pada sesiapa,
termasuk dokter jiwa. Cukuplah aku teman kecilmu, si culun yang menemukan
pegangan. Akan kutemani langkahmu melintasi segala musim. Kuikuti setiap
penjelajahanmu yang ajaib itu, dan aku
akan selalau ada disana menjadi saksi pertama. Demikian juga kamu, akan
tetap menjadi malaikat penjaga yang akan selalu ada dimanapun aku sedang berada. Tetaplah jaga inginmu untuk
selalu bertemu, agar tetap tumbuh pohon cinta yang sudah berubah menjadi
peneduh jiwa. </span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kost 190913</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike>buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-46926330428517226542019-09-07T10:04:00.002+07:002019-09-20T12:03:38.370+07:00Doa Pagi<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzZ6Cc9_s1atYeJ_6hM6fYFwKIwa4pOAZIJlY06-YDEot5Pz7Tr35SlkylNIlhoHEdTjDILtlLVZtgRI1X0-iO0_vRiGim40M6JhQtjb-ohB5VpQTVfh2OUoLTuBm2lIdXoM9r8g/s1600/565.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1250" data-original-width="834" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhzZ6Cc9_s1atYeJ_6hM6fYFwKIwa4pOAZIJlY06-YDEot5Pz7Tr35SlkylNIlhoHEdTjDILtlLVZtgRI1X0-iO0_vRiGim40M6JhQtjb-ohB5VpQTVfh2OUoLTuBm2lIdXoM9r8g/s200/565.jpg" width="133" /></a></div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Saat ini tidaklah banyak pintaku padaMu. Cukuplah turunkan
hidayahMu yang maha dahsyat itu untuk memberangus gelisahku. Untuk menghadirkan
damai dalam hari hariku. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Aku letih ya Rabbi. Letih meladeni ujianMu yang membuatku seolah
terombang ambing di hujan badai nan gelap gulita. Semakin kubertahan semakin
pusaran kekuatanya mengoyak dada. Aku terombang ambing dan montang manting tak
tentu rimba. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Ya Allah maha pengasih, dengarkanlah ini hambamu yang
merintih lirih. Telah kukorek luka lukaku hingga ke ujung sumsum hanya agar
logikaku menjadi maklum. Tetapi lagi lagi yang kudapat hanyalah ribuan iblis
yang datang menyerbu sambil senyum. Bukankah mereka ciptaanMu juga, Tuhan?! Ufh,
sungguh mereka bengis laksana taji. Mengoyak dan merobek dada dan kepalaku
sesuka hati. Sungguh perih, Tuhan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Tuhan aku merindukan cahayaMu. Cahaya yang engkau jadikan
pelita bagi dunia, yang menerangi hati hati yang sedang keruh oleh sebab
kekecewaan yang ngujiwat. Hambamu mohon penerangan, ya Allah. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Lihatlah kulit di tubuhku penuh goresan pisau cutter. Sebagai
penanda begitu banyaknya kebohongan yang dilimpahkan padaku tanpa perasaan.<span style="margin: 0px;"> </span>Aku bahkan kehilangan arah, ya Gustiku. Sudah
kukirim sanjungan dan pujian kepada rasul dan malaikatmu, agar sedikit saja
sudi memberi karomah bagi jiwaku yang sakit. Bersloki ciu sudah menghambur ke
dadaku, menimbrung untuk perang fiksi yang penuh debu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Tuhanku, aku lelah meladeni pikiranku sendiri yang menjelma
serupa iblis. Mereka muncul dari setiap jejak kenangan. Yang tertinggal disetiap
sudut bumiMu, lalu datang menyerbu tak pandang waktu. Tanganku mungkin letih,
badanku penuh dengan luka. Darah bahkan belum berhenti bergulir dari luka luka
yang baru, diatas bekas goresan luka sebelumnya. Telah kuhitung berapa banyaknya
luka yang diciptakan bagiku, tetapi selalu saja aku kesulitan menghitungnya.
Terlalu banyak dan terlalu sering!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Tuhan, kata temanku aku memelihara dan menikmati perihnya
luka yang kugali sendiri dengan pikiran. Sungguh ini hanya upayaku untuk
mengamputasi luka jiwa yang menempel laksana benalu. Aku hanya ingin
membersihkannya dengan kebenaran untuk kemudian merenungkan hikmah dari cerita
yang Kau sajikan di hidupku. Membersihkanya dari bercak dan tanah, obyek asing
yang bersemayam dibalik infeksi luka bernanah. Kelak akan lebih cepat sembuh
atas kuasaMu ya Pangeranku, aku percayakan padaMu saja untuk kesembuhanya
karena nyatanya tidak ada satupun manusia yang mampu untuk membantu
menyembuhkannya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Tuhan Yang Maha Pengasih,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Dengarlah doaku yang seolah menagih. Hadirkan damai dalam
pikiranku dan turunkan hidayahMu agar ikhlas hatiku menjalani semua yang Engkau
kehendaki. Aku telah berubah menjadi mahluk baru jauh dari kehendakMu. Aku telah
tersesat didalam labirin pikiranku sendiri yang menghamparkan belantara api
tanpa tepi. Hanya padaMu akau berharap pertolongan dan hanya padaMu hamba
memohon pengampunan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Tuhan pemilik hidupku,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Jika paduka memutuskan untuk menyudahi cerita hidupku dan
menghadirkan malaikatmu utuk mencabut nyawaku sekarang, akupun tidak akan
banyak menentang. Matikan aku dalam kehendakMu ya Tuhan, dan akhiri saja seua
derita batin yang harus kuterima dan kujalani penuh siksaan ini. Untuk dia yang
mengharidkan siksa, doaku padanya semoga Engkau memberikan anugerah terindahMU,
semoga semua keinginanya terkabul seperti selama ini doaku dan seperti selama
ini terjadi pada hidupnya. Tak perlu aku merasa mendenam sebab aku percaya
Engkau Maha Adil. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Tuhan Yang Maha Kuat,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Dukunglah langkahku menuju maju, agar kuat dan tak goyah
oleh masalalu. Berikanlah ikhlas sebagai landasan setiap kejadian yang tidak
menyenangkanku agar aku mampu selalu bersyukur atas karuniaMu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Gustialah, nyuwun paring kawelasan dumateng kawulo.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Amien.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Gempol, 190907</span></div>
<br />buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-46724457283903708472019-09-03T16:48:00.000+07:002019-09-03T16:48:31.745+07:00The Lost Paradise
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWykngZrPebfaeozOwYdxHqNXxyB4beia4uU16yNgIu_gaZrw83F_Z-TDTQYDyoA2k6RZtcNkk1l-bfUr2nCj3TcAbStnzKWKaAPhvtZ8rZSuQpfJ21nRHHyQE8IuLkMojPuNDAw/s1600/33.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a></div>
<div>
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWykngZrPebfaeozOwYdxHqNXxyB4beia4uU16yNgIu_gaZrw83F_Z-TDTQYDyoA2k6RZtcNkk1l-bfUr2nCj3TcAbStnzKWKaAPhvtZ8rZSuQpfJ21nRHHyQE8IuLkMojPuNDAw/s1600/33.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="960" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWykngZrPebfaeozOwYdxHqNXxyB4beia4uU16yNgIu_gaZrw83F_Z-TDTQYDyoA2k6RZtcNkk1l-bfUr2nCj3TcAbStnzKWKaAPhvtZ8rZSuQpfJ21nRHHyQE8IuLkMojPuNDAw/s200/33.jpg" width="200" /></a></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Hei kamu yang
berada didalam badan anak ini, yang menggerakkan seluruh aktifitas berpikir
anak ini. Kekejamanmu sudah semakin tidak terkendali. Aku pemilik badan anak
ini, meminta kepadamu wahai kekuatan dahsyat yang tidak terlihat. Pintaku,
sisakan sedikit saja rasa kasihanmu kepada jiwa dan raga bocah lemah ini. Dia
sudah melewati batas batas normal tekanan dan aniaya darimu yang berlangsung
sangat lama. Belum puaskah kamu menganiaya anak ini dan keluarganya?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Ah aku hampir
lupa. Kamu pengisi pikiran dan penggerak otot syaraf bocah ini adalah iblis.
Tugasmu di bumi memang hanya untuk menggagalkan dan menghancurkan segala bentuk
kebaikan. Aku tahu kamu tidak akan pernah behenti menganiaya hingga anak ini
benar benar mati membawa penderitaan lahir batin hingga ke alam baka. Itu sudah
menjadi tugasmu dan kamu sudah melakukanya dengan sangat baik. Kamu meremukkan
setiap sendi kehidupanya dengan sangat baik bahkan mendekati sempurna. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Tapi jangan lupa
bocah ini masih bernyawa. Hati nuraninya masih akan terus bertahan dari semua
hinaan dan aniaya darimu. Anak ini diberkahi Tuhan untuk lebih kuat dari rata
rata kemampuan manusia biasa. Hatinya yang rapuh terbuat dari emas dan
sesungguhnya ia adalah manusia yang baik. Kebaikan hati yang mengalir dalam
jalinan ruhnya yang kamu bakari setiap hari itu akan menjadi kekuatan yang akan
memusnahkan pengaruhmu bagi kehidupanya. Saat ini baginnya, peran terbaik yang
semestinya dilakukan adalah menerima dan menjalani semua. Menjalaninya dengan
caranya sendiri yang bak cerita sandiwara. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Kebaikan hati
anak ini tidak akan perlu dijadikan senjatanya untuk menumpasmu. Anak ini hanya
perlu menemukan titik netral dalam pikiran dan perenungan perenungannya agar
bisa ditemukan kebijaksanaan sikap berpikir yang selama ini kamu keruhkan. Seharusnya
tidak terlalu sulit bagi anak ini untuk menemukan kebenaran dan kekuatan
dirinya sendiri. Bocah ini akan menemukan kembali hidup bahagia yang kamu cabik
cabik berulang ulang. Penyiksaan yang kamu lakukan sudah melebihi cukup. Anak
ini sejauh ini sudah menjalani dan menerima khianatmu hingga habis habisan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Hei bocah
kampung yang sedang merana. Inilah aku malaikat malaikat penjagamu yang
ditugaskan Tuhan untuk datang menghampirimu yang sedang mengalami banyak
kesulitan. Aku menemukan pandanganmu keruh dan pikiranmu muram. Kamu linglung
kebingungan dipermainkan pikiran yang berisi pertanyaan dan jawaban. Semua
pertanyaan dan jawaban yang sulit untuk tidak dikonfirmasi kebenarannya. Semua
menjadi prasangka buruk yang berubah menjadi sabit yang mencabik perasaanmu
sendiri setiap saat pikiran membersit. Aku lihat kamu kewalahan menghadapi
ujian ini sendirian. Orang orang hanya bisa menyaksikan kamu kelabakan dan
tampak sekarat dari kejauhan. Tidak ada yang bisa benar benar ikut merasakan.
Sama halnya kamu tidak bisa merasakan penderitaan dan kegembiraan orang lain.
Kamu memang harus sendirian dan hanya bisa sendirian menghadapinya. Keluarlah
sebentar dari kancah peperanganmu. Lihat kesana diantara denting pedang yang
beradu dan mengepulnya debu; tanah surgamu yang remuk redam oleh perang fiksi </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Ya perang
fiksi!! Tegas dan jujurlah pada dirimu sendiri, pada hati nuranimu sendiri.
Kamu yang membiarkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">demons</i> merengsek
masuk alam pikiranmu dan cara pandangmulah yang justru mengundang <i style="mso-bidi-font-style: normal;">demons</i> untuk datang lalu beranak pinak
dalm pikiranmu sekarang. Kamu yang memeliharanya. Semua tang terjadi di alam pikiran
dan perasaanmu menjadi liar tanpa kendali. Kebingungan yang membuatmu pailit
itu adalah hasil dari semua sikapmu yang tidak tegas dan tidak jujur pula.
Tidak ada satupun orang yang patut kamu persalahkan. Tidak ada satupun kejadian
yang patut kamu sesalkan. Sambutlah dan berpeganglah pada kasih dan cinta dari
orang orang yang tulus menghargaimu sebagai energi penguat melangkah kedepan.
Semua sudah terjadi dan tidak bisa diulang lagi, bahkan tidak bisa diperbaiki.
Terima dan jalani sebab Tuhan sudah menentukan demikian. Itu teguran dariNya
supaya dirimu bermakna bagi kehidupan. Berhentikan hujaman pisau berkarat yang menoreh
kulitmu sendiri. Semua tidak ada gunanya. Merataplah hanya kepada Tuhan karena
Dia rindu sifat rendah hati dan ketidak percayaan dirimu. Dua sifat dasar
itulah yang membuatmu menjadi istimewa sebagai manusia. Terimalah perubahan
yang terjadi dengan bijaksana kali ini. Kembalikan semua kepada titik dasar
pemikiran tentang hal hal ideal dalam pengertianmu. Kamu memang dikhianati,
disakiti dan dibuat hidupmu menderita. Tetapi kamu lebih kuat dari itu semua.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Hapuslah darah
dari sekujur badanmu dengan hangatnya keinginan untuk menjadi baik dan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">nrimo</i> . rawatlah luka lukamu dan
serahkan hanya kepada sang waktu. Bekas bekas goresan di setiap sisi emosimu
biarlah menjadi catatan tentang kebaikan yang pernah tersia siakan, sebuah
cerita biasa buatan manusia di dunia. Letakkan diri sedikit dibawah orang lain,
niscaya kamu akan patuh kepada hatinurani karena ego yang rendah hati.
Menempatkan ego lebih rendah dari kata hati terkadang membahagiakan diri
sendiri. Berbuat baik itu membahagiakan diri sendiri. Orang bisa dengan mudah mengabaikan
hati nurani karena menganggap hubungan yang tidak lagi bermakna. Tidak ada
nilai manfaatnya. Menjulangkan ego setinggi tingginya; sombong. Setiap orang
memang berhak untuk menurutkan egonya. Tetapi jangan lupa ada etika yang selalu
dipegang teguh oleh hatinurani dan sudah <span style="margin: 0px;"> </span>diingatkan kepada akal pikiranmu sebelumnya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Ego yang
menjulang berupa kesombongan diri karena menganggap hidup kita sesuka kita. Makanya
sering kali orang yang merasa dikecewakan akan bilang manusia nggak punya hati.
Sekarang dan sampai kapanpun, diri adalah pemegang hak paling tinggi atas hidup
sendiri. Semua orang juga demikian. Kalau mau ya bisa. Mendengarkan hatinurani
itu soal mau atau tidak, bukan soal bisa atau tidak. Kalau kita mau mendengar
hati nurani sebelum memutuskan sesuatu, seharusnya tidak akan berulang ulang
melakukan kesalahan yang sama. Kamu tidak perlu lagi berkutat mencari jawaban
mengapa orang bisa sebegitu tega memperlakukan sesamanya. Terlabih lagi, tidak
akan kamu temukan jawabannya<span style="margin: 0px;"> </span>untuk
pertanyaan alasan orang bisa begitu tega menganiaya orang lain yang
menyayanginya. Itu hanya soal persepsi! Abaikan perburuan beratmu untuk mencari
jawaban dari pertanyaan yang tidak bermanfaat itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Jika kamu
melakukan kebaikan kebaikan kecil setiap hari tanpa berharap balasan dari
kebaikanmu itu, kamu tidak akan mendapatkan apa apa. Juga tidak menjadi lebih
kaya atau terkenal. Yang kamu akan terima hanyalah balasan emosional oleh sebab
kita menyaksikan kebahagiaan yang berlangsung dalam kehidupan. Juga pemahaman
yang lebih dalam lagi tentang apa gunanya hidup. Merasakan cinta dan memberikan
apa yang tidak dapat dibeli oleh uang. Dunia menjadi begitu indah dan menarik.
Maka tidak ada lagi hal lain yang akan kita inginkan di dunia ini ketika
keinginan terbesar dan terbaiknya hanyalah berbuat baik, menebar kebaikan
kepada kehidupan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Hei pemilik
badan wadag yang sudah terbelenggu tali pocong tak terlihat, dengarkanlah
pamongmu bicara dan hanya padamu bicara. Aku tahu saat ini engkau merasa mati
dalam menjalani hidup, tetapi yakinlah kembali bahwa hidupmu adalah anugerah
terabaik yang diberikan Tuhan kepadamu untuk menebar kebaikan. Rawatlah
kehidupan sebaik baiknya seperti sudah kamu lakukan sejauh ini. Berhentilah
mengikuti arus merusak dirimu sendiri dan bertahanlan tetap bernafas sampaiTuhan akan mengirimkan hidayah kedalam hatimu yang gelisah. Kumpulkanlah semua
keburukan dan aibmu sendiri sebagai kaca cermin kejadian, lalu jadikanlah itu
sebagai energi untuk mengimbangi langkahmu yang terbelenggu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Serahkan kembali
kepada Sang Pemilik Hidup, hei anak ingusan. Serahkan semua kepadanya sebab
kamu hanya serpihan debu bagiNya di alam semesta ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Surabaya –
Jakarta 190902</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike><span style="font-family: calibri;"></span>buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-85773028953176260742019-08-13T10:12:00.000+07:002019-08-21T15:48:43.266+07:00Filsafat Luka<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU0oZ2vDtrL_Genaa65PISxKYk6RWyrgvd1pQQmtzzgEoDnQHa9RFFM_Eu_gssw3inenuLmwQsqND2g0phQnZ_ytFqVRlMDe0Fe-Hw58m7kW6JwejAzzjP__IWHPVjbFIVcw4TRQ/s1600/WhatsApp+Image+2019-07-16+at+20.38.04.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="427" data-original-width="639" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiU0oZ2vDtrL_Genaa65PISxKYk6RWyrgvd1pQQmtzzgEoDnQHa9RFFM_Eu_gssw3inenuLmwQsqND2g0phQnZ_ytFqVRlMDe0Fe-Hw58m7kW6JwejAzzjP__IWHPVjbFIVcw4TRQ/s200/WhatsApp+Image+2019-07-16+at+20.38.04.jpeg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Luka adalah sejarah yang tercatat dengan tinta darah. Dan
sudah menjadi aturan dunia bahwa segala yang tampak nyata tidak akan sedalam
apa yang terasa dan tidak terlihat mata. Namanya darah, proses tereksposenya
kepada dunia luar memerlukan sebuah ritual yang menyakitkan dan tentu saja
menyita banyak energi dan kekuatan. Luka bukan hanya akan meninggalkan bekas dan menyebabkan perih terasa. Setiap luka pada manusia selalu menyajikan cerita panjang tentang pergaulan, tentang interaksi antar manusia yang berisi takaran takaran perasaan.</span></div>
<span style="font-family: "calibri";"></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";"><br /></span></div>
<span style="font-family: "calibri";">
</span>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Luka yang tampak oleh mata akan menghadirkan perih yang tak
terasa, dan hanya waktu yang bisa menguraikan perihnya. Sayatan pada kulit
badan akan membekas menjadi prasasti pengingat peristiwa, meskiupun perlahan
akan memudar dan oleh kuasa waktu akan tinggal menjadi bekas penanda. Dari
luarnya saja orang akan bisa memperkirakan nyeri dan perihnya, dan ekspresi
kesakitan dari yang terluka akan menambah dramatisasi dari empati yang
terbangun. Luka yang disengaja tidak akan datang bersama efek kejut yang yang
tidak diharapkan. Sudah diantisipasi sedemikian rupa sehingga ketika luka
disengaja tercipta, sakitnya<span style="margin: 0px;"> </span>sudah
mendahului ke otak untuk berjaga jaga.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Luka yang tak kasat mata lebih mengerikan. Ia menghantam
tepat ke poros kehidupan dan jika tidak pandai mengelolanya akan menyebabkan
keruntuhan nilai nilai ideal dalam kehidupan bahkan mempengaruhi kewarasan.
Jiwa yang terluka, hati yang terkoyak dan perasaan yang tersinggung akan
meninggalkan luka yang akan tetap menaganga dalam batin. Luka ini biasanya
disebabkan oleh laku durjana dari orang yang kita percaya yang menyebabkan
kekecewaan yang teramat parah. Luka ini tidak berdarah, tetapi perihnya ratusan
kali lipat dari sekedar luka kulit yang tergores benda tajam. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Lukanya jiwa berbentuk abstrak. Luka sebagai akibat dari
laku khianat, sebuah perbuatan yang terstruktur dan disengaja akan menimbulkan
kerusakan yang lebih massive. Sayangnya, lagi lagi kerusakan dan luka itu tidak
akan tampak oleh mata, dan akan menjadi properti perasaan paling pribadi bagi
si korban. Sebuah pengalaman empiris yang akan menimbulkan banyak sekali bahan
perenungan dan kesadaran kesadaran baru betapa selama ini keyakinan banyak yang
salah dan tidak sesuai kenyataan yang diharapkan. Lagi lagi, orang terdekat dan
terakrab kita yang kepadanya kita bisa membagi apapun dalam menjalani kehidupan
sehari hari bisa tiba tiba berubah menjadi musuh paling mengerikan dan perkasa.
Alasnya jelas, bahwa musuh kita yang perkasa itu tahu persis kelemahan kita ada
dimana, terutama jika ia pernah menyaksikan kita terluka sebelumnya; atau
bahkan ia juga yang kita serahi kepercayaan untuk membantu menyembuhkan luka di
masa lalu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Jika penyebab luka fisik adalah karena ketidak sengajaan yang menyebabkan kecelakaan dan kesengajaan orang lain atau diri sendiri untuk
membuat luka, maka lukanya jiwa akan selalu datang dari orang lain untuk kita.
Kekecewaan lahir dari penyalahgunaan kepercayaan kepada orang lain. Orang yang
kita percaya tentu bukan sembarang orang, melainkan memang orang orang yang kita
titipkan kepercayaan untuk menjaga hati dan perasaan kita dari kesakitan dan
membantu menghindarkan kita dari kesulitan kesulitan atas dasar etika
kemanusiaan. Tetapi dalam cerita drama manusia, penghianatan memang terjadi
berulang ulang. Seseorang yang menemani langkah kita dengan tangan yang kita
gandeng sepanjang naik turun dan tikungan perjalananpun terkadang bisa begitu
saja menyembunyikan pisau di belakang pinggang untuk dituskkan ke punggung
kita. Orang yang kita percaya sebegitu hebat bisa dengan sekali tebas saja
memperlakukan kita seperti sampah. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Tragisnya lagi, si korban tidak akan memiliki kesempatan
untuk menghindar ataupun melawan. Menerima dan menjalani semua<span style="margin: 0px;"> </span>kejadian menjadi satu satunya pilihan. Lalu
si korban akan sekarat sendirian, sekujur tubuh bergetar menahan luapan emosi
yang tidak bisa dicerna dengan akal pikiran yang umum dan sederhana. Kejadian
yang menghancurkan sendi kehidapan seperti itu akan berdampak panjang dan luas
kepada kehidupan disekitar korban, terutama yang menjadi tanggungan dan
tanggung jawab si korban selama kehidupan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Dalam hubungan laki laki dan perempuan mungkin jamak
mengalami hal demikian; dikhianati oleh orang yang disayang. Akan tetapi selalu
ada pengecualian dalam setiap cerita manusia di dunia. Pengecualian itu akan
menentukan kualitas penghianatan yang bisa ditandai dengan keparahan rusak yang
ditimbulkan. Toh tetap saja, rasa bahagia dan menderita adalah domain paling
rahasia setiap manusia. Kebahagiaan yang terasa tertularkan melalui berjalannya
kehidupan disekitar dengan baik baik saja, sedangkan penderitaan pribadi bisa
mempengaruhi timbulnya mendung muram di bumi. Dan bagi orang luar, si korban
tak lebih hanya bermain watak; play victim!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Cara belajar paling baik berempati pada orang adalah dengan
mengalami menjadi korban.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Karawang, 190813 </span></div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike><span style="font-family: "calibri";"></span>buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-26828602858163286412019-06-14T09:47:00.000+07:002019-06-14T10:12:12.244+07:00RISALAH JATUH CINTA<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGmTr9Hh-GdJ1U1-7_i63Od2PC-IJei4FBnSil5r7AJs_YAAYkKloRAtU1cW6SvCOeGIphaFycuROeQLTfplpfBDxhSXyP0NBme8jJQm1GLz10pMpeyMruecKUoxveF2H68pdBXg/s1600/anggrekku.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZGs4wqvMIr_EVzH5lZc2BpTJRBAcvdJWTNOcSy_PqPE_C9AmpmkeZO7oP2121Qt4kiqXfrSesFrzdPquxPQgbQDtPm75YnDyWJiufTE-i_EblH7z1-9W_4UZiVTbQlrDzWafNPQ/s1600/anggrekku.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="380" data-original-width="570" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZGs4wqvMIr_EVzH5lZc2BpTJRBAcvdJWTNOcSy_PqPE_C9AmpmkeZO7oP2121Qt4kiqXfrSesFrzdPquxPQgbQDtPm75YnDyWJiufTE-i_EblH7z1-9W_4UZiVTbQlrDzWafNPQ/s200/anggrekku.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">: mp</span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Pejamkanlah mata
dalam tidur tenangmu, dan dengarkanlah jiwaku bersyair untukmu;</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Kutulis
kesaksian hati, pengakuanku paling jujur kepada diri sendiri. Aku memujamu,
memujamu sejak dahulu, dan semesetinya engkau tahu itu. Dan oleh karenanya aku
telah jatuh kepada lubang dalam ketidak berdayaanku untuk tidak bersamamu.
Bagiku engkau adalah dunia damai yang kutinggali dan telah menjadi bagian dari
kehidupan sehari hariku yang normal. Mungkin bagiku engkau juga adalah udara
yang selalu ada meskipun kita tidak perlu meminta, ada untuk memberi kehidupan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Sungguh
perasaanku mengalir bagaikan mata air yang tak berhenti menyusuri setiap lorong
pikiran dan jiwamu, membawamu juga berselancar disetiap kelok labirin
pikiranku. Cintaku padamu hampir sepenuh hati, sehingga membuat logikaku mati
fungsi. Aku telah habis habisan membelanjakan perasaankku hanya padamu. Akan
kau lihat bahwa cintaku padamu adalah cinta terbaik yang pernah ada didunia. Tidak
akan ada engkau temukan pengalaman seperti ekspresi cintaku padamu dalam
hidupmu, bahkan dari cerita cerita cinta orang lain yang mungkin pernah kau dengar.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Aku memujamu
karena engkau adalah hidupku. Susah, sedih, senang dan bahagianya diriku selalu
saja memabawamu untuk ikut serta merasakan, atau setidaknya menyimpan keinginan
permanen untuk mengajakmu mengalaminya kelak; suatu saat. Mengajakmu ke tempat tempat yang begitu eksotis seperti yang telah ku ceritakan selalu dalam perjalanan hidupku
padamu; setiap hari selama duabelas tahun terakhir ini. Ah, betapa engkau telah
menjadi bagian inti dari hidupku; hidup yang bahagia. Selama itu pula kubiarkan
diriku larut dalam pemujaan dan menganggapmu sepakat membangun cita cita purba
kita; menghabiskan hari tua bersama. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Engkau tahu,
betapa bangganya aku ketika engkau menjadikanku seseorang yang engkau puja
seperti halnya aku memujamu. Aku memujamu karena kesederhanaanmu. Juga sikapmu
yang seolah selalu menjadikan aku bagian penting dari hidup keseharianmu. Ah,
aku telah jatuh cinta padamu sejak lama, lama sekali sampai kuyakini selama itu
bahwa perasaanmu juga sama denganku; mengagungkan hubungan rahasia kita. Kita
sudah tidak lagi merahasiakannya, karena perasaanku yang tertuju padamu adalah
nyata. Bahwa aku teramat menyayangimu, itu pasti. Bahwa aku takut kehilanganmu,
itu juga pasti, sebab tanpamu bagiku tidak ada kehidupan di dunia ini. Aku akan
memilih mati.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Akan kuceritakan
saja padamu tentang masa depan dalam khayalanku, sekalian untuk mencurangi
masalalu yang terus saja memprovokasi pikiranku. Hidup bersama denganmu adalah
cita cita dan impianku sejak dulu. Cita cita dan impian itu kusimpan begitu
rapat menjadi rahasia yang kusembunyikan darimu, oleh sebab sesuatu. Didalam kehidupan batinku, duniaku adalah kamu.
Ingin rasanya menghauskan pertanyaan pada diri sendiri tentang keputusanmu yang
menghancurkanku belakangan, tetapi itu hanya akan mengorek luka yang bisa
meradang kapan saja; terutama pada saat salah makan. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Tumbuh tua
bersamamu, maka fisik kita sudah jauh berkurang dari kondisi sekarang. Tidak
apa, cinta tidak akan tumbuh menua bersama usia. Rasa cintaku rasanya akan
abadi dan tidak mengenal dimensi ruang dan waktu. Setuju tidak? Lihatlah kita
sayangku; terpisah 11.217 kilometer, tetapi kita lebih dekat dari siapapun.
Kita juaranya. Tumbuh tua bersamamu, kita akan menjadi manusia yang sederhana;
hanya saja penuh cinta. Selama duabelas tahun ini saja aku sudah merindukanmu
setiap hariku, dan setiap pertemuan adalah keajaiban yang ingin kuabadikan.
Coba bayangkan, betapa bersyukur bahagianya hidupku jika setiap hari dapat
bertemu denganmu. Akan terjadi keajaiban setiap hari, setiap kali aku bertemu
denganmu. Bagiku, kesanku padamu tentang engkau sebagai malaikat penyelamatku
tetap ada dalam hatiku. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Khayalku tentang
masa depan denganmu seolah nyata dan menjadi patron dalam hidupku. Aku percaya
bahwa ketika hati kita kuat memohon, maka Tuhan akan mengabulkan. Kita hanya
tidak akan tahu kapan Tuhan akan mengabulkan keinginan kita. Keinginan
sederhana saja, hidup bersama dihari tua, menikmati cinta sepenuh jiwa. Kita
akan menanam untuk apa yang ingin kita makan. Menumbuhkan dan memelihara
tetanaman yang menghasilkan sesuatu adalah keajaiban yang bisa kita syukuri
setiap hari. Kita akan membiasakan diri untuk menggali lebih dalam segala
sesuatu, karena disana akan kita temukan keindahan. Dari sekian banyak hal
sederhana yang kita pandang sebagai keindahan, maka akan terbentuk dunia kita
yang serba indah. Indahnya akan cepat mengubur masalalu, dan menjadi tembok
penghalang supaya <i>demons</i> tidak bisa menyeberang. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Sayang,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Jika tumbuh tua
nanti, hitunglah keriput di wajahku ketika aku tertidur. Terjemahkanlah setiap
garis keriput kulit wajahku sebagai cerita panjang tentang segala pengalaman
hidup yang kubagi denganmu. Aku telah menahbiskan diriku untuk menjadi manusia
kaca bagimu, manusia transparan yang bisa engkau lihat seluruh isi kepala
sampai ke dada. Bahkan lebih daripada itu, kuajak engkau untuk hidup senafas,
terhubung dalam gawai di setiap gerak dan ucap kita. Itu semua agar engkau
tahu; tidak ada sesuatupun yang kusembunyikan darimu. Bukahkah itu akan
membuatmu merasa nyaman dan percaya pada perasaan cintaku padamu? Jika engkau
terganggu ragu, kekasihku, tengoklah ke belakang, kali ini salami lebih dalam
segala isi perasaan yang kusimpan dalam tulisan. Atau, cukup ingatlah kembali;
seseorang yang selalu menyapamu setiap hari selama duabelas tahun tanpa henti.
Aku rasa akulah satu satunya lelaki dalam hidupmu yang mampu se konsisten itu
dalam merawat sebuah hubungan. Aku merasa nyaman denganmu, merasa bahwa aku
berhak memiliki dunia rahasia yang berisi bahagia, dan dunia rahasia itu hanya
dihuni dua orang saja; aku dan kamu!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Kuceritakan
kepadamu tentang harapan harapan yang kusimpan rapat dan menjadikanku semangat.
Harapan itu<span style="margin: 0px;"> </span>seperti jimat yang membuatku
selalu berusaha baik dalam berbuat. Kupersembahkan dan kupamerkan semua
pencapaianku padamu. Bagiku, kebanggaanku adalah bisa membuatmu bangga, dan
kebahagiaanku adalah mampu membuatmu hidup bahagia. Aku telah hidup bahagia
bersamamu selama ini, maka tidak akan sulit menurutku untuk membawamu ke dunia
bahagiaku itu. Menjaga, mengambil alih semua cemasmu dan melayanimu setiap hari
adalah harapan paling sederhanaku. Aku tidak peduli bagaimana itu nanti bisa
terjadi, kerena seperti kataku sebelumnya, telah kumatikan logikaku hanya
untukmu. Akan kuajak engkau ke tempat tempat yang pernah kuceritakan, dan akan
kuceritakan padamu tentang perasaanku padamu pada saat dulu aku di tempat itu. Kita
akan tua, keriput dan satu persatu pesendian tulang kita akan menyerah. Tetapi
itu semua tidak akan membuatku tunduk lemah. Bagiku, kekaguman dan rasa
sayangku padamu bukan tumbuh dari faktor yang tampak kasat mata. Kecintaanku
padamu tumbuh dari sesuatu yang terasa dalam hati dan jiwa, bukan dari yang
tampak dari mata. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Demikianlah, r</span><span style="font-family: "calibri";">asanya kata dan
kalimat tidak akan pernah cukup untuk dapat mengekspresikan perasaanku padamu,
dan betapa besar rasa cintaku padamu. Seluruh persediaan kata dan kalimat hanya
untuk menyanjungmu, mengutarakan isi hatiku tanpa sungkan dan malu. Bagiku
engkau adalah hidupku sendiri, tujuan dan juga inti dari seluruh kehidupanku.
Lihatlah aku sayang, yang babak belur melawan pikiranku sendiri dan kemudian
memilih jalan perih bersamamu. Apapun asal bersamamu, maka kuyakin bahwa Tuhan
memberikan keajaiban yang kita butuhkan. Bukankah kita sudah membuktikan itu
berulang ulang?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Cintaku,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Pertanyaan
gamang tentang candaan atau sindiran tentang kesetiaan cinta yang kita bahas
satu kelumit itu melintas begitu saja. Betapa cinta telah melukai begitu banyak
anak manusia, bahkan membunuhnya. Dan betapa perasaan manusia dapat berubah
menurut situasi dan waktu. Aku takut suatu saat tiba tiba datang kesadaran
rasionalmu dan kemudian diam diam menjauhiku, bahkan mungkin ‘membunuhku’.
Engkau tahu, aku hampir mati hanya oleh kekecewaanku pada sikap tak terpujimu
sebelumnya. Sebenarnya masalahnya sederhana, aku hanya tidak mau kehilangan
kamu. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu. Bagiku, tetap memiliki kamu dalam dunia
batinku adalah sepadan dengan pedih perih yang harus kulewati sendirian. Itulah
perjuangan, menurutku. Memperjuangkanmu hampir merenggut semua kehidupanku. Aku
ingin bangkit dan kuat lagi agar mampu menjagamu kelak. Aku ingin kepalaku
tegak lagi dengan senyum lebar kesukaanmu di bibirku, agar aku mampu mengadopsi
semua kecemasan dan ketakutanmu. Aku ingin menjadi manusia istimewa buatmu,
sekarang dan selamanya. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Soal siapa yang
kemudian akan memicu candaan dan sindiran soal kesetiaan cinta, aku rasa aku
cukup yakin dengan pengalaman batinku sendiri bahwa perasaanku akan tetap lebat
seperti duabelas tahun belakangan ini. Cintaku padamu tak berkurang dan tak
tergoyahkan meskipun jarak dan waktu memenjara kita dalam rindu yang menggebu.
Kita sudah terbiasa begitu, terbiasa menahan rindu, dan jarang bisa bertemu.
Tetapi tahukah kamu cintaku, kondisi itu membuat perasaan cinta yang tumbuh
dalam jiwaku menjulang tak terlawan. Aku ingin kamu merasakan cinta terbaik, dan cinta terbaik itu akan datang
dariku; seperti biasa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Kekasih,</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";"></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Rasanya tidak
akan ada selesainya aku menuliskan isi perasaanku padamu. Maka akan kuajak
engkau dalam setiap gerak dan tarikan nafasku supaya engkau tahu bahwa disana
selalau ada kamu yang menemaniku. Selamilah setiap lorong dan labirin rahasia
pikiranku agar tenteram jiwaku untuk menitipkan hati rapuh pada perawatanmu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Jangan jauh jauh
dariku, sebab hanya padamu aku berharap. Kuminta bersetialah pada cinta kita
seperti kisah kisah epic fiksi. Jadilah dirimu sendiri seperti sekarang ini,
bebaskanlah dirimu dari kungkungan keharusan yang hanya akan menyenangkan orang
lain tetapi menenggelamkanmu. Ingat selalu bahwa ada aku yang selalu
membanggakanmu, ada aku yang selalu kagum kepada pencapaianmu. Aku mengingat
semua proses metamorphosismu sejak kita pertama bertemu. Dan lihatlah sekarang,
bahkan pelosok dunia adalah tempat bermainmu sekarang; tempat yang bahkan tidak
sempat melintas dalam pikiranku. Dan sikap manismu padaku itu, yang tetap
menempatkanku beberapa langkah didepanmu – itu katamu. Insan mana yang tidak
lemas dan bangga diperlakukan seperti itu?<span style="margin: 0px;">
</span>Kebanggaan seseorang adalah ketika seorang yang diistimewakanya
menempatkan dirinya sebagai orang yang memberi pengaruh baik dan <span style="margin: 0px;"> </span>menempatkan diri sebagai manusia yang baik. Aku
adalah kekasih terbaikmu, dan aku tahu itu; dan engkau lebih tahu tentang itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Aku mencintaimu
sungguh sungguh. Lihat langkahku, mengayun maju; menuju kamu.</span> </div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">I love You 3000x.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Bambuapus, 190529</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";"></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike><span style="font-family: "calibri";"></span></div>
buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-9875772264106126142019-05-28T12:24:00.000+07:002019-08-21T15:51:12.790+07:00Larungan<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgZTMuM9KKFROpL8lgDZrtc7Rt9r_SdEqutK3N430idGc3hlJn1LDzv3UfSeRUSVml8t-EkczTO-mO5XCqeAn1YGQ9CkWC3XEpnuAP00Vz-PxNPjmCMUE4H0GZMeTLs8nQ6hDtog/s1600/nenek2.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="616" data-original-width="385" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgZTMuM9KKFROpL8lgDZrtc7Rt9r_SdEqutK3N430idGc3hlJn1LDzv3UfSeRUSVml8t-EkczTO-mO5XCqeAn1YGQ9CkWC3XEpnuAP00Vz-PxNPjmCMUE4H0GZMeTLs8nQ6hDtog/s200/nenek2.JPG" width="124" /></a></div>
<span style="font-family: "calibri";">:MP</span><br />
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Dari ketinggian
jelajah tigabelas ribu kaki dan terus menurun, pulau tujuan itu nampak seperti
seonggok kotoran yang terapung di luasnya air berwarna biru. Kerlap kerlip riak
ombak tampak seperti permata yang menyambut pesawat kecil yang terombang ambing
dipermainkan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">altitude</i>. Langit begitu
cerah dan biru, awan gemawan mengambang disekitaran seperti kapas dan kembang
gula. Warnanya yang putih berlarian ke belakang seolah menyilahkan diri untuk
datang mencicipi bumi baru, bumi larungan tanpa masa lalu.</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Bandara yang
lebih menyerupai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">airstrip</i> menyambut
dengan guncangan dan sedikit kecemasan akan terjadinya celaka diperjalanan.
Angin berhembus membawa bau laut menyapu wajah, memperkenalkan diri sebagai
tuan baru bagi diri dengan batin kosong melompong yang berkehendak membuang
diri ke dalam ketidak tahuan orang orang yang pernah dikenal sebelumnya.</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Salam kenal
wahai Larungan, bumi kecil tempat masa depan akan terancang dengan hati hati.
Luka dan dendam yang tersimpan di hati akan menjadi pengigat abadi dan penghias
bagi gemilang yang nanti mungkin menjelang. <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Kamp</i>
kecil menyambut, diiringi oleh sopir penyambut yang langsung memperkenalkan
diri begitu kaki menginjak pintu keluar bandara kecil dan sederhana itu. </span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Berkendara dalam
mobil <i style="mso-bidi-font-style: normal;">double cabin</i> dan sambil
mendengarkan pak sopir berceita tentang tempat tempat, bangunan beratap seng,
pagar pagar kawat dan marka marka menunjukkan bahwa inilah areal tambang nickel
yang menjadi ladang pangan dan sekaligus arena mengaktualisasikan diri bagi
begitu banyak orang, begitu banyak nyawa. Tantangan dan rintangan tidak akan
menghalangi, sebab diri datang hanya membawa nyawa yang terbuang.<span style="margin: 0px;"> </span>Betapa sendirinya manusia hidup membawa semua
kehidupannya.</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Masa lalu telah
mati, roboh oleh khianat kekasih hati, sebuah istana batin yang runtuh sekali
sentuh oleh dia yang paling memahami cara menyakiti. Catatan catatan kekaguman
dan kesetiaan telah berubah menjadi duri duri pengingat sakit hati yang tidak
akan tercabut sampai akhir hayat nanti. Perihnya melebihi perih dari kulit yang
tergores oleh pisau <i style="mso-bidi-font-style: normal;">cutter </i>pada saat
kepala hanya berisi api. Amarah yang membuncah setiap siang malam bahkan sampai
ke alam mimpi menjadi rahasia paling pribadi yang tidak satu orangpun yang akan
mengetahui. Luka itu dibawa dari pertarungan diam yang sangat panjang,
dicetuskan oleh penghianatan yang diulang oleh malaikat yang dulunya menolong
ketika mulut tak kuat lagi mengerang kesakitan.</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Alam baru yang
serba asing seolah tunduk oleh diri yang tak lagi berpribadi, tak ber masalalu
dan tak punya harga selain nyawa yang dibawa. Hewan dan tumbuhan seperti memaklumi
keadaan diri yang polos tanpa tendensi. Akulah orang baru yang terlahir dari
badai yang menderu. Masalaluku telah mati bersama dengan orang orang yang
tercintai. Hanya badan dan kaki sedikit pincang yang akan bertahan
mempertaruhkan nyawa demi masa depan. Akulah manusia baru di bumi Larungan,
yang berharap dari puing ingatan akan tumbuh dunia baru dengan harapan harapan
baru dan mimpi mimpi yang baru. Duka lara kusimpan dalam diam, kujadikan
kenangan paling kelam dalam sejarah kehidupan.</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">O, Larungan yang
cantik, sebentar lagi akan menjadi surga tak bertuan dimana aku akan menjadi
raja bagi diri dan keinginganku sendiri. Persetan dengan semua yang datang
hanya untuk menyakiti sesudah sekian tumpuk kesetiaan tercatat rapi. Kesedihan
yang terbawa akan mejadi alas tidur diam diam dimana tak seorangpun akan dapat
mengeja kisahnya. Semua terkubur hanya dalam ingatan meskipun sesekali
menyeruak berontak dari otak di dalam mimpi yang samar samar, didalam tangisan
tak sadar yang liar. </span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Luka dari
seluruh luka, sakit dari semua sakit terbawa dalam dunia diam. Erangan dan
jerit kesakitan harus ditahankan demi menerima dan menjalani takdir yang
diciptakan para durjana. Kekecewaan dan kesedihan harus ditahankan dan
dirahasiakan oleh sebab mustahil dapat melupakan. Malaikat kecil berambut ikal,
yang telah berubah menjadi iblis keji tidak akan dapat berubah jadi malaikat
lagi. Hati yang terlalu dalam mencintai telah terlanjur koyak dan bernanah
kini. Koreng dalam jiwa masih membiru ketika langkah kaki menapaki halaman
kantor tempat satu satunya diri merasa diterima dan ada; disini di tempat yang
jauh dimana tidak seorangpun tahu: Larungan. </span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Pulau Larungan akan
berarti pula menjadi obituari yang bermakna pulau Kabar Duka, <span style="margin: 0px;"> </span>akan menjadi bumi baru tempat semua masalalu
terpendam rapi dalam api abadi dalam hati. Pulau itu tidak terlalu besar, tidak
ada kota yang ada hanya rumah rumah penduduk beratap seng disepanjang tepi
pantai yang landai. Kapal <i style="mso-bidi-font-style: normal;">ferry</i>
datang setiap tiga kali dalam seminggu untuk mengantar perbekalan dan sarana
transportasi. Pesawat rintis akan datang dua kali dalam sebulan yang lebih
banyak digunakan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">charter</i> oleh perusahaan
tambang yang seolah seenaknya sendiri mengeksploitasi bumi kecil Larungan. </span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Mercu suar
tempat kantor baru berdiri sendirian sejak zaman Belanda. Berdiri tegak dan
tegar selama puluhan tahun kesendirian. Aku ingin belajar dari keteguhan sang
suar, atas kesetiaanya kepada alam dan memberi kebaikan bagi kehidupan para
pemakai jalur pelayaran. Ditempat itu hanya sepi dan isi hati yang berbincang
tanpa henti. Jutaan kata kata dan kalimat akan tersusun dalam berjilid jilid
kisah indah tentang cinta yang tak pernah terjadi di dunia nyata. Kisah kisah
tragis tentang penghianatan dan sakit hati akan tertoreh dengan indah hingga
tak seorangpun pembaca akan menyaadari betapa dalam luka yang diderita sang
penulisnya.</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Inilah manusia
kosong berbatin compang camping yang melarungkan diri ke tempat paling sepi.
Berharap suatu saat disinilah dia akan bertemu mati. Kehidupan nun jauh
diseberang akan tetap dipelihara sebagai kewajiban menjadi manusia. Sementara,
jiwa yang merana melarungkan diri ke tempat yang tanpa alamat. Satu dua orang
sahabat telah menjadi kerabat yang tak tertandingi. Kepada mereka tertitip
pesan agar jasad tanpa nyawa milik diri seorang kelak dapat dipulangkan ke
hangat dan damai pangkuan bunda di kampung halaman dan tak perlu kenangan
khusus atasnya; cukup menuliskan nama di batu nisannya.</span></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Bambuapus 190312</span></div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike><span style="font-family: "calibri";"></span>buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-72428610069542303812019-05-25T17:31:00.001+07:002019-05-25T17:40:50.306+07:00Perang Fiksi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDGbwq_dS7cpRa-T1ekSckEzKfo1C5fhjSfo1oX1qXC3wsgN7xQKflMertBIgS2qyQ_tvdGpX8OwSDsO_UI-NH-dvknT_lWXmjcT4kW78VPuyfxuHAi-5skd31hkxD5uaKSS8VXQ/s1600/1547002767182.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="480" data-original-width="320" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDGbwq_dS7cpRa-T1ekSckEzKfo1C5fhjSfo1oX1qXC3wsgN7xQKflMertBIgS2qyQ_tvdGpX8OwSDsO_UI-NH-dvknT_lWXmjcT4kW78VPuyfxuHAi-5skd31hkxD5uaKSS8VXQ/s200/1547002767182.jpg" width="133" /></a></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">: MP</span><br />
<span style="font-family: "calibri";"><br /></span>
<span style="font-family: "calibri";">Ibaratkan badan,
kamu adalah tangan kanan sedangkan aku adalah tangan kiri. Tangan kanan
menggenggam belati tajam, mamiliki daya serbu dan daya<span style="margin: 0px;"> </span>rusak sedemikan kejam. Tangan kanan lebih
dominan. Sedangkan aku adalah tangan kiri. Tidak terlalu banyak fungsi kecuali
melengkapi keperluan tangan kanan. Tugasku melindungimu, <span style="margin: 0px;"> </span>menangkis serangan dan menyokong tangan kanan
jika membutuhkan. Tugasku hanya memberimu keseimbangan dan pemenuhan atas
segala yang kau butuhkan. </span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Suatu hari tanpa
sebab, aku kau lukai dengan belatimu yang selalu terhunus. Dilukai begitu saja
tanpa kamu merasa seolah rasa sakit itu ada. Nyerinya sampai ke tulang
seketika, perihnya melumpuhkan hampiir seluruh kehidupanku. Aku jatuh pingsan
dihantam kenyataan. Ketika siuman, badanku sudah penuh luka goresan. Darah
menyembul dari kulitku yang koyak lalu mengering di tempat, menegaskan garis
garis sayatanmu. Aku mungkin sekarat, tak sanggup mengangkat martabat yang kau
tumbangkan. Duniaku hilang seketika, berganti dengan kebingungan yang
membingungkan bingung. Matahariku padam saat itu juga.</span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Hingga kemudian
kutemukan gudang setan, tempat demons hidup dan beranak pinak. Kutemukan ruang
ruang kenyataan masalalu yang melulu<span style="margin: 0px;">
</span>berisi perihnya dicurangi; sakitnya dikhianati. Aku kecewa karena kamu
sampai hati menyakitiku. Aku kecewa karena aku kira akulah rekan terbaik dalam
hidupmu, seperti aku menganggapmu sebagai bagian dari kehiduapnku, bagian dari
duniaku. Tetapi yang membuatku paling kecewa adalah bahwa telah kau serahkan
kerhormatanmu yang selalu kujaga kepada tubuh lain. Aku kecewa dan mengutuk
diriku sendiri karena tidak bisa menjagamu dengan baik. Tetap tidak bisa
kumengerti alasan sebab kamu tega menikamku, justru pada saat aku tengah
mendukung perjuanganmu. Aku sangkakan aku pendukung tunggalmu, hingga
kusembunyikan letihku darimu hanya agar kamu tidak mencemaskanku. Kecemasan itu
adalah bagianku, bahkan cita cita rahasiaku adalah mengadopsi semua
kecemasanmu. Tapi aku kecewa kamu menghianati ketulusanku.</span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Kuratapi lukaku
penuh penghayatan. Aku berada di level paling bawah, paling dasar ketidak
berdayaanku melawan. Seluruh persediaan kekuatanku<span style="margin: 0px;"> </span>sudah kukerahkan, mencengkeram ledakan
sakitku dalam pikiran. Hidupku menjadi berantakan. Langkahku menjadi tanpa arah
(atau, barangkali memang aku tidak pernah melangkah).<span style="margin: 0px;"> </span>Aku hanya tinggal punya nyawa saja. Aku
merasa tidak layak berada di dunia tanpa cahaya ini. Sakit yang kau beri telah
berporses menjadi koreng menganga berwarna biru, merah dan hitam kotor. Lukanya
membengkakkan bagian lengan yang tak terluka disekitarnya. Rasa sakitknya
menyebabkan kesakitan ke seluruh kitaran kehidupan tangan kiriku, bahkan sampai
ke seluruh badan –mungkin termasuk kamu. Lukaku dapat kau lihat dan kamu bisa
berempati. Tetapi sebenarnya hanya aku yang bisa merasakannya sendiri, menerima
dan menjalaninya sendiri. Kamu tidak akan pernah bisa merasakan karena yang
terluka adalah aku, bukan kamu.</span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Kamu tahu
tentang luka? Setiap luka adalah gerbang terbuka bagi masuknya bakteri maupun
virus yang bertebaran tak kasat mata. Macam macam virusnya, tetapi akan lebih
mudah untuk menginventarisir akibatnya. Virus dan bakteri berbahaya dan
mematikan dapat masuk ke seluruh badan melalui luka yang kamu buat ini.
Perjalanan kuman dalam badan akan menyebabkan berbagai penyakit mengerikan yang
pernah kita dengar di dunia kedokteran. Bahkan konon luka terbuka juga dapat
menyebabkan infeksi yang bisa menyebabkan kematian atau minimal amputasi. </span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Kamu adalah
bagian dari ruh diniaku, tidak mungkin aku akan sanggup menyebabkanmu sakit atau
sedih. Tugasku adalah melindungimu! Kutahankan sakitku sekuat kuatku. Bukan
sakit pada luka terbuka buatanmu, tetapi sakitku meladeni pikiran pikiran buruk
yang datang tak kenal waktu<span style="margin: 0px;"> </span>dan tak
kenal berhenti. Aku sungguh tidak mengerti jalan pikiranmu hingga kamu sampai
hati melukaiku. Pertanyaanku tentang mengapa kamu lakukan itupun hanya
membentur di udara, tidak menemukan jawaban logisnya. Begitu banyak
argumentasimu bahkan kepada hal hal yang berniat membuatku merasa diunggulkan
olehmu, tetapi toh kenyataanya kamu memutus urat nadiku karena lalai pada
keberadaanku. Secara template sudah semestinya kamupun turut menjaga dan
memelihara sinergi kita, bukan malah meremukkannya. Aku menyesalkan apa yang
sudah kamu lakukan; bukankah sudah berulang kukatakan untuk tidak lagi
memberiku kejutan buruk bagi hidupku?</span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Lukaku masih
bernanah, menjijikkan bagi siapa saja yang melihatnya. Engkaupun pasti malu
memiliki partner seperti keadaanku sekarang. Hari hariku muram oleh menekan
perang fiksi yang terus saja terjadi. Perang dalam pikiran antara kemauan hati
dan nasehat bijak dari logika. Perang itu semakin meriah saja dengan banyaknya
rahasia yang kamu sembunyikan dariku selama dua tahun keparat itu. Selama itu
pula setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari engkau dustai aku. Dan
selama itu pula setiap detik, setiap menit, setiap jam dan setiap hari aku
memujamu, menempatkanmu di tempat paling istimewa dalam batinku. Tetapi rupanya
engkau memilih nyaman dengan mendustaiku. </span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Perang fiksiku
telah meluluh lantakkan kebanggaan dan harga diriku. Seluruh pencapaian dan
kebanggaanku telah runtuh dan sia sia bersama penghianatanmu. Aku telah menjadi
cacat oleh sebab apa yang kau perbuat. Aku terpuruk dalam ketidak berdayaan
yang gelap tanpa cahaya, dan kamu enteng saja menganggap semua hanya masa
lalu<span style="margin: 0px;"> </span>belaka.</span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Harus kuterima
dan kujalani semua seperti pintamu, seperti rencanamu. Sayatan hanya akan
meninggalkan bekas luka, tetapi sakit yang didalam akan terbawa sampai hidupku
berganti alam. Terimakasih karena kamu telah mengantarkanku tepat ke pintu lorong
panjang bernama kematian.</span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Kost,</span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">190524</span></div>
buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-62664268943897852782019-05-08T11:08:00.000+07:002019-05-09T05:16:56.080+07:00Surat Kepada Embun<br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXt7TYFprz1XlwfhbDsnQoSsicB8kP8lKHT6uG_SqZlKgPdrYpDAuWUZiMtSo4i5sWD-WrF-IXceGf7OFOhfLtE5zybCLwfHMMSC2_dKybFqA5PAdC-nNe4DbjOm8J7IKlR65Nzw/s1600/nenek.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="960" data-original-width="640" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXt7TYFprz1XlwfhbDsnQoSsicB8kP8lKHT6uG_SqZlKgPdrYpDAuWUZiMtSo4i5sWD-WrF-IXceGf7OFOhfLtE5zybCLwfHMMSC2_dKybFqA5PAdC-nNe4DbjOm8J7IKlR65Nzw/s200/nenek.jpg" width="133" /></a></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Dear Embun,</span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Ini aku,
Matahari. Bicara kepadamu seolah kamu masih ada didalam bagian nisbiah hidupku;
di alam batinku. Nyatanya sebuah peristiwa telah menjauhkan kedekatan gaib
kita, menjauhkan masing masing kita dari jangkauan keinginan setiap kali kita
membutuhkan telinga berisi hati. Bicara yang selalu menenangkan dan menguatkan
setiap kali serangan amarah bercampur sedih karena kecewa datang mencengangkan
sekaligus melumpuhkan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Kali ini
aku<span style="margin: 0px;"> </span>ingin bicara mengenai perang di
negeri senyapku, di batin yang menyelubungi seluruh kisah hidupku. Para iblis
yang kita kenal dulu telah menjadi jinak oleh waktu dan ketabahan kita dalam
meladeni setiap seranganya, tetapi aku sudah lupa bagaimana menghadapi mereka
diwaktu itu, aku butuh ilmu untuk menghadapi mereka dari kamu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Ingatkah kamu,
kita bertemu di savanna kosmos maya bertahun silam; sama sama menyembunyikan
luka dendam. Buah dari keyakinan kita pada kesetiaan; luka hati oleh
sebab mencintai! Kita berjalan sempoyongan di dunia yang penuh dengan aturan
kewajiban ini, kemudian tanpa sengaja bergandengan tangan ketika tubuhmu
limbung oleh serbuan ingatan masa lalu, dan aku ada disana memapahmu spontan.
Kamu hanya perlu telinga dan hati untuk menterjemahkan betapa berat bebanmu dan betapa perih lukamu. Lalu kamu hanya perlu seorang yang memanusiakanmu,
menempatkamu sebagai sesuatu yang penting didalam hidupnya. Dan itu aku.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Sedangkan aku
waktu itu, kubawa lukaku yang beribu ribu dalam bisu. Di langit ku pahat
jeritan jeritan kesakitan dengan indah, berharap sama sepertimu; menemukan telinga
dengan hati dan menjadi manusia bagi seseorang. Aku perlu sejuk embun untukku
sedikit berjeda dari perang batin yang berkepanjangan. Aku hampir bangkrut kala
itu, tidak lagi memiliki tempat didunia dan terus saja batin mengingkari masa
lalu dan pesimis memandang masa depan. Aku perlu seseorang dengan mata hati
seteduh embun pagi. Dan itu kamu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Demikianlah kita
kemudian mempertontonkan perang yang sama. Perang dalam diam yang menghancurkan
hampir semua sendi kehidupan. Perang itu hanya terjadi dalam pikiran.
Pertentangan antara hati dan logika, pertentangan antara standard ideal dan
kenyataan yang mengecewakan. Kita membawa kehancuran masing masing dan
menghitung berapa banyak hal baik yang sudah mereka sia siakan. Perang batin
itu sendiri adalah buah pertentangan dan protes diam diam di hati dan pikiran.
Jutaan pertanyaan demi pertanyaan yang menyebar pada pertanyaan pertanyaan
anakan tentang “bagaimana mungkin hal seburuk itu bisa terjadi ?”. Sampai lelah logika menentangnya
hingga dada luluh lantak oleh fakta bahwa khianat itu memang benar benar terjadi dalam
hidup kita. Kita sama sama dikhianati oleh orang yang kita cintai, orang yang
kepadanya kita titipkan hati rapuh kita. Rasanya kita telah salah memilih titipan hati.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Maka kemudian
kita menghadapi perang yang sama. Gerombolan demi gerombolan pengacau kedamaian
memporak porandakan pikiran, dan kita tidak berdaya dibuatnya. Kita dianiaya
sesuka mereka dengan cara semau mereka. Perihnya luar biasa, panasnya bagaikan
api neraka (kira kira). Terkadang kita memilih gila saja daripada hidup hanya
membawa nyawa – tanpa cita cita. Mati sengaja bukan menjadi pilihan karena kita
terpaut pada kewajiban moral untuk tetap menjadi kita; untuk seorang manusia kecil titisan ruh kita. Hal hal tak rasional terkadang terlintas begitu saja,
berharap perang dalam batin
kita lekas berakhir. Kita memvisualisasikan diri kita sendiri sebagai si korban, berkelahi tanpa henti dengan segala macam alasan penghianatan itu sebagai musuh abadi. Kita menyebutnya demons!</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Mbun,</span><br />
<span style="font-family: "calibri";">Untung aku
ketemu kamu. Benar benar laksana embun, hadirmu membuat perangku berjeda. Datangmu
membawa sejuk pada waktu yang tidak pernah mengecewakan. Kiranya Tuhan mengirim
keajaiban itu melalui kamu. Jika demikian, sekarang aku paham bahwa kamulah
malaikat itu kala itu. kita jadi merasa tidak sendiri lagi. Luka luka yang kita
bawa dari negeri empiris masing masing dapat redam hanya dengan saling
berjabat tangan lalu bergandengan. Dan kita jadi saling mengenal demons masing
masing lengkap dengan sifat dan tabiatnya. Aku menopangmu ketika demonsmu
menyerbu, dan kamu menyediakan tanganmu membelai kepalaku ketika demonsku<span style="margin: 0px;"> </span>mengamuk merajalela dan aku kalah olehnya; membakar seluruh isi kepala.
Lama lama kita jadi kuat, sekuat ikatan dalam batin kita yang penuh dengan rasa
hormat. Kita menemukan keajaiban berupa harapan justru pada saat diam diam kita
putus asa bahwa akan ada cahaya yang bakal bisa sedikit saja menyinari pekatnya
hati.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Meskipun sekarang
kamu sudah tidak dalam jangkauanku, tetapi kamu tetaplah embun. Kepada dunia
kamu tawarkan damainya kebaikan hati. Kamu tetap saja menyejukkan isi dunia, terutama
mereka yang menghayati dan memahami apa makna penderitaan. Itulah kenapa aku
tetap bercerita padamu tentang demons baruku;</span><br />
<span style="font-family: "calibri";"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Demons yang
menganiayaku kali ini jauh lebih perkasa dan jahat. Hasil tetasan dari
seseorang yang pernah kusangka malaikat. Dia, yang datang setelah pergimu ke dunia baru dengan harapan baru.
Pergimu tak melukaiku, tetapi justru menghadirkan bahagia yang membuncah karena
semua berjalan baik, dan kesan yang kita tinggalkan pada lambaian terakhir di
stasiun itu adalah kesan kebaikan, hormat dan kasih sayang tulus antar hati manusia. Demons kali ini hampir memadamkan cahaya yang kupelihara susah
payah. Dampak kerusakan yang
ditimbulkannya sepuluh kali daripada bencana pertama dulu; bencana yang kamupun
juga tahu. Maaf jika kemudian cerita ini seperti anak kecil yang mengadu karena
dizalimi oleh teman bermainnya. Tetapi sifatnya sama seperti dulu juga, bahwa
mengagungkan cinta ternyata harus ditebus dengan duka lara. Ah tetapi rasanya tak
patut lagi aku membeberkan kisahku kali ini. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Anyway,
setidaknya aku masih bisa menulis untuk kamu yang tinggal menjadi imajiner bagiku.
Aku sendiri telah kehilangan kebanggan masa lalu dan harapan cemerlang hari
depan yang sempat aku yakini tidak akan tergoyahkan. Aku terjerembab pada
kenyataan pahit tentang mencintai dengan setulus hati yang berakhir dengan
sebuah perbuatan jahat yang amat keji. Kali ini juga aku tidak bisa menghindar
lari. Semua yang kujaga telah runtuh, sedangkan pada saat yang sama dia telah
menjadi bagian dari keseharianku<span style="margin: 0px;"> </span>untuk
waktu sangat lama meskipun hanya kebun rahasia. Tiba tiba semuanya menjadi tidak
berarti lagi. Setiap hari bersusah payah aku berusaha untuk tidak memilih mati,
dengan cara cara yang mempercepat datangnya mati. Aku menjadi tidak menghargai
apa apa lagi di dunia ini. Nilai nilai yang selama ini kupelihara sehingga
berusaha hanya kebaikan yang terjadi, seolah olah tidak ada makannya apa apa
lagi. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">mbun,</span><br />
<span style="font-family: "calibri";">M<span style="font-family: calibri;">anusia
yang katamu hatinya terbuat dari emas ini hidup dengan hanya sekedar hidup.
Baginya ia hanya ingin menjalani sisa nafas ini sampai ajal tiba. Bahkan
belakangan ia banyak berpikir untuk menghindari dunia. Baginya sudah tidak ada
lagi tempat nyaman didunia ini, karena penghianatan yang bejalan begitu lama
telah meninggalkan pos pos berisi jutaan beling disetiap jalanan kota kota dan tempat tempat, bahkan disetiap
sudut ingatan yang menyimpan kenanagan duabelas tahun kebersamaan. Disanalah
mereka mentertawakan kenaifanku, melecehkan intelgensiaku bahkan menginjak injak martabatku sebagai manusia. Untuk waktu yang
sangat lama, terlalu banyak peristiwa yang bisa aku analisis menjadi sebuah
cerita pilu bagiku sendiri. Cerita pilu itu akan berlangsung lama sekali,
sampai nanti datangnya mati.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";"></span><span style="font-family: "calibri";"></span></div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Saat ini aku
hanya bisa menunggu, menunggu malaikat datang menjemputku. Aku telah kehilangan
banyak darah dalam perangku kali ini. Luka lukaku terlalu parah dan tenagaku
sudah lelah. Sekuat hati aku bertahan, sepenuh tenaga aku melawan mereka. Kali
ini aku sendirian. Selain kamu sudah tidak dalam jangkauan, satu satunya yang
aku harapkan justru induk dari demons terkutuk itu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Aku tahu, kamu
bukan lagi menjadi pawang demonsku seperti dulu. Meski begitu, oleh kebaikanmu,
setiap kali demons menyerbu, bentakan parau, menjerit dan menghina di
kepala, atau meneriakkan cerita cerita hasutan, kata kata caci maki dan kekeh tawa
kesenangan mereka, kata katamu bagai setetes embun di kemarau abadiku; “yang mereka katakan semua adalah bohong, tidak benar. <span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: transparent; color: black; display: inline !important; float: none; font-family: "calibri"; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Tetaplah kuat, kalahkan mereka wahai manusia tangguh
matahariku</span>”.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Aku masih
berjuang, melawan dan berusaha tetap hidup meskipun kakiku tak punya pijakan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Jaga dirimu baik
baik selalu.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="line-height: 150%; margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">matahari</span></div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike><span style="font-family: "calibri";"></span><br />
Gempol - 190507buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-12196824229223947612019-03-13T14:14:00.000+07:002019-05-29T09:54:12.734+07:00Epicentrum<br />
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">:MP</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgxsEvZC1YGY1FbW_SheXNXbY-66Cv5wwmsy2hI3CiUKtoxvSmgsP0G-HklLwBUlGjNiHpqPjkgWDUBcgIvdGlYoNieibcOp39VCThY12TJK_dxMq80mUKmVwu_JRsYdcxXxtwuA/s1600/WhatsApp+Image+2019-03-14+at+23.25.30.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="385" data-original-width="577" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgxsEvZC1YGY1FbW_SheXNXbY-66Cv5wwmsy2hI3CiUKtoxvSmgsP0G-HklLwBUlGjNiHpqPjkgWDUBcgIvdGlYoNieibcOp39VCThY12TJK_dxMq80mUKmVwu_JRsYdcxXxtwuA/s200/WhatsApp+Image+2019-03-14+at+23.25.30.jpeg" width="200" /></a></div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">G<span style="font-family: "calibri";">enap sebulan sejak
letupan bencana batin itu terjadi. Guncanganya masih saja seperti kemarin
terjadi. Segalanya porak poranda sehingga mengaburkan masa depan. Langkah
langkah bingung dan goyah oleh luka yang majemuk mencari arah yang tak dapat
ditemukan. Luka luka menganga menandakan pertempuran yang dahsyat dan
mengerikan. Setiap orang terluka, sobek di dada atau kepala oleh tebasan pedang
kenyataan. Dunia seolah berhenti berkehidupan dan hanya seolah mencacah jumlah
kerugian akibat hancur oleh khianat. </span></span></div>
<span style="font-family: "calibri";"></span><br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Sebulan berlalu dan badai
mengamuk belum lagi reda. Peperangan yang sangat diam melahirkan jiwa jiwa
penuh luka, penuh dengan dendam dan keletihan. Leleran darah dari luka segar
tak jua mengering meskipun badan letih oleh perang batin. Kehilangan dan
penyesalan telah bertransformasi menjadi kesedihan yang pekat. Erang kesakian
dan jerit ketakutan ditebar sepanjang jalan demi terlampiaskannya kecewa yang
bagaikan cuilan batu menancap di telapak kaki. Malam malam berisi api yang membakar
dada dan kepala, melahirkan sumpah serapah layaknya manusia sampah. </span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Rangka rangka masa depan
berguguran oleh sebab terbengkalai ketika batin sibuk berperang dalam bisu. Putus
asa telah menguras seluruh isi pesediaan energy yang biasanya begitu menggairahkan,
kini berubah lunglai tanpa pengharapan. Langkah langkah hara-kiri mulai dilirik
untuk dijadikan alasan terakhir menyelesaikan peperangan batin. </span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Begitu banyak orang terluka. Ada
yang berteriak menggelepar, ada yang mengerang seolah tubuhnya terbelah. Tak
kurang tujuh orang sudah berlumuran darah, masing masing memamerkan luka
menganga yang melambangkan duka terdalam. Semua terjadi hanya karena satu
langkah yang lupa diri, ketika dunia membutakan mata dari ketulusan dan
kedalaman kasih yang tumbuh secara alami. Semua rubuh ke tanah, tertikam oleh
kebohongan panjang demi dengus pelacuran. Satu langkah khianat telah
menyebabkan dunia bagai kiamat. Pikiran hilang arah, badan hancur dijajah, dan
batin yang compang camping dipermainkan kenyataan. </span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Kebingungan mempermainkan gelap
pandangan, tak jua mengendap segala keruh debu kenangan. Iblis menari nari
disana sini, mempermainkan jiwa yang tak berdaya ditikam segala bentuk
kebencian. Belum ada tanda tanda akan datang cahaya hikmah yang akan menuntuk
kepada sebuah hidayah. Tetap saja semuanya<span style="margin: 0px;">
</span>harus hanya diterima dan dijalani sebab hidup tidak akan berhenti hanya
karena masalah hati. Bahasa hati punya komuniatasnya sendiri, komunitas sangat
rahasia yang tidak ada sama antara satu dan yang lainnya. Semua peristiwa
melahirkan cermin benggala dimana kita diingatkan untuk selalu setia kepada
nurani. Sebab hati nurani adalah tiang tengah yang harus jadi pegangan karena
berisi hukum etis tentang kepantasan, kelayakan dan adab. Semua berkaca,
menyelami diri yang selama ini terasa lena hidup bahagia. Nyatanya memang
segala yang terbentuk dari hati akan berakhir abadi. Keinginan tak pernah ikut
menua bersama usia. Harapaatn harapan baru dibangun sebagai penghiburan atas
getir<span style="margin: 0px;"> </span>aturan peradaban. </span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Badai akan mereda, lalu langit
akan terlihat lebih cerah dari biasanya.</span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Bambuapus 190313</span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike><span style="font-family: "calibri";"></span>buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-31380889477522069812018-10-02T10:53:00.000+07:002018-11-13T10:59:53.529+07:00Jakarta Dalam Logika
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;"></span><br /></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5dxY8vwpWDrq1OW2qKxObxBclrwYUegZsSU4J25BUuvepBBgy9FKAnTHIxiAjEoTwTI__Cth7twicZZsVpagyh8OdNh8xFRtwgOF3dA1zBbqXlB_RwtdzWd3S13Sc8S03GqLYRg/s1600/toll.JPG" imageanchor="1" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: transparent; clear: left; color: #0066cc; float: left; font-family: calibri; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; orphans: 2; text-align: center; text-decoration: underline; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;"><img border="0" data-original-height="883" data-original-width="1186" height="148" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5dxY8vwpWDrq1OW2qKxObxBclrwYUegZsSU4J25BUuvepBBgy9FKAnTHIxiAjEoTwTI__Cth7twicZZsVpagyh8OdNh8xFRtwgOF3dA1zBbqXlB_RwtdzWd3S13Sc8S03GqLYRg/s200/toll.JPG" width="200" /></a></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;"><span style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: transparent; color: black; display: inline !important; float: none; font-family: calibri; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: justify; text-decoration: none; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; word-spacing: 0px;">Akhirnya..…</span></span></div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Setelah lima tahun ditugaskan di
Surabaya, dan kembali lagi ke Jakarta, kota tempat dulu pernah bercengkerama
dan mengukir kisah kisah klasik perantau. Kota yang pernah menjadi bagian dari
kisah hidup sekian panjang. Jakarta menyimpan keping keping kenangan tentang perjuangan
dan romantisme perantauan di setiap sudutnya. </span></div>
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;"><br /></span></div>
<span style="font-family: calibri;">Kini Jakarta menyambut dengan
angkuh seperti biasanya. Diri merasa menjadi manusia asing yang menziarahi
nisan nisan penanda cataan manis masa lalu. Ada perasaan nglangut, cenderung
sedih dan hampa. Ada sesuatu tidak bisa lagi ditemukan lagi disini, tetapi tidak
bisa dijelaskan apa sebenarnya yang hilang. Yang pasti ada lima tahun yang
hilang, dimana selama lima tahun, kisah kehidupan dapat diceritakan menjadi
film dokumenter dengan durasi putar sangat panjang oleh karena banyaknya
kepingan kepingan cerita sehari hari yang terputus dan berpindah dimensi.<span style="margin: 0px;"> </span>Kebingungan menyergap, ketika harus menyusun
rencana untuk menjadi salah satu penghuni Jakarta lagi, dengan sesuatu yang
benar benar nol. Ah, sungguh diri tidak punya apa apa di kota ini kecuali
kenangan….</span><br />
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Rasanya perkembangan kota ini mengikut
kepada perkembangan zaman secara global. Pembangunan infrastrukturnya begitu massive
padahal baru lima tahun tertinggalkan. Kemajuan peradaban juga turut merubah
wajah Jakarta. Sebagai magnet raksasa, Jakarta menyedot segala macam bentuk
niat untuk datang dan mewujudkan mimpi; atau sekedar turut dalam daya hisapnya.
Jalanan masih macet seperti sediakala, dan sekarang seolah olah kemacetan
menjadi hal biasa yang tidak layak untuk dikeluhkan lagi. Proyek proyek
infrastrukur jalan dengan aneka macam nama dengan tujuan sama yaitu
mengendalikan arus lalu lintas kendaraan, menambah semrawut dan makin
tersumbatnya jalur jalur pokok seperti Cawang, Mampang, Pancoran, dan banyak
lagi. Logika pengguna kendaraan di Jakarta memang sudah sedemikian permisif
terhadap ketidaknyamanan macet. Kondisi itu menjadi salah satu pemicu mengapa
orang bisa demikian abai terhadap aturan dan etika berkendara, yang sebenarnya
pelanggaran terhadap hak pengguna jalan lainnya. Golongan orang seperti itu dinamakan
“ si Pa’ul”, mereka pengguna jalan yang menyandang predikat arogan yang kurang
pintar; okol istilahnya. </span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Ada satu hal lagi yang tiba tiba
membuat merasa menjadi penghuni lama Jakarta, yaitu ketika di jalan toll denging
suara sirine disertai lampu biru tajam tiba tiba menyela dari belangan
kerumunan macet, meminta orang lain mengalah dan meberikannya jalan. Motor atau
mobil polisi membuka jalan untuk serang pejabat negara.<span style="margin: 0px;"> </span>Dibelakan kendaraan polisi biasanya akan
meluncur lancar mobil mewah entah siapa isinya. Betapa geregetannya dengan
situasi seperti itu, karena si pejabat dalam mobil mewahnya begitu arogan hanya
karena dia menjabat. Polisi pengawal dengan sirine mendenging atau menyalak
nyalak seperti suara anak anjing, memaksa pengguna jalan lain yang dianggap tidak
penting memberi jalan. Cuma kali ini, intensitas nguing nguing itu semakin
sering dan semakin banyak. Terkadang ada juga kendaraan tentara melakukan hal
yang sama. Meminta prioritas! Bahkan kendaraan kendaraan dinas berplat merah
pertanda milik pemerintah. Penggunaan bahu jalan menjadi hal yang biasa dan
seolah dibolehkan asal mereka adalah pejabat. Sungguh aneh dalam logika, sebuah
kemunduran budi pekerti akibat dari kemajuan zaman itu.</span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Pejabat yang digaji oleh negara
idealnya adalah abdi pelayan masyarakat. Mereka yang menjadi pejabat semestinya
yang melayani kepentingan seluruh rakyat dan menempatkan rakyat sebagai
prioritas. Logika ini kebalik dengan situasi nyata yang sebenarnya. Kebanyakan
orang yang memiliki jabatan di pemerintahan cenderung songong atau arogan.
Serba dilayani dan diistimewakan layaknya juragan. Sebagian besar pejabat
menganggap diri mereka terlalu penting dan berharga dimata orang lainnya,
sehingga layak untuk diperlakukan dengan istimewa. Meskipun dimaklumi karena
Jakarta adalah ibu kota, dengan jumlah pejabat yang begitu banyaknya. Sangking
banyaknya, maka hampir tiap menit akan lewat satu rangkaian arogansi minta
keistimewaan di kemacetan jalan tol. Polisi pengawal itu ibaratnya adalah
pengejawantahan dari cikal bakal kesatuan kepolisian di Indonesia, yaitu
Jayengsekar. </span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Dahulu, pada masa tahun 1880an
ketika Hindia Belanda dipimpin Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, orang
orang kaya dan terhormat berhimpun untuk menyewa sepasukan orang terlatih untuk
menjaga badan, harta dan kepentingan mereka. Perhimpunan itu diakomodir oleh
pemerintah kolonial, dengan merekrut sekelompok orang professional dan dilatih
kemiliteran, dengan tungganan kuda pilihan. Anggotanya kebanyakan diambil dari
resimen pasukan khusus dari kraton Mataram, di rekrut dan dipekerjakan untuk
kepentingan pemerintah kolonial. Maka terbentuklah Jayengsekar yang tugas
pokoknya membela kepentingan sang juragan kaya dan terhormat tapi dibawah panji
pemerintahan kolonial. Anggota pasukan Jayengsekar adalah lelaki pribumi gagah,
berseragam beludru merah, dengan sepatu dan topi kulit, pedang dipinggang,
bedil di sandang, menunggang kuda sehat dengan bulu punggungnya yang mengkilap.
Pasti gagah sekali! Polisi nguing nguing di kemacetan jalan tol itu nampak
sebagai agen agen Jayengsekar yang mengendarai kuda bermesin dengan gagahnya,
dan menghardik siapa saja yang merintangi kemewahan tuannya. </span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Tetapi patut juga berterimakasih kepada
pejabat dan polisinya yang menyela kemacetan, supaya tidak sepenuhnya merasa
sebal dan mengumpat dalam hati. Berterimakasih karena sedikit banyak pengalaman
dan endapan pemikiran itu membawa ke suatu persaan tidak asing dalam kepulangan
ke Jakarta lagi. Itulah bagian dari kesemrawutan yang menjadi salah satu warna
Jakarta sejak bertahun tahun silam.</span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px; text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Hm, Jakarta ini memang luar biasa
istimewa, dimana banyak orang akan merasa tidak cocok untuk menjadi bagiannya. </span></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 0px 48px; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<span style="margin: 0px;"><span style="margin: 0px;"><span style="font-family: calibri;">-</span><span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font: 7pt "Times New Roman"; margin: 0px;">
</span></span></span><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: calibri;">To be
continued – </span></i></div>
<br />
<div style="margin: 0px 0px 10.66px 48px; text-align: justify;">
<span style="font-family: calibri;">Gempol 181002</span></div>
<b></b><i></i><u></u><sub></sub><sup></sup><strike></strike><span style="font-family: calibri;"></span>buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-62702772858753650742018-08-31T11:44:00.003+07:002018-08-31T11:55:49.370+07:00Rechtsstaat<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Jumat Legi Sore, Jam
15.30 WIB.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRIGipluC4XvGwbemrMy5kGqOnM5Jrjtmu8MhbHzZQJX5CLVQ8CGBANcM002N4b2iQvH1nBuKBoBKB0WWpsLt9jOrOotlnsbFdrYRC-xxDGmsAY0tF9abpUOnEuNPqOjvQBUBgnA/s1600/Marlboro.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1280" data-original-width="853" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRIGipluC4XvGwbemrMy5kGqOnM5Jrjtmu8MhbHzZQJX5CLVQ8CGBANcM002N4b2iQvH1nBuKBoBKB0WWpsLt9jOrOotlnsbFdrYRC-xxDGmsAY0tF9abpUOnEuNPqOjvQBUBgnA/s200/Marlboro.jpg" width="133" /></a><span style="font-family: "calibri";">Jalan Raya yang
dibangun Gubernur Jenderal Daendles 1808 silam yang terkenal dengan ruas jalan
Anyer – Panarukan, atau juga Jalan Raya Pos, alias jalur Pantura, ruas Malang
menuju Surabaya telah menjelma menjadi medan lalu lalang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sangat sibuknya kendaraan dan pengguna jalan
lainnya. Kebetulan di KM 5.4 jalan tersebut kondisinya agak menurun, sehingga
kebanyakan kendaraan yang lewat meluncur deras. Sore yang cerah, malam minggu
dan baru tanggal 4, tanggal muda dan nampaknya semua orang bergembira menikmati
proses hidup yang melewati malam Minggu. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";"><o:p></o:p></span> </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Jalan itu adalah
gerbang utama menuju pabrik, yang menghubungkan antara jalan masuk ke pabrik
dengan jalan raya, jalan provinsi warisan colonial. Tiga orang petugas security
berjaga, dan tugas utamanya adalah mengamankan para penyeberang jalan yang akan
memasuki pabrik dan keluar dari area pabrik. Tugas mulia karena mereka menjaga
keselamatan sebagian pengguna jalan dalam menyeberang arah, untuk melanjutkan
proses kehidupan dengan rencana masing masing. Untuk menjalankan tugas itu
bapak bapak petugas security menempatkan diri dalam resiko tinggi dari ancaman
menjadi korban kecelakaan, tertabrak ataupun sengaja ditabrak oleh pengguna
jalan yang merasa tidak senang hati karena merasa perjalanannya terganggu.
Bukankah setiap pengendara saat ini merasa menjadi raja jalanan dan menganggap
orang lain harus bisa memaklumi kekuasaanya atas jalanan? Ketidak sukaan kadang
juga di lahirkan dalam bentuk umpatan bahkan maikian kepada petugas yang
terpapar langsung dengan kepentingan public. Sungguh profesi yang mulia para
security, yang mengesampingkan keselamatan diri sendiri untuk menjaga
keselamatan orang lain.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";"></span> </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jalan raya adalah jalan umum, dimana setiap
orang memiliki hak yang sama untuk menggunakannya, dan semua harus patuh
terhadap aturan maun yang diberkalukan agar semua menjadi tertib teratur.
Aturan paling tinggi adalah etika, dan etika itulah yang saat ini mengalami
degradasi di masyarakat. Pelanggaran banyak terjadi dan seolah dibiarkan,
sehinggal lama lama orang menganggap itu bukan pelanggaran lagi. Tetapi secara
etika, setiap manusia pasti menyadari perbuatan yang benar atau salah, yang
patut atau yang tabu. Orang orang yang taat pada aturan umum dan etika sosial,
adalah mereka adalah orang yang cerdas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Pergantian shift
pagi keshift siang baru saja terjadi. Petugas jaga baru menempati posnya dengan
menyiapkan diri sebelumnya, mengikuti apel, mendapat pesan dan pengarahan lalu
bertugas sampai delapan jam kedepan. Petugas jaga lama telah bersiap diri untuk
balik kanan atau meninggalkan lokasi. Petugas jaga lama memberikan briefing
singkat mengenai hal hal yang terjadi pada shift regunya, sedangkan petugas
jaga baru menerima pesan estafet untuk tugas tugas yang harus menjadi perhatian
sebagai kelanjutan dari tugas shift sebelumnya. Petugas jaga lama bergegas
berkemas untuk meninggalkan pos dan kembali kepada kehidupan Pribadi masing
masing, membaur menjadi anggota masyarakat biasa diluar penugasannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Tepat sebelum
tiga orang anggot security besiap meninggalkan lokasi dengan sepeda motornya,
keriuhan tiba tiba datang dari arah Malang. Seseorang bereriak keras,
memperingatkan bahwa ada pencuri yang melarikan diri. Sontak saja enam petugas
security yang masih berada disekitar pos melakukan penghadangan terhadap seorang
pengendara sepeda motor yang diteriaki sebagai maling dan secara reflek
membantu menangkap si pelarian. Senjata api terdengar diletuskan, sebelum tiga
orang dengan pistol di tangan tiba tiba turut meringkus si pelarian dan
mengambil kuasa dari tangan para petugas security yang menangkapnya.
Kejadiannya di tengah jalan, dengan tidak memperdulikan arus lalu lintas
ataupun hal lain yang terjadi disekitar tempat kejadian. Rupanya telah terjadi
penangkapan pelaku yang disangka terlibat dalam perdagangan narkoba, dilakukan
oleh tiga petugas polisi dari POLDA. Si pelarianpun tertangpak sudah oleh
polisi, yang kemdian membawanya serta ikut ke dalam sebuah mobil yang
digunakan, lalu melaju meninggalakan tempat kejadian menuju ke arah Surabaya.<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Si pelarian
masih berusaha memberontak dan melepaskan diri dari sergapan tiga petugas
polisi yang memganinya dan berusaha untuk melakukan penahanan dan pemborgolan.
Tiga orang petugas security masih membantu polisi untuk mengendalikan si pelarian
yang masih mengenakan helm berwarna kuning gading. Mereka ingin memastikan
bahwa polisi berhasil membawa si buronan sampai selesai. Dalam prosesnya, pas
ketika si buronan melepaskan helm, seorang petugas security terlihat
mengayunkan kaki ke arah perut si buronan dan berulang sebanyak beberapa kali.
Si buronan tampak kesakitan, meskipuan tetap berusaha sekuat tenaga melepaskan
diri dari penahanan, sampai akhirnya tidak berdaya digiring menuju ke dalam
mobil yang menunggu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Suasana chaos
yang timbul dari proses penangkapan perlahan berangsur normal. Tersisa beberapa
orang bergerombol berbicara satu sama lain di depan pos security, seperti
menceritakan kejadian yang baru saja terjadi menurut versi kepahlawananannya
masing masing. Tetapi sebagian besar dari yang ada dalam kerumunan adala
kepoman, mereka yang penasaran untuk tahu kejadian yang sebenarnya dan
mendengarkan kesaksian dari orang yang mengalami langsung; para petugas
security di pos lalu lintas! Kepenasaran menimbulkan kemacetan yang makin berkembang
karena penasara seseorang menular kepada kepenasaran orang lainnya. Di area
public, kepenasaran berkembang bagaikan bola salu, mengakibatkan penyumbatan
arus lalu lintas yang ramai dan deras di Sabtu bulan Agustus itu. Beruntung
proses rekonstruksi audio visual tidak berlangsung lama hingga jalanan raya
warisan Daendles kembali normal seperti sedia kala, menjalankan fungsinya dalam
menyambut malam minggu malam yang gembira. Libur akhir pekan telah tiba!</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Kesokan harinya
ketika hari masih pagi, berita pecah; keluarga terduga pelaku kejahatan yang
ditangkap polisi datang ke Mako untuk meminta petanggung jawaban berupa ganti
rugi uang, lengkap dengan jumlah nominal sepuluh juta rupiah! Keadaan menjadi
keruh ketika permintaan itu dirasa mengada ada dan bentuknya adalah pemerasan.
Logika yang terbailk memang belakangan menjadi semakin umum dan seolah dapat
diterima oleh khalayak. Indonesia yang negara Hukum idealnya diisi oleh
warganya yang taat pada hukum dan menempatkan aturan hukum sebagai panglima
yang ditaati dan dipatuhi. Kenyataan sehari hari tidaklah seindah utopia bahkan
cita bangsa yang digagas oleh pendiri negeri dengan hati bersih. <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Ujung ujung dari
insiden penangkapan terduga pelanggar undang undang oleh apparat hukum pada
Jumat sore itu adalah hitung hitungan angka nilai ganti rugi. Segala hal yang
berkaitan dengan pemberitaan memang bisa diputar balikkan dan disesuaikan
dengan kepentingan tertentu. Perlawanan tentu ada, karena dari setiap satu
konflik akan timbul bermacam macam versi cerita menurut persepsi sang
pencerita. Dan atas pertimbangan aneh, tawar menawar uang kompensasipun
terjadi. Terjadi antara pihak terduga pelaku kejahatan dan satpam yang diwakili
perusahaan penaungnya. Pertimbangan yang paling tidak masuk logika adalah bahwa
demi menjaga ketenangan dengan lingkungan sekitar tempat bekerja!<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Intinya adalah
bahwa dalam kasus ini, lingkungan lebih berkuasa dari hukum apapun di dunia. Praktek
praktek arogansi mengatasnamakan lingkungan, mengatasnamakan kelompok
organisasi, mengatasnamakan isntitusi adalah contoh nyata aksi negative yang bebas
bergerak di negeri yang dipagari dan mengusung platform hukum. Ironis memang,
tapi mungkin itu sudah menjadi kehendak zaman. Apakah semua itu tidak
terdeteksi oleh aparat hukum yang semestinya menjunjung tinggi slogan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">fiat Justitia ruat caelum</i>? <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tidak sepenuhnya benar, karena aparat hukum
bertindak pasif dan memiliki banyak sekali pertimbangan yang dapat memandulkan
pemahamana mengenai <i style="mso-bidi-font-style: normal;">penegakan hukum
meskipun langit akan runtuh </i>itu.<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Pada akhirnya dari
banyak konflik kepentingan akan bermuara kepada uang. Tidak mengherankan karena
memang zaman telah membawa peradaban pada fase budaya konsumtif. Ketidak
mampuan orang untuk menyeimbangkan antara kemampuan dan gebyar keinginan
konsumsi akhirnya melahirkan banyak cara untuk korupsi, untuk mengukur segala
sesuati dari sisi materi. Tehnologi semakin maju selaras dengan zaman, dan
peradaban mengalami kemunduran sejalan dengan kemajuan yang disertai kemudahan
serba instant. <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Sudah semestinya
kita bersyukur dapat menyaksikan semua dinamika itu, sambil menyadari sepenuhnya
bahwa kita tidak mungkin bisa sendirian menciptakaan utopia.<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: "calibri";"> </span></o:p></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Sukorejo 180831<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-42936245232045794212017-10-06T10:01:00.000+07:002017-10-06T10:01:53.312+07:00Hikayat Tanah Lor
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin: 0in 0in 0pt;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p></o:p></span> </div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaBwcP0kOmo6aXtZRxA9DhfHUyTgpLNcKHT-z4c2pzjIptZUukE9zJHmuxn6OMLl0babpK03NNaf8GQR4alK0LRs2R10AZuAcORzjQ0d-xZFvWvOvApgUu64F7mPh0a-VAK4wjpQ/s1600/Padang.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1162" data-original-width="1600" height="145" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaBwcP0kOmo6aXtZRxA9DhfHUyTgpLNcKHT-z4c2pzjIptZUukE9zJHmuxn6OMLl0babpK03NNaf8GQR4alK0LRs2R10AZuAcORzjQ0d-xZFvWvOvApgUu64F7mPh0a-VAK4wjpQ/s200/Padang.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
</div>
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Rabu Pahing yang dibalut gerimis mengawali langkah mengikuti arah
khayali, dari kampungku di Boyolali menjelajahi tanah Jawa bagian utara. Rute
Pantai Utara, jadi jika dari kampungku kearah timur sekitar 7 km, bertemu
dengan kota kecil bernama Gemolong. Dari Gemolong ketemu jalur kereta api yang
menandai jalur jalan utama Solo – Purwodadi. Pada perempatan Gemolong membelok
ke kiri menuju kota Purwodadi yang masuk di Kabupaten Grobogan. Seratusan meter
dari perempatan itu, terdapat stasiun kereta api kecil, peninggalan masa
Belanda dulu. Stasiun Salem namanya. Konon Gemolong dulu namanya Salem, dan
lebih konon lagi sebelum Salem namanya adalah Ngeseng. Mungkin dahulu kota
persimpangan ini pernah berdiri pabrik seng, hal itu sama sekali tidak
diketahui oleh pengetahuanku yang dangkal. Jalur kereta api itu yang
menghubungkan pesisir utara Jawa menuju ke tengah (Solo) dan lalu bisa melebar
ke seluruh pulau, menghubungkan dengan kota kota besar dengan stasiun stasiun
besarnya seperti Jogyakarta dan Semarang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Belanda membangun jalur kereta api untuk mengangkuti kayu kayu
Jati dari peisir utara Jawa, Tanah Lor simbah menyebutkannya. Terkadang juga
disebut Ngare. Kalau direnung renung, Tanah Lor artinya adalah tanah pesisir
utara Jawa, sedangkan Ngare kemungkinan seseorang pernah menyebut daerah hutan
yang luas itu dengan Ngarai. Selain kayu jati, produk produk laut juga mengalir
ke jantung Jawa melalui jalur yang sama. Kudus, Jepara, Pati, Blora, Rembang,
dan sekitarnya adalah gudang produk maritim yang sangat besar. Simbah adalah
pedagang di masa produktifnya. Namanya Wakiyem, orang memanggilnya Mbah Jo
(karena pernah bersuami bernama Harjo – yang dulu aku selalu memanggilnya
dengan panggilan Mbah Moe). Masa kecilku dulu sering mainan di <i>besek</i>
raksasa tempat simbah membawa tembakau dagangannya ke Tanah Lor, tembakau yang
didapat dari daerah Temanggung. Simbah sering menyebut stasiun Kutoarjo masa
itu. Terkadang simbah membawa ke selatan ikan asin berkarung karung untuk
dijual di Solo. Jari manis sebelah kiri punya simbah memang tampak beda, dan
beliau berkisah bahwa kecacatan itu diakibatkan oleh duri ikan asin dalam
karung dagangannya yang ia tepuk di atas kereta api suatu ketika, dan
menyebabkan luka infeksi, menjadikannya cacat permanen. Jejak jejak simbah
sebagai bekas peniaga ulung hanya aku temui ujungnya, dari beberapa benda saja
seperti sekaleng uang koin yang kata simbah sudah tidak laku lagi, menjadi
barang mainan bagi aku sesaudara. Besek raksasa bekas wadah tembakau yang
terbuat dari anyaman bambu itu, tempat favorit bermain bersama kami. Kami
sering masuk ke besek itu, kemudian menutup diri kami dengan penutupnya yang
juga dari anyaman bambu. Kami betah berlama lama berdua dialam besek itu,
sambil sesekali mengintip keluar melalui lubang lubang anyaman. Benda
selanjutnya adalah Grobok (mungkin benda ini asalnya dari kata <i style="mso-bidi-font-style: normal;">drop box</i>). Peti raksasa yang berfungsi
sebagai meja itu berada ditengah ruangan, karena memang difungsikan sebagai
meja. Terbuat dari kayu jati tebal, dan didalamnya simbah menyimpan <i style="mso-bidi-font-style: normal;">untingan untingan</i> padi dan terkadang
beras dalam wadah dari anyaman bambu lagi, anamanya bojok.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Wadah dari anyaman bambuseperti itu tiap tiap ukuran dan bentuk
memiliki nama sendiri sendiri. Yang terkecil itu namanya <i>centhak, tompo</i>,
kemudian lebih besar lagi <i>tumbu, bojok, tomblok,</i> lalu <i>senik</i>. Itu
urutan berdasarkan kapasitas daya angkutnya. Biasanya cara membawanya di
gendong dengan menggunakan utas kain jarik atau selendang. Sedangkan benda
serupa yang dikhususkan untuk dipikul bernama <i>thopling</i>. Seperti halnya
barang diatas, thopling juga dibuat dari anyaman bambu berbentuk segi empat
setinggi kira kira 50cm Di keempat sudutnya ditautkan tali keatas, tempat
nantinya melilit di pikulan. Container gendongan itu dibuat dengan anyaman bambu
yang halus, sedangkan thopling dibuat lebih kasar dan kekar. Peralatan
peralatan itu sekarang sudah mulai punah, berubah menjadi plastic dan yang
bermesin. Aku masih mengalami paling senang kalau dipikul oleh pakde Bejo, aku
sebelah dan anak lain di thopling sebelah, terkadang juga menggunakan benda
hasil bumi sebagai penyeimbang sebelah. Itu sensasional bagi masa kecil.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Melewati Gemolong, jalanan lengang diguyur gerimis Januari. Tetapi
sungguh hari hari pertama tahun barupun tak juga membedakan aktifitas di pasar
pasar tradisional yang terlewati. Jika melintas ke arah utara, maka nanti akan
ketemu dengan papan tulisan besar besar berbunyi “Lokasi Pariwisata makam
Pangeran Samudro”. Itulah yang orang orang sebut sebagai Gunung Kemukus. Konon
itu dalah sebuah bukit dimana terdapat makam yang dikeramatkan. Orang percaya
bahwa memohon dan bertirakat di makam itu dapat mendatangkan kekayaan, dengan
syarat bahwa si pemohon harus berhubungan badan dengan lawan jenis sesama
pemohon di tempat itu. Sejak beberapa tahun silam mitos itu sudah berubah,
Gunung Kemukus sudah menjadi lokasi pelacuran dan salah satu sumber pendapatan
kabupaten Sragen. Konon pangeran Samudro adalah seorang pangeran yang jatuh
cinta kepada ibunya sendiri. Kisah itu sangat mirip dengan kisah Tangkuban
Perahu di Jawa Barat. Jika dinalar secara logika, maka memang perkawinan
sedarah tidak boleh karena sangat riskan terhadap keturunannya kelak. Aku
sendiri belum pernah datang ke tempat itu, tempat yang langsung berkonotasi
mesum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sampai dengan Gunung Kemukus terlewati, sepanjang perjalanan kita
beriringan dengan rel kereta api di kiri jalan, kemudian kita akan bertemu kota
kecil bernama Sumberlawang. Kota kecil dengan stasiun kereta api kecil yang
masih terawat baik sehingga sekarang. Aku tidak punya cerita banyak soal
Sumberlawang ini, kecuali dulu waktu SMP sempat bersepeda bersama teman teman
ke kota kecil ini. Melewati Sumberlawang, maka kemudian perjalanan lebih banyak
melintasi hutan dan oro oro. Seingatku dulu ini adalah hutan jati yang rimbun
dan terkesan wingit, jalannya berbelok belok di beberapa tempat. Sekarang
pepohonan didominasi oleh pohon pohon mahoni raksasa, dan beberapa rumah sudah
dibangun diantara sela selanya. Jalanan yang sebentar aspal sebentar beton
menandakan bahwa tekstur tanah ditempat ini labil, mudah bergerak dan
menyebabkan kerusakan konstruksi jalan. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Kita skip perjalanan melewati hutan dan pedesaan, untuk kemudian
memasuki kabupaten Grobongan. Sawah dan beberapa bangunan tua menyambut beku,
meskipun hari sudah beranjak makin siang. Waktunya sarapan telah terlewatkan,
dan gerimis masih saja turun perlahan lahan. Kuda penarik delman mengangkut
penumpang yang baru pulang dari pasar, diantaranya membawa seekor kambing
betina yang dipegangi erat oleh pemiliknya, tepat di kekang lehernya. Aku membayangkan
percakapan antara kuda penarik delman dan kambing penumpangnya; mereka tentu
saling mencurahkan isi hati tentang betapa nesatpanya hidup menjadi binatang.
Yang satu diperbudak oleh tuannya untuk mencari nafkah dengan tenaganya, dan
sang penumpang hanya menunggu waktu sampai sang jagal menutup biografinysa
sebagai kambing untuk terhidang di meja makan. Sang kuda lebih nestapa lagi,
setelah tenaganya habis diperas sepanjang usia, iapun akan menghadapi golok
tajam penjagal di warung sate kuda. Sayang sekali, mereka tak terdengar
menghiba hiba oleh telinga manusia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"></span> </div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Memasuki kota Purwodadi, jalanan masih saja sepi. Barangkali
memang kota ini setiap hari sepi. Atau hanya kebetulan karena angka di almanak
berwarna merah, kemudian seolah olah kehidupan berhenti sejenak. Menara tandon
air di persimpangan jalan lima arah tengah kota menandakan kita berada di pusat
kota Purwodadi. Menara air yang menjadi penanda, pertemuan dari lima arah jalan
yang berbeda beda; Solo, Semarang, Blora, Pati dan Rembang. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: #00b0f0; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> Jam delapan malam. Pikiran kosong di ruang tamu.
Buku gendut berjudul “Pram Melawan” tinggal sekira seperempat lagi
selesai kubaca, tapi saat ini aku sedang tidak mood membaca. Aku pengen
mendengar sesuatu, tapi mendengar apa yang menarik saat ini? Seharian tadi
berulang ulang memutar lagu <i style="mso-bidi-font-style: normal;">in the arms
of angel</i> dari <i style="mso-bidi-font-style: normal;">Sarah McCallahan</i> itu.
Diluar rumah gerimis turun, suara butiran air lembut menyentuh atap beranda
berbahan plastik. Gerimis mengurung badan kita dalam ruang yang begitu aman dan
kering. Teralinya berupa perasaan syahdu merindu rindu. Semua kenangan
membanjir, semua ingatan mengalir menembusi rintik air. Sungguh hujan adalah
sesuatu yang ajaib. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: #00b0f0; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sejak kecil sampai setua ini aku masih menyukai hujan. Waktu
kecil aku senang sekali main hujan hujanan. Bue seringnya mengijinkan, dengan
catata bahwa sesudah hujan hujanan harus mengerjakan sesuatu atau jika sudah
tidak ada pekerjaan yang menjadi tugas lagi. Telanjang bulat hujan hujanan,
berlarian dan memburu genangan genangan kecil. Seperti biasa, berdua dengan
Sony. Aku masih ingat kekecewaan jika sedang asyik asyiknya bermain, hujan
berhenti. Biasanya kami teruskan bermain hujan hujanan tanpa hujan di parit
perti kecil atau ke sawah yang lebih basah…..</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Purwodadi. Memasuki kota kecil itu sama saja memasuki labirin
persimpangan lima jalan yang membingungkan. Aku mencari arah menuju Blora.
Purwodadi menyeret ingatan kepada masa kecil, cerita simbah tentang Tanah Lor,
tentang Wong Ngare. Dulu di kampungku ada beberapa warga baru pindahan dari
Tanah Lor. Orang orangnya cenderung lebih religious, dan logat bahasa jawanya
aneh di telinga kecilku. Bahkan semasa SMA, aku punya teman Ngare yang tinggal
dikampungku, teman sekelsku. Dia menumpang dirumah saudaranya, karena jarak
sekolahan yang relative lebih dekat dibanding di kampungnya Tanah Lor sana.
Namanya Kuswandi. Meskipun polos dan lugu, tetapi dia baik hati, dan selalu
punya uang jajan kalau sekolah. Sedangkan aku hampir selalu tanpa uang jajan.
Di sekolahan terkadang aku ‘memeras’ teman teman dengan mengerjakan PR mereka
atau ‘menyendera’ surat buat mereka. Kuswandi ikut pakdenya, namanya Dakelan (aku
yakin sebenarnya adalah Dahlan). Dia orang yang lumayan misterius. Orang orang
Ngare yang tinggal di Andong antaranya ada Siran, Ngadenan (Adnan?), Ropingi
(Rofii?) dll. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dan aku menyelam kepada kenangan itu sambil mengirup udara
Purwodadi yang basah oleh gerimis tak berhenti. Sepanjang jalan slide demi
slide khayal bertamu ke ruang ingatan. Inilah Tanah Lor yang pernah dijelajahi
oleh simbah di masa silam. Tanah Lor yang yang pernah hidup di pikiran masa
kecilku sebagai sebuah lanskap subur lohjinawi dengan penduduknya yang masih
agak terbelakang dari segi peradaban modern. Tapi ini baru batas selatan dari
Tanah Lor, tanah pesisir Jawa bagian utara. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Diantara hutan hutan jati dan jalan aspal sunyi itulah aku bersama
Ampung pernah menjelajah desa desa hingga ke Demak, bersepeda motor memburu
benda antik dan kuno simpanan warga. Bahkan sempat juga mendapatkan senjata api
pistol Smith and Wesson di sekitar Pati, senjata api simpanan warga bekas
polisi hutan dulu. Desa desa itu juga menyimpan bermacam pusaka dan senjata di
rumah mereka, yang tidak akan bermafaat jika tinggal menjadi simpenan dan
dikeramatkan. aku ingat, ada stasiun besar dan tua bernama Gundih diantara
lebatnya hutan jati itu. Di depan stasiun itu ada sate yang lezat sekali, jawa
sekali, tidak seperti sate sate yang dijual di kota kota. Tidak jauh dari
stasiun itu ada pemandangan yang mencengangkan; selusinan rumah rumah gedong
peninggalan zaman Belanda berdiri megah dengan arsitektur Eropa yang menawan.
Bisa dikatakan lokasinya sebenarnya ditengah hutan. Kondisinya sangat terawat
dan menjadi milik dari Perhutani.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Dari cerita cerita orang orangg, aku tahu bahwa daerah Gundih,
Godong, Juwana sampai Blora adalah daerah penghasil kayu jati Jawa kualitas
nomor satu di dunia pada masanya. Tidak heran jika Belanda mendatangkan pegawai
pegawai yang cakap membabat pohon pohon raksasa itu, untuk kemudian dimuat ke
atas gerbong gerbong kereta meuju entah kemana. Aku masih ingat waktu kecil
masih sering berpapasan dengan truk raksasa dengan bentuk aneh, hitam, kotor
dan kekar dengan muatan log kayu jati berukuran raksasa. Kami menyebutkan truk
itu adalah truk Gorga (bisa jadi berasal dari kata Gurkha, pasukan bayaran dari
dataran Nepal atau India), asapanya hitap pekat, suaranya selalu meraung parau,
dan belum tentu seminggu sekali melewati jalan raya di kampungku. Truk Gorga
adalah kendaraan yang menakutkan. Suranya bisa kedengaran dari berkilo kilo
meter sebelum truk itu melintas. Bahkan dimasa kecil aku masih ingat, masih
bisa terdengar suara kereta apai yang melintas di Gemolong, yang jaraknya
sekitar 7km an. Masuk akal karena zaman itu memang praktis tidak ada polusi
suara kecuali ada orang hajatan. Listrik belum ada, dan tivi masih satu dua
dirumah orang orang kaya dengan sumber tenaga menggunakan accu. Sepi pedesaan
seperti itu sekarang sudah sulit untuk ditemukan, kesunyian telah didistorsi
oleh gaduhnya teknologi. Hanya pada waktu terang bulan saja sekali sekali aku
ikut simbah dan bue, menggelar tikar dihalaman rumah yang berlantai tatanan
batu dan ditumbuhi rumput teki di sela selanya. Terkadang dengan beberapa
tetangga, dan seringnya ada mbah Mustaram mampir untuk ikut ngobrol sampai jauh
larut malam. Jika hari sedang baik, teh tubruk pahit, gula jawa dan ikan asin
bisa menjadi peneman yang istimewa bagi orang orang tua menggiring malam. Suara
obrolannya hanya terdengar seperti menggumam dari dalam rumah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Mbah Mustaram adalah orang yang istimewa dimata ingatanku. Istrinya
namanya mbah Ranti, anak anak kecil takut sama mbah Ranti karena kalau ada anak
kecil ditangkap maka dia akan diuyel uyel dengan payudaranya yang sudah molor
dan berukuran sebesar kepala anak anak. Ukuran sebesar itu hanya satu sisi
saja! Mbah Ranti itu nggilani! Mbah Mustaram, seperti halnya laki laki malam.
Dia berjalan kaki bertemu orang dan ngobrol, jalan lagi dan seterusnya. Padahal
mbah Mustaram mukanya mengerikan. Wajahnya terkelupas hampir separoh, bagian
hidung hingga bibir atasnya sudah hilang, sehingga susunan tulang tulang
mukannya kelihatan. Konon mbah Mustaram ganteng waktu mudanya. Karena ganteng
itu, maka dia disukai oleh istri lurah. Zaman feodal dulu tidak ada yang berani
macam macam dengan mbah Lurah. Suatu malam ketika mbah Mustaram muda menjaga
jagung di ladang, dia tidur di gubugnya dan merasakan seperti mukanya tersiram
pasir panas. Dia tidak sempat mengetahui apa yang terjadi. Dan sejak itu
mukanya mengalami pembusukan luar biasa sehingga bagian depannya menjorok
kedalam dalam susunan tulang tengkorak. Mbah Mus Grumpung kami dulu
memanggilnya karena kondisi fisiknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Konon mbah Mustaram ini juga berasal dari Tanah Lor, jauh sebelum aku
dilahirkan. Beranak pinak di kampungku, dan anak pertamanya adalah mbah
Wagiyem, bersuamikan mbah Atmo. Mbah Atmo orangnya kekar, tinggi besar
(tadinya) kepalanya selalu gundul dan jalannya ekar. Dia seperti kebanyakan
lelaki di desa waktu itu, juga jarang menenakan pakaian penutup badan.
Telanjang dada senantiasa! Kaki kirinya seolah berjalan menyamping ketika ia
melangkah kedepan. Konon kecacatan itu ia dapatkan di pasar Kemusu. Dia terkena
serpihan peluru mortir ketika Belanda menggempur pasar Kemusu pada waktu mbah
Atmo muda. Pekerjaannya adalah kuli pikul,memikul barang barang dagangan
serupa toko kelontong ke pasar pasar sekitar kampung. Zaman dulu tenaga manusia
dihargai sebagai alat transportasi. Dia kulinya mbah Suwondo, pedagan kelontong
pasar dari kampungku juga. Jika ke pasar Kemusu yang jauh itu, mbah Wondo naik
sepeda dengan ban mati, dan mbah Atmo memikul barang dagangannya kepasar dan
kembali kerumah. Lokasi dan jarak pasarnya tergantung hari pasaran. Legi itu ke
Karanggede sekitar 12 kilometer, Pahing itu ke Kacangan , sekitar tiga
kilometer, Pon itu ke Klego sekitar 5 kilometer, Wage itu ke Kemusu seitar 18 kilometer
dan Kliwon itu ke Ngegot yang hanya berjarak sekitar 3 kilometer saja. Mbah
Atmo jalannya ekar, serpihan logam masih tertanam di paha kirinya yang cecel
bonyel. Aku suka sekali nanggap cerita dari orang orang tua, kisah kisah zaman
wali, zaman Belanda, zaman Jepang, zaman perang kemerdekaan, zaman PKI,
dan zaman zaman sebelum masa itu semua yang mereka cerita. Bahkan dari salah
satu orang tua aku mendapat cerita, legenda tentang asal usul nama desaku,
Andong. Mbah Atmo menantu mbah Mustaram, mahir menyanyikan lagu lagu patriotik
Jepang, berhitung Jepang dan menirukan gerakan gerakan militer Jepang yang ia
dapat ketika dia dilatih menjadi anggota Heiho yang kemudian menjadi PETA. Mbah
Atmo lancar bercerita tentang Remusa (Romusha), tentang Kimigayo, dan baris
berbaris a la Jepang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sayang sekali mbah Atmo merana di hari tuanya. Bersama istrinya
dia terpukul oleh peristiwa tragis, anak keduanya bernama Juyati, melahirkan
orok tanpa pernikahan, yang lantas dibunuhnya si orok dan membuangnya di <i>barongan
oren</i> (rumpun bambu ori, jenis bambu yang berduri tajam) belakang
rumahnya. Itu terjadi sekitar tahun 1983, dan begitu menggemparkan sampai
kampungku penuh manusia; sekedar ingin tahu kejadiannya. Juyati kemudian dibawa
oleh polisi, dan kabarnya dipenjara di Boyolali (kota kabupaten). Sejak itu tak
terdengar sangat lama kisah Juyati yang berparas cantik dan berkulit bersih
itu. Sejak peristiwa itu mbah Atmo dan istrinya seperti menarik diri dari pergaulan.
Tidak lama kemudian mbah Wagiyem meninggal, mati ngenes menanggungkan wiring
(malu), dan mbah Atmo sudah sangat jarang keluar rumah, apalagi berkisah
tentang masa masa perang. Kalau aku kerumahnya, dia melayani seperti biasa,
tetapi lebih pendiam dan tidak beranjak dari tempatnya. Berbulan bulan akhirnya
dia tidak beranjak dari tempatnya duduk, diujung dipan dengan setengah badaya
menghadap jendela, memandang orang di jalanan yang hanya berjarak 5 meteran
dari jendela rumahnya. Oya, dia selalu mengaji tidak lama sesudah kejadian itu.
Dia mengaji seolah tidak pernah berhenti. Beberapa bulan itu terus terjadi,
sampai kemudian suara mengajinya mendengung dengung, bergumam gumam saja.
Selang sekitar satu setengah tahun dari istrinya, kemudan mbah Atmo meninggal.
Atmo Ngatemin, berbadan kekar, berkepala plontos dan kalau jalan ekar. Adik
adik Juyati sepertinya tidak terlalu terpukul. Parno, Jarwono, Parjo, Kirman,
Tukimin. Kirman dan Tukimin adalah teman bermainku. Mbah Atmo Gundala Putera
Petir kami anak anak remaja yang nakal dulu memanggilnya diam diam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Aku punya kisah dengan Kirman dan Tukimin. Dulu sewaktu lepas
lulus dari SD, aku tidak langsung meneruskan sekolah ke SMP. Aku sempat
berjualan es keliling, gerobak kecil dengan pengeras suara kecil memainkan
musik dangdut, atau apa saja yang penting bunyi dari pita kaset. Eskimo
namanya, semacam es mambo kalau zaman sekarang. Juragannya orang dari
Kacangan, pak Ilyas namanya. Rumah pak Ilyas sekitar jarak 6 rumah dari rumah Ampung
teman lamaku yang sekarang. Kami punya cara sendiri untuk berbuat curang ketika
berjualan es itu. Kang Kirman yang mengajari; kalau haus dan kepingin mencicipi
seperti apa es yang dijajakan, maka cukup kenyot saja es di dalam termos itu,
jangan sampai habis, lalu kembalikan lagi. Selama bungkus dan tusuknya masih
ada, maka Pak Ilyas tidak akan menghitungnya sebagai dagangan nyang sudah laku.
Suhu udara dan kulaitas termos siap menjadi kambing hitam yang tak punya
perlawanan. Trik itu sukses berjalan lancar. Meskipun berjualan, bukan serta
merta kami tahu seperti apa rasanya eskimo itu. Bahkan kalau berjualan sampai
ke Andong dan mampir kerumah, biasanya mbah Kun mentraktir eskimo untuk anak
anak yang berkerumun. Aku sang penjual termasuk salah satu anak yang menjadi
obyek kebaikan mbah Kun. Berdagang es keliling itu terhenti karena suatu hari
adiknya bapak, Om Prapto pulang dari Jakarta dan waktu ke Andong melihatku mendorong
gerobak es itu, dia marah besar. Katanya hal itu mempermalukan keluarga besar
bapak. Sedangkan, masa kecilku sendiri hampir tidak pernah ada figur bapak.
Padahal kami sangat miskin waktu itu, dan bue tidak berdaya untuk menyekolahkan
anak kembarnya ke SMP. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Ketika tahun ajaran baru sudah berjalan sekitar tiga bulan, aku
baru masuk SMP. Namanya SMP Pemda, yang kelak menjadi SMP Bhineka Karya. Kepala
sekolahnya sudah uzur, betul betul berjiwa pendidik. Namanya pak Wignyo
Suharsono. Orang tua yang bijaksana meskipun terkadang galak luar biasa. Kakakku
yang pertama sudah di sekolah yang sama, tetapi di SMEA. Lokasinya sama. Untuk
keluarga kami, pak Wignyo memaklumi jika bayaran SPP menunggak beberapa bulan
karena tidak ada kiriman uang dari bapak. Terkadang kami malu jika pengumuman
tentang tenggat akhir bayaran bulanan atau bayaran lainnya tiba. Kakakku akan
menghadap pak Wignyo untuk meminta penangguhan pembayaran bagi keluarga kami.
Biasanya beliau mengabulkan. Aku sekolah sampai selesai di SMP Pemda itu, dan
kemudian melanjutkan ke SMEA Pemda di lokasi yang sama. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Pada waktu SMP kelas 2, aku pernah diminta oleh Om Waluyo, pegawai
Pos di Jakarta famili jauh, untuk tinggal bersama ibunya yang waktu itu umurnya
sekitar 70 tahun. Mbah Harjo namanya, tinggal di kampung bernama Kliwonan.
Rumahnya kecil, ditengah pekarangan yang luas dengan banyak pohon jambu,
belimbing, dan tentu saja singkong dan papaya. Berdua saja kami tinggal disitu,
aku dijanjikan akan diurus soal uang kebutuhan sekolah. Aku senang, karena
jarak ke sekolah menjadi dekat. Sedangkan kalau dari Andong, sekitar lima kilo
ke sekolahan, seringnya jalan kaki. Jika kebetulan bertemu teman yang
bersepeda, terkadang aku dibonceng. Pernah suatu ketika adikku dibonceng teman
sekolahnya, dan kakinya masuk ke jari jari sepeda. Sepatu baru warna coklat
kiriman dari Jakarta menjadi robek dibagian belakangnya. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Di Kliwonan aku sepenuhnya mengurus mbah Harjo. Ini kegiatan
rutinnya: Pagi hari, bangun tidur sekitar jam 5, ke pasar Kacangan membawa
sekarung daun singkong yang sudah diikat ikat sedemikian rupa. Terkadang bukan
hanya sekarung, dan terkadang juga bukan hanya daun singkong yang dijual
melainkan juga nangka, pisang dan lainnya. Mbah Harjo akan kepasar untuk
menjualnya nanti. Kembali dari pasar, aku ke kebun untuk ramban (memetik daun pucuk
pucuk daun singkong) untuk dijual esok harinya. Kegiatan ramban itu berlangsung
hingga menjelang siang, karena sekolah masuk siang. Daun daun singkong yang
sudah dipetik dikumpulkan dalam wadah besar didalam rumah. Siang sampai sore aku
sekolah. Pulang sekolah masing mengikat daun daun singkong itu dengan ukuran
yang kira kira sama. Oya, aku juga kebagian untuk masak nasi, itu sering
terjadi. Dan mbah Harjo itu pelitnya luar biasa. Pernah suatu kali dia mendapat
kiriman ikan bandeng dari salah satu kerabatnya, disimpan entah dimana tau
taunya dicuri kucing. Hm, kalau malam aku sering keluar lompat jendela untuk
bermain dengan mas Sugi tetangga depan rumah. Orangnya ganteng. Sedangkan
tetangga terdekat adalah Bude Kerti namanya, anaknya ada tiga, dua laki laki
dan satu perempuan. Yang perempuan sudah berkeluarga dan tinggal dirumah itu
juga bersama suaminya. Bude Kerti termasuk orang berada, termasuk diantaranya
keluarga ini sudah memiliki sumur, tempat aku mengambil air untuk isi gentong
dan kolah mandi mbah Harjo, tempat aku mencuci dan juga numpang mandi di kamar
mandi samping sumurnya. Keluarga yang baik. Sayangnya aku lupa nama anak anak
bude Kerti, karena yang satu lebih tua dari aku, dan satunya lebih muda. Mas
Meri yang lebih muda itu, aku masih ingat namanya. Tipikal orang kaya. Halus
dan terawatt.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"></span> </div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Terkadang kalau pas sekolah libur aku pulang ke Andong. Jalan kaki
tentu. Jauh dari bue dan saudara lainnya sungguh tidak mengenakkan. Berjalan
sekitar 6 bulan saja aku tinggal sama mbah Harjo. Selama itu pula aku belum
pernah bertemu dengan yang namanya Om Waluyo. Alasan aku pergi dari rumah itu
karena mbah Harjo ke Jakarta diantar oleh menantunya, pak Bardan namanya.
Keluarga pak Bardan tinggal di belakang pasar Kacangan, dan memiliki tiga orang
anak Handoko, Yoyok, dan Anna. Pak Bardan lurah pasar yang sangat dibenci
karena sikap kasarnya, arogan dan sewenang wenang. Perawakannya tinggi besar,
brewok dan jika berbicara lantang. Sepeda motornya BSA besar itu. Bu Bardan
punya usaha warung makan. Ramai juga karena letaknya dibelakang pasar. Rumahnya
luas, aku sering main kesana dan bersahabat dengan Handoko. Sayangya, keluarga
pak Bardan mengalami akhir yang tragis, dan itu panjang ceritanya…</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"></span> </div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">To be continued…<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Times New Roman;">
</span></div>
</span><div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
</div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 200%; margin: 0in 0in 0pt; text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"> <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; margin: 0in 0in 12pt;">
<span style="color: black; font-family: "Helvetica",sans-serif; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 0pt;">
<o:p> </o:p></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-11913914702320452452017-09-03T09:45:00.000+07:002017-10-06T09:46:19.277+07:00Korupsi
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;"><o:p></o:p></span> </div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: Calibri;"> </span></o:p></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpcLrjGX1aySmonverLq0u8Kk3w3RkBZP6vGZ3tH-WrfplwrxfAgrsG-NNk7i8PDPDz_y_aX4x05ekprCylwgX29cnV_frdUTq8odRkWqf6ntYyEmbI0Izb-ac9F5j4q94J5Or9A/s1600/Klakah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="1600" data-original-width="1067" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpcLrjGX1aySmonverLq0u8Kk3w3RkBZP6vGZ3tH-WrfplwrxfAgrsG-NNk7i8PDPDz_y_aX4x05ekprCylwgX29cnV_frdUTq8odRkWqf6ntYyEmbI0Izb-ac9F5j4q94J5Or9A/s200/Klakah.jpg" width="133" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Ketika liburan Idhul Adha tiba di
hari terakhir, jalanan sepanjang Surabaya Jember melalui Pasuruan, Probolinggo,
Randuagung bumi seiolah dipanggang oleh perkasa matahari. Panasnya memaksa
orang waras untuk mencari teduhan atau sekedar menghindari sengatannya secara
langsung. Deru kendaraan orang pulang liburan, dan orang merangkai riwayat
kehidupan masing masing menjejali jalanan dengan berbagai cerita perjalanan
yang mereka simpan diam diam. Rasanya semua orang tidak ingin diabaikan, justru
pengen didahulukan atau setidaknya dianggap lebih penting dari orang lain.
Konsep meras berhak diatas hak orang lain itulah yang menggerogoti tata krama
adat nusantara di jalanan. Maka setuju jika Bang Ali menyimpulkan bahwa
kehidupan sosial di jalanan adalah cermin dari isi keadaan sosial di seluruh
negeri. </span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Setiap hari ada saja berita
tentang pejabat yang ditangkap, atau dianggap turut bertanggung jawab dalam
tindak pidana korupsi alias mencuri uang yang adalah hak negara. Dan kesemuanya
meraka adalah orang orang yang memiliki status sosial tinggi, entah dari
jabatannya atau entah dari jumlah harta yang dititipkan Tuhan kepadanya.
Maklum, respect sosial bisa datang kepada orang yang berkuasa. Dan kekuasaan
bisa datang karena adanya harta benda yang melimpah, kekuatan uang bisa
menempatkan seseorang dalam status sosial tinggi di lingkungannya. Orang kaya
akan lebih disegani ketimbang orang tidak kaya. Sialnya, orang yang merasa kaya
justru merasa memiliki hak lebih banyak dari pada hak orang lain yang tidak
kaya. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Sesungguhnya sikap arogan karena
kekuasaan itu sudah menjadi gaya hidup kaum penguasa sejak zaman dulu. Ketika
sikap yang kemudian diterjemahkan sebagai sikap hedonis itu menjadi gaya hidup,
maka etika moral otomatis akan terabaikan. Mencuri uang negara kemudian
dianggap sebagai dosa kolektif, atau bahkan kesalahan kolosal. Bukankah
kejahatan yang dilakukan oleh banyak orang menimbulkan aspek beban moral yang
semakin sedikit bagi pelakunya? Korupsi oleh pejabat setingkat bupati atau
walikota, atau Dirjen, atau kepala ini itu dan bahkan di level level
kepangkatan dibawahnya sekalipun semestinya tidak patut dilakukan. Persepsi
‘tidak patut’ tersebut boleh jadi keluar dari ukuran rakyat jelata yang tidak
memiliki akses kekuasaan setingkat pejabat negeri. Bukan lantaran hak
pribadinya yang terzolimi, tetapi ukuran ketidak patutan itu memantul dari
kesadaran bahwa uang yang dimaling adalah uang milik negara. Uang milik negara
adalah iuran setiap warga negara yang dikelola oleh management negara dan
diperuntukkan bagi kesejahteraan yang merata. Patriotisme yang melahirkan
definisi ketidak patutan itu. Patriotism atas rasa ikut memiliki uang negara
sebagai asset property bersama warga bangsa. Tidak untuk memperkaya diri
pribadi.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Jadi sebenarnya gaya hidup-lah
yang patut diduga sebagai akar dari mental korup para pejabat. Dan sekali lagi
perbuatkan meng korup uang rakyat semestinya tidak patut dilakukan oleh pejabat
sebab pelaku sendiri sudah tentu dari golongan orang yang memiliki jabatan,
kekuasaan dan kekayaan. Kaum elit di lingkungan rakyat kebanyakan! Segala
kebutuhan hidup sudah disediakan oleh negara yang juga alokasi dari uang
rakyat, bahkan jabatan memberikan akses kepada hak hak istimewa bahkan
terkadang kemewahan. Berada terlalu lama di awan terkadang membuat orang
canggung rasanya memijak bumi. Terlalu lama diistemewakan oleh kekuasaan
terkadang membuat orang mengabaikan kesadaran bahwa ia adalah manusia biasa,
yang lemah tanpa daya. Menjadi koruptor tentu saja sepaket dengan sikap sombong
dan imitative. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Barangkali jarang terpikirkan
bahwa mental pencuri uang negara bisa juga lahir dari kondisi birokrasi yang
ada di lingkungan ‘pengabdian’nya. Seorang pejabat yang berkuasa atas suatu
mandat negara diharuskan menjadi penerus pesan dari atasannya, para pengambil kebijakan.
Persoalan persoalan kritis di kemasyarakatan dijawab secara politis, berlindung
dibalik tameng birokrat dengan jawaban jawaban yang di plot sebagai blunder.
Pokoknya blunder. Ketidak terus terangan lingkungan pengabdian itu bisa juga
menjadi virus yang mengembang biakkan keberanian seorang pejabat untuk berbuat
koruptif, atas jasanya menjadi penyampai pesan blunder terhadap sesuatu yang
mestinya saklek.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Ketika korupsi semakin hari
semakin menjadi jadi, maka dapat di simpulkan bahwa penindakan terhadap
perilaku tidak patut tersebut ada yang kurang pas. Korupsi menghasilkan
kekayaan diatas rata rata pejabat biasa, dan kekayaan diatas rata rata
meimbulkan kuasa. Resiko hukuman badan atas pelanggaran pidana yang ambigu
tentu dapat dianggap sepadan dengan kekayaan dan kekuasaan yang diapatkan. Jika
sudah terlanjur kaya, maka menjadi pesakitanpun akan tetaplah pesakitan kaya.
Dan pesakitan kaya tentu memiliki kuasa atas lingkungan tempatnya berada. Maka
korupsi menjadi sesuatu yang tidak tabu lagi. Orang tidak lagi menganggap bahwa
kemartabatan adalah ukuran sosial politik yang tak dapat dipungkiri. Zaman
sudah berubah menjadi semakin menjauh dari konsep kemartabatan. Kapitalisme
tanpa sadar sudah menjadi adat kebiasaan dan tradisi sosial kita. Dan kapitalisme
mengabaikan prinsip prinsip etika kemanusiaan, atau konsep konsep keseharusan. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Tanpa bermaksud menebarkan syak
wasangka, berita berita terpercaya menyuguhkan fakta bahwa pelaku korupsi dan
atau antek anteknya berasal dari berbagai lini birokrasi. Mulai dari pemegang
kuasa yudikatif maupun legislative. Dari sector hukum dan peradilan yang
semestinya menjadi pribadi pilar pilar penegak keadilan layaknya adegium fiat
justicia ruat caelum (adegium ini mengandung perasaan anggun, gagah sekaligus
bangga sebagai abdi law enforcement), dari sector kerohaniawian yang semestinya
lebih mengerti dan mengamalkan apa itu perilaku amanah dan akhlak yang baik,
dan sector sector lainnya yang memiliki fungsi begitu ideal sebagai alat atau
aparatur membina negara yang gemah ripah loh jinawi. Kenyataaanya keleluasaan
akses kepada kekuasaan itu yang diselewengkan dan disalah gunakan sebagai
kesempatan untuk mencuri uang negara. Tentu mereka itu hanya oknum.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Jika golongan elit boleh
menjustifikasi perbuatan malingnya sebagai bukan ketidak patutan sosial, maka
tidak heran kemudian jika perilaku masyarakat kebanyakan menjadi seolah olah
urakan, mementingkan diri sendiri dan mangabaikan kepentingan orang. Dan yang
lebih mengenaskan lagi mengedepankan car acara kekerasan serta intimidasi atas
nama kekuasaan. Setiap orang memang memiliki kekuasaan masing masing setidaknya
kekuasaan atas kebebasan dirinya sendiri. Kondisi anarkis ini menjadi bukti
bahwa menghormati orang lain berarti menurunkan ego pribadi. Dan orang enggan
untuk menurunkan ego pribadi. Seorang koruptor yang sudah dikenal public sejak
semula akan tampil dengan senyum imitasi dibalik seragam berwana dan
bertuliskan “pesakitan yang terkonfirmasi”.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Mereka akan menjalani kehidupan penjara yang tidak sebegitu lama, dan
mendapatkan hak hak istimewa sebagai narapidana kaya. Biaya untuk itu tidak
perlu mengahabiskan hasil malingnya sampai sepertiga.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Budaya permisif terhadap
pelanggaran nilai nilai luhur kemartabatan para oknum pejabat negara, dan
anggota elit masyarakat jelata melahirkan hukum rimba yang mengerikan dan tidak
menjadi perhatian. Hanya lantaran sebuah amplifier rusak orang sudah dengan
mudah membunuh sesamanya, menukar nyawa orang lain yang jelas jelas tidak
sebanding dengan nilai ekonomi dari sebuah ampli bekas. Orang makin dijauhkan
dari kemartabatan, oleh sebab harta sudah menjadi ukuran baru pengganti
kemartabatan. Penjahat penjahat kelas teri yang bernasib nahas ketika perbuatan
mereka gagal harus siap menjadi pelampiasan atas kebuasan sesama manusia.
Sepertinya ngeri membayangkan bahwa nyawa tidak lebih berarti dari sesuatu yang
memiliki nilai ekonomi. Tidak banyak yang menyadari bahwa kebuasan kaum bawah
adalah manifestasi dari busuknya perilaku para oknum pejabat yang semstinya
menjadi panutan dalam membangun karakter bangsa. Penjahat kelas teri adalah
yang paling tepat untuk menjadi pelampiasan atas frustrasi sosial rakyat
jelata. Bukan lagi soal kemiskinan, tetapi lebih kepada soal hak pribadi yang
merasa dianiaya. Mereka yang bernasib sial akan mati hangus di selokan atau
diperlakukan bagaikan bukan manusia hingga tinggal menjadi pengisi berita
criminal. Lalu lesap tak ada cerita lanjutnya. Padahal mereka yang mati hangus
dibakar massa atau mati dengan badan cerai berai diamuk warga juga adalah
pejuang bagi orang orang yang disayanginya. Para korban pembunuhan massa
direnggutkan begitu saja dengan cara sadis dari orang orang yang disayanginya
dan menyayanginya.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 115%; margin: 0in 0in 0pt; mso-list: l0 level1 lfo1; tab-stops: list .5in; text-align: justify; text-indent: -0.25in;">
<!--[if !supportLists]--><span lang="IN" style="color: #191919; font-family: Symbol; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-bidi-font-size: 9.0pt; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font-size-adjust: none; font-stretch: normal; font: 7pt/normal "Times New Roman";">
</span></span></span><!--[endif]--><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="color: #191919; font-family: "Verdana",sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Jarang
orang mau mengakui, kesederhanaan adalah kekayaan yang terbesar di dunia ini:
suatu karunia alam. Dan yang terpenting diatas segala-galanya ialah
keberaniannya. Kesederhaan adalah kejujuran, dan keberanian adalah ketulusan.<o:p></o:p></span></i></b></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 115%; margin: 0in 0in 3.75pt; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i><span lang="IN" style="color: #191919; font-family: "Verdana",sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Sumber: Mereka Yang Dilumpuhkan (1951) <o:p></o:p></span></i></b></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 115%; margin: 0in 0in 3.75pt; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i><span lang="IN" style="color: #191919; font-family: "Verdana",sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></i></b></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 115%; margin: 0in 0in 3.75pt; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i><span lang="IN" style="color: #191919; font-family: "Verdana",sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></i></b></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 115%; margin: 0in 0in 3.75pt; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i><span lang="IN" style="color: #191919; font-family: "Verdana",sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";"><o:p> </o:p></span></i></b></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 115%; margin: 0in 0in 3.75pt; text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="color: #191919; font-family: "Verdana",sans-serif; font-size: 9pt; line-height: 115%; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-style: italic; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">Jember, 170903<o:p></o:p></span></b></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: Calibri;"> </span></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span><o:p></o:p></span></div>
buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-38279599155566127092017-04-10T08:26:00.001+07:002017-04-10T08:26:54.176+07:00Belantara Api
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizM8Fb6xjiLDnqsjz62hlLd3undHvdO7gEWeRyiBBizYoPvGZnAkmndTdvRrh759SYIWlCRXFLEqpvABTRT8r4pSs9DhH1nJR874kBl67qZtD9G3Kp9dcCDfTtzw3w2z-5qBESCw/s1600/api.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="110" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizM8Fb6xjiLDnqsjz62hlLd3undHvdO7gEWeRyiBBizYoPvGZnAkmndTdvRrh759SYIWlCRXFLEqpvABTRT8r4pSs9DhH1nJR874kBl67qZtD9G3Kp9dcCDfTtzw3w2z-5qBESCw/s200/api.jpg" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">:mpbpj</span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Konon perasaan manusia ibarat
hutan belantara. Oleh faktor alami, ia ditumbuhi jutaan jenis vegetasi dengan
manfaat berbeda bagi kehidupan. Segala yang tumbuh disana diperuntukkan bagi
kebaikan isi dunia. Jika perasaan adalah belantara, maka ia ditumbuhi dengan
berjuta vegetasi empiris hasil dari pengalaman menjalani kehidupan selama
bertahun tahun. Berisi banyak sekali nilai nilai dan pemahaman pemahaman
tentang etika, tenggang rasa dan didominasi oleh tetumbuhan yang lahir dari interaksi
antar sesama manusia. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Syahdan belantara mengalami
kebakaran hebat. Kebakaran dapat terjadi oleh berbagai sebab. Hutan belantara
yang pernah terbakar di masa sebelumnya akan lebih rentan terhadap kebakaran,
oleh sebab masih tersimpan sisa sisa trauma dan zat asam yang merubah susunan kehidupan
belantara selamanya. Hanya orang orang yang betul betul paham tentang seluk
beluk belantara perasaan yang akan sanggup menyulutkan api yang sama di titik
yang sama sehingga mampu menciptakan kebakaran maha dahsyat. Musim dipilih
dengan teliti supaya api mudah menjalar dan tanpa bersusah payah menciptakan
pasal. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Ketika belantara perasaan
terbakar atau sengaja dibakar, maka api akan berkobar dalam waktu yang tak bisa
diramal. Banyak faktor yang mempengaruhi durasinya. Yang paling dominan adalah
adanya sisa sisa kebakaran dari waktu yang sebelumnya yang tidak akan pernah
benar benar hilang sirna sampai akhir masa. Sewaktu badai api menjilat,
membakar dan menghanguskan seluruh isi belantara, maka upaya untuk meredam dan
memadamkannya akan sia sia. Siang dan malam akan berisi perang dengan lawan
yang tak kasat mata dengan kekuatan yang luar biasa. Cara paling bijak adalah
menyingkir dan menunggu saatnya kebakaran berakhir. Biarkan saja semua hangus,
luluh lantak jadi arang dan abu. Biarkan saja badan pemilik perasaan turut
remuk redam dalam siksaan. Bahkan ribuan umpatan dan jutaan sumpah serapah
tidak akan mampu sedikitpun meredam api yang sedang marah.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Menunggu api amarah reda adalah
penyiksaan lain lagi yang tak terjabarkan dengan kata kata. Sebagai manusia
tentu pikiran akan mencari pihak yang bertanggung jawab atas terbakarnya
belantara yang berisi hasil dari perjuangan akan prinsip prinsip kebaikan. Pada
akhirnya hanya sakit dan keletihan luar biasa yang tersisa sesudah malam malam
tanpa jeda berisi denting pedang dari perang yang tak kunjung usai. Yang tersisa
ketika fajar menyingising adalah ribuan luka gores dan kulit yang melepuh oleh
dahsyatnya api. Perih tak terkatakan dan tak perlu dipertontonkan. Menerima kekalahan
akan mengembalikan semuanya kepada keyakinan bahwa semua terjadi atas kehendak
Tuhan. Maka oleh sebab pemikiran itulah semua dikembalikan kepada pemilik
kehidupan. Segala tetumbuhan kebaikan di belantara perasaan telah hangus
terberangus oleh api yang durjana. Maka tidak salahlah jika kemudian mengadu
kepada Tuhan untuk melaknat sesiapapun yang berlaku sedemikian keji terhadap sesama
ciptaanNya.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Meskipun para pengecut sudah lari
dan bersembunyi dibalik kemegahan dunia modern dan hanya meninggalkan bencana,
kita harus yakin bahwa Tuhan melihat dan menyaksikan semuanya. Doa dan harapan
terpanjatkan lewat setiap hembusan nafas agar para durjana dilaknat oleh
pemilik kehidupan. Dan doa harapan yang terpanjatkan tiap detik akan
didengarkan juga oleh malaikat, mahluk gaib, setan, iblis dan seluruh semesta
turut mengamininya. Itulah doa dari orang yang merasa teraniaya dan tak mampu
lagi melawan dengan perbuatan. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Membayangkan belantara perasaan
pasca kebakaran hebat yang sudah berjalan sehari semalam, tidak berbeda jauh
dengan menghidupkan kembali mummi mummi iblis yang salama puluhan tahun sudah
berhasil dijinakkan dalam ruang gelap kenangan. Kedatangan iblis iblis baru
yang dibawa oleh orang yang mengaku sebagai istimewa telah membangkitkan lagi
keganasannya. Kali ini berlipat ganda oleh sebab sekutu baru yang lebih
beringas dan keji itu. Perang bisu yang panjang akan berlangsung sembari
belantara perasaan berkobar oleh api liar. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Setiap hari akan ditemui benci dan siksa diri.
Malam malam akan kehilangan nuansanya dan berganti dengan monolog penuh amarah
tanpa seorangpun yang dapat mendegar apalagi memahami maknanya. Semuanya hanyalah
pengulangan dari badai api hitam di masa lalu yang dengan susah payah diterima
sebagai catatan nasib. Memang biadab orang yang tega menyakiti orang yang telah
dan selalu berusaha berbuat baik, berusaha memegang prinsip prinsip kebaikan
dalam menjalani kehidupan. Memang biadab orang yang menghianati kepercayaan
orang lain yang menitipkan hati dan perasaanya kepadanya untuk dijaga. Orang seperti
itu hanya pantas untuk doakan agar Tuhan melaknatnya, memberikan bencana dan
celaka atau hilang dari muka bumi.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Mengharapkan orang akan menjaga
perasaan kita terkadang berbuah sia sia. Terlalu menyerahkan rapuhnya hati
tanpa cangkang kepada orang yang dianggap bisa dipercaya sekalipun bisa berubah
menjadi bencana paling dahsyat yang tak terduga. Penghianatan akan kepercayaan
akan melahirkan dendam yang jika diikuti akan menyebabkan kerusakan parah. Ketika
perasaan kalah sudah sampai di dasar bawah, melawan dengan cara menghancurkan
adalah pilihan paling tepat. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Maka tidak ada lagi sisa kebaikan
dari sekian tahun belantara perasaan itu terbangun dan terpelihara dengan
tujuan kemaslahatan. Menangisi dan meratapi luluh lantaknya belantara pun tak bisa
membantu merubah keadaan. Semua musnah tanpa bisa diselamatkan lagi. Segala yang
pernah tumbuh, hidup dan memberi makna kehidupan didalamnya tinggal menjadi
onggok onggok debu dan arang belaka. Tidak ada lagi yang layak dijadikan
kenangan bahwa kebaikan pernah ada di hamparan sisa kebakaran belantara
perasaan. Asam yang tertinggal akan menjadi racun yang menghambat tumbuhnya
tunas tunas dari akar yang selamat dari amukan khianat. Maka semua akan
berjalan sesuai kehendak alam. Yang hangus terbakar tinggal tersisa dalam
ingatan samar samar, tetapi yang membakarnya akan menajadi setan, iblis yang
menyebabkan gemeratak gigi geraham setiap kali bayangannya melintas dalam
ingatan. Memperpanjang perang hanya akan menambah jumlah korban, sebab perang
hanya merubah orang menjadi buruk dan jauh dari sisi kemanusiaan.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Panasnya api yang membakar kulit
kaki tak seberapa dibanding ganasnya api yang membakar perasaan. Menerima kalah
adalah menelan konskwensi itu sendiri. Permintaan maaf dan pengakuan bersalah
sejatinya hanya kepalsuan, ditulis dan diucapkan tanpa perasaan. Sakit hati
kerena tertipu harta akan luntur oleh waktu sedangkan sakitnya perasaan akan
terbawa sampai ke liang kubur. Semua menjadi tidak bermakna lagi. Memang demikianlah
adat dunia, bahwa sehebat apapun sesuatu maka pada saatnya akan menjadi tidak
bermakna lagi. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Meskipun waktu menelikung usia,
badai api di perasaan dan pikiran tak akan kunjung reda. Gelombang demi
gelombang amarah akan membuncah memporak porandakan kebaikan yang tersusun
susah payah. Biarkan setan sampai bosan menikam, biarkan iblis sampai habis
mengiris. Terimalah siksa itu sebagai hadiah perpisahan dari orang istimewa,
yang menjelma menjadi penghinat penuh nista; mahluk lebih rendah daripada
satwa.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: Calibri;"> </span></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Rewwin - 170409<o:p></o:p></span></div>
buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-87843473963715451642017-03-12T03:14:00.001+07:002017-03-12T03:14:32.949+07:00Monolog Malam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLEXzh_eXIUUhUqyjnN32trAXLi5VxaJWj5ThtLnAVzaZPBErvwbAf-uQtYCYfgBYNGifzk28SCjGYue1eDdIAvE73ggU2UgZMY-i693rMyb0E5t8SGjCGqN6PqeDXBG81x6Lz7A/s1600/IMG_1195%255B1%255D.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLEXzh_eXIUUhUqyjnN32trAXLi5VxaJWj5ThtLnAVzaZPBErvwbAf-uQtYCYfgBYNGifzk28SCjGYue1eDdIAvE73ggU2UgZMY-i693rMyb0E5t8SGjCGqN6PqeDXBG81x6Lz7A/s200/IMG_1195%255B1%255D.JPG" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Bulan bundar penuh, mengintip
dari sela rimbun daun manga depan pekarangan. Sinarnya jatuh kedalam ingatan,
mengujam laksana beling yang dicurahkan dari pucuk pepohonan. Seperti bayang
bayang, pikiran mengembara dari pusat bara ke hamparan api lainnya. Badai
menyapa bersama malam yang datang penuhi kewajibannya. Pertarungan paling bisu
di dunia yang berkecamuk sejak dini hari sebeblumnya masih membabi buta dan
menganiaya. Berduyun duyun iblis datang lewat semua penjuru angin, seperti
sediakan menerobos seenaknya dengan berbagai prasangka dan beribu sisa.
Kebingungan yang telah membikin diri tak berdaya ini sungguh telah melumpuhkan
kekuatan yang terbangun, seolah semua menjadi tidak bermakna. Sia sia belaka!<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Perang yang diam melahirkan perih
yang tak terbantahkan. Namun demikian perih yang datang tak akan dapat
dimengerti oleh siapapun, bahkan oleh mereka yang selama ini menganggap diri
sebagai belahan hati; orang yang paling dapat memahami tentang isi hati dan
pikiran, juga perkataan. Tak ada pertolongan bisa didapatkan karena diam
menerima adalah satu satunya pilihan. Hancur dan sakitnya perasaan tak dapat
dibagi bahkan dengan cerita. Seperti tak pantas rasanya memamerkan lagi sikap
kebayian yang menghiba dan menjatuhkan diri hanya demi empati. Di jalan yang
jauh, sepi dan gelap kesendirian semakin lengkap. Bersama bara didalam kepala,
ratusan kilometer perjalanan berubah menjadi ajang monolog panjang tentang pentingnya
memaknai kata kebajikan. <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Kepada malam yang merangkan
menggapai fajar, perang dalam pikiran mengendap menjadi residu angan angan. Terlalu
banyak kata kata yang dirancang dan tak dapat dilahirkan oleh sebab dunia sudah
mati untuk orang yang terbakar amarahnya sendiri. Gelap pikiran untuk dapat
menemukan celah cahaya, supaya hati rela dan kuat melepaskan sebelum semuanya
berakhir menjadi dendam.<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Wahai malam, biar kuceritakan
kepada tentang alam pikiran yang tak dapat dipahami dengan ukuran kewarasan dan
kecerdasan manusia manapun. Karena memahami alam pikiran memang bukan dengan
logika, melainkan dengan kerelaan hati. Begini; sejak badai setahun lalu, semua
seolah olah telah berubah. Keadaan yang aman tentram telah berganti menjadi
kecemasan dan syak wasangka. Bagi diri, hal itu tak lebih dari pengulangan akan
kesakitan panjang dengan versi yang lebih modern, dengan kesakitan jiwa yang
tidak kalah mengerikannya. Kamu tahu, jiwa yang sakit melulu berisi pikiran
jahat, dan itu membutuhkan banyak sekali tekad kebaikan demi untuk melawannya. Jiwa
yang sakit melahirkan obyek obyek yang menyakitkan tanpa seorangpun bisa
memahaminya. Tidak ada! Kali ini akan kuceritakan tentang kecacatan jiwa jilid
dua itu kepadamu, malam, oleh sebab hanya kamu teman setia bagi setiap orang
yang gundah gulana.<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Berawal dari pengabaian dan
kemudian kepada lumpuhnya kebanggan akan arti kata ‘orang istimewa’, maka dunia
menjadi cacat. Cacat yang tak terlihat karena hanya terasa oleh si sakit jiwa;
sakit jiwa yang tak dapat terbaca oleh manusia. Kamu tahu, setiap pagi sewaktu
keharusan mewajibkan diri untuk berinteraksi dengan alam dan peradaban, maka
tak bisa dipungkiri banyak sekali obyek baru menjadi demikian membencikan. Bayangkan
saja, sederatan gunung gunung Arjuna, Wilis, Tidar, Kelud dan Semeru di
kejauhan yang semula begitu memberi energi karena ketakjuban akan ciptaan
ilahi, telah tiba tiba menjadi hantu mengerikan bagi perasaan. Ujung ujung
gunung itu begitu runcing dan keras mengoyak nyoyak pikiran. Perih tak
terkatakan dan tak ada pilihan lain selain merasakan, menghayatinya dengan
geraham direkatkan. Demikian juga dengan segala hal yang berkaitan dengan
gerombolan gerombolan pemuja kebebasan itu, membikin pikiran muntah darah
sendirian. Sebisa mungkin menghindar adalah jalan paling mendamaikan meskipun
acap kali hal itu tak bisa dilakukan. Kamu tahu, perlu waktu puluhan tahun yang
seolah terasa sebagai ratusan tahun untuk dapat berdamai dan berkompromi dengan
perang bisu itu, untuk dapat menerima obyek obyek horror itu sebagai hal yang
lumrah meskipun tak lagi mengandung kekaguman seperti sedia kala. Belajar dari
catatan empiris saja, batin memerlukan upaya tak terkira untuk dapat berdamai
dengan badai masalalu. Itupun tak akan bisa sepenuhnya kompromis, oleh sebab
luka hati sebenarnya ada dan abadi dalam diri si penderita. Hanya waktu saja
membuat kesakitan itu seolah olah tidak ada.<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Jika sudah demikian, maka semua
kembali kepada diri. Seluruh kesalahan di muka bumi ditumpahkan hanya kepada
diri sendiri, karena dengan demikian maka kita bisa menerima kepincangan
pikiran dan kecacatan pikiran itu lahir dan diolah hanya oleh diri sendiir. Orang
lain, obyek lain, substansi lain tidak ada sangkut pautannya dengan keadaan
buruk yang dimanifestasikan secara subyektif itu. Tetapi pada dasarnya, setiap
penderitaan jiwa datang dari hasil hubungan dua orang manusia. Perasaan cinta
sering kali menjadi biang keladi penyebabnya. Dan pada umumnya juga, dari kedua
orang yang berkasih kasihan itu akan hanya satu orang saja yang terpuruk dalam
penderitaannya. Itupun dialami dengan sangat diam dan tak dapat dipahami oleh
siapapun bahkan oleh dia yang selama ini dianggap sebagai partner berbagi
kehidupan.<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Ah sang malam, aku letih terbenam
dalam lumpur perasaan. Peperangan sendiri ini membuatku merasa menjadi rapuh
dan tak berguna. Syaraf syarafku telah rusak terbakar oleh begitu banyaknya pikiran
yang melulu berisi api. Suaraku telah habis meski tak satupun kata kata
terlahir sebagai kompensasi atas sesaknya dada. Semua serba diam, seolah semua
telah meninggalkan. Hanya kamu malam, teman setiaku yang mendengarkan
kecengenganku. <o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Ah, sebentar lagi fajar datang
menjemputmu dan kamupun harus pergi. Seperti orang yang kukasihi yang juga pergi
menjauh, menjauh hanya untuk melunaskan keinginan pribadi. Menjauh demi pribadi
pribadi baru yang lebih bermakna daripada sebatang kayu nyaris tanpa makna ini.
Mungkin hanya pantas menjadi nisan pengingat, bahwa pernah ada kehidupan
tercipta dengan segala keberuntungan menyertainya. Seperti juga engkau wahai
malam, akupun akan pergi. Pergi untuk memenuhi kewajiban kewajiban menjadi
manusia dan menurutkan kebijaksanaan yang tebawa oleh usia.<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: "calibri";"> </span></o:p></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Rewwin, 130312<o:p></o:p></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: "calibri";"> </span></o:p></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: "calibri";"> </span></o:p></div>
buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-29394605059582668742017-03-11T01:59:00.000+07:002017-03-12T02:42:46.204+07:00Jalan Pertapa<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq_IToqBYA-TowxG91Fia5n-Ze6cD3pmxBjQ-QBSKfko9DQZMhgfL2VJZK10bkL1Z5ev6yu-69nCrs_5QsOZ6X_g-ik5q7xLi3V6fRsLDWNkmZcHoPANeaBDMUvhTGHvyjf_l6XA/s1600/IMG_1343%255B1%255D.JPG" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="111" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhq_IToqBYA-TowxG91Fia5n-Ze6cD3pmxBjQ-QBSKfko9DQZMhgfL2VJZK10bkL1Z5ev6yu-69nCrs_5QsOZ6X_g-ik5q7xLi3V6fRsLDWNkmZcHoPANeaBDMUvhTGHvyjf_l6XA/s200/IMG_1343%255B1%255D.JPG" width="200" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "calibri";"><o:p></o:p></span></span> </div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p><span style="font-family: "calibri";"> </span></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "calibri";"></span></span> </div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "calibri";">Kata seorang kenalan, ketika
seseorang mati karena kecelakaan, maka jasadnya akan terbujur kaku dan perlahan
membusuk sedangkan ruhnya menunggui sejenak untuk lalu menghilang. Terbang ke
langit dan tak dapat lagi ditemukan di kehidupan. Sang ruh lalu menyatu dengan
udara, menyaksikan dalam diam cerita cerita tentang si mendiang semasa berjaya;
lengkap dengan bumbu bumbu cerita yang mendramatisirnya. Tetapi sang ruh tak
lagi dapat mempengaruhi pikiran manusia hidup, apalagi merubah keadaan. Tentu
ia menjadi semacam saksi bisu yang memendam semua perasaannya dengan sepenuhnya
tidak berdaya. Sang Kenalan juga menceritakan bagaimana menderitanya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>si ruh karena penyesalan yang membebani
semasa hidupnya. Penyesalan terbesar bagi orang mati adalah tidak memanfaatkan
waktu, daya dan kekuasaannya untuk kebaikan. Sesungguhnya, manusia adalah
mahluk Tuhan yang paling dapat menjadi bengis dan keji, melebihi kejahatan
semua jenis mahlukNya. Bahkan terhadap orang alim dan baik semasa hidupnyapun,
si ruh tetap menyesali karena masih banyak perbuatan baik di dunia yang tak
sempat dikerjakannya.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "calibri";">Cerita sang kenalan seperti
menterjemahkan sebuah perceraian antara kehidupan dan kematian, menggambarkan
sebisa mungkin inti residu dari kematian itu sendiri. Sesuatu yang hidup sekian
lama tentu meninggalkan jejak kisah yang panjang, beranak pinak menjadi cerita
cerita peradaban. Rahasia rahasia tercipta, sebagian tersimpan tetap menjadi
rahasia. Kemisteriannya akan abadi dan hanya hidup dalam ingatan si empunya
kisah rahasia. Jika sebuah kematian layak ditangisi, hal itu semata mata karena
kesedihan mendalam atas putusnya rantai riwayat. Putus dan yang tak mungkin
akan tersambung lagi meskipun dengan cerita cerita surgawi sekalipun, meskipun
dengan dongeng dongen tentang kegaiban dan keajaiban. Mati adalah mati,
berhentinya sebuah siklus dan yang tidak akan terulang lagi. <o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "calibri";">Bagi sebagian orang, kematian justru
diharapkan. Aneh memang, ketika Tuhan menganugerahkan kehidupan yang begitu
sempurna dan indahnya, si penerima pemberian justru tidak mengiginkannya.
Demikianlah sifat manusia, yang terkadang dihadapkan kepada persoalan dunia
yang demikian liat sehingga melemahkan seluruh keyakinan bahkan mengikis dengan
deras perasaan bersyukurnya. Dunia menjadi tempat yang tragis, dikendalikan
oleh pengusasa penguasa –yang juga manusia – yang berhati bengis. Di dunia
modern yang laju peradabanya dikendalikan oleh kapital, nilai manusia hanya
diukur berdasarkan angka angka. Ajaran luhur bahwa kewajiban manusia adalah
memanusiakan manusia <i style="mso-bidi-font-style: normal;">(Multatuli) </i>telah
luntur menjadi serpihan kata tanpa makna bagi kaum pemuja kuasa. Ajaran
kebaikan yang pernah diterima sebagai jatidiri terlupakan hanya demi predikat
baru ciptaan penjajah bernama profesionalisme salah kaprah.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "calibri";">Sebagian dari kita terkadang terlalu
bangga menjadi bangsa jajahan. Terlalu mudah mengelu elukan orang yang
samasekali asing hanya karena dia didapuk sebagai pimpinan. Budaya yang
terbentuk hanya bertujuan untuk menyenangkan sang pimpinan. Pimpinan yang belum
tentu menjadi tauladan, tetapi diagungkan sebagai yang menentukan kehidupan.
Kebiasaan dan tradisi kerja seperti itu hanya mengajarkan orang untuk memandang
ke atas, tanpa memperhatikan pijakan. Orang orang pada kelas terendah cukup
bahagia dengan dapat mengekspresikan pemujaanya kepada pimpinannya, sedangkan
mereka pada level menengah tiba tiba menjadi raja raja kecil di areanya masing
masing dengan tingkat kebengisannya masing masing. Semua menjalankan system
dengan ambisi menguasai, ambisi mengkudai orang lain, menyenangkan pimpinan dan
mempromosi diri sendiri. Tanpa disadari, lingkungan politik kerja seperti itu
menciptakan manusia manusia egois dan kebal kemanusiaan.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "calibri";">Ketika seorang manusia yang
bersikeras menjadi manusia biasa dengan sifat kemanusiaannya berhadapan dengan
system feudal modern, maka ia kan menjadi manusia kerdil diantara para raksasa
pengusa. Para penguasa yang menentuka segala sesuatu atas orang lain dalm
bentuk angka. Menghadapi gempuran demi gempuran ketidak adilan dengan ketidak
berdayaan terkadang melahirkan pikiran untuk berhenti melawan dan mencari jalan
damai yang tak melukai siapapun. Jalan pertapa, dimana tak seorangpun manusia dapat
bersinggungan didalam simpang pikiran maupun ambisi pribadinya. Sedangkan bagi
yang mampu untuk tetap berdiri ketika badai dan taufan keangkuhan menerpa
berulang ulang hanya ada dua jenis manusia yaitu mereka yang memang memiliki
keikhlasan dalam hati dan pikirannya dan mereka yang memang tidak memiliki
pilihan lain oleh sebab tuntutan yang mengharuskan demikian. Kedua duanya hanya
komponen dari sebuah system yang tak menghargai kemanusiaan dengan manusiawi,
yang menjalankan roda kekuasaan dengan tanpa menggunakan konsep kemanusiaan.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "calibri";">Jalan pertapa hanyalah berisi
keintiman terhadap dzat pencipta, dengan merendahkan hati serendah rendahnya
bahkan lebih rendah dari pada tanah. Hidup sang pertapa tidak ada lain kecuali
menghamba kepada kemanusiaan dengan keikhlasan sepenuhnya. Mengupayakan semua
tindakan demi manfaat untuk orang lain disekitarnya. Jalan pertapa tak mengenal
ambisi duniawi, hanya sekedar kebutuhan naluriah semata mata. Diri sendiri
menjadi nomor dua karena yang utama adalah diri orang lain disektarnya. Jalan
pertapa adalah pilihan tersulit sebagai pengakuan atas kekalahan terhadap laju
peradaban yang mengutamakan grafik serta angka.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "calibri";">Pun demikian, memilih jalan pertapa
akan tetap<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengihidupkan kenangan akan
bengisnya manusia terhadap manusia lainnya, sebagai kisah empiris yang akan
tertinggal menjadi ruh.<o:p></o:p></span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p><span style="font-family: "calibri";"> </span></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><span style="font-family: "calibri";">Rewwin, 170310</span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p><span style="font-family: "calibri";"> </span></o:p></span></div>
buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-69993269576232923122016-04-14T04:10:00.000+07:002016-04-14T04:10:22.904+07:00Anatomi Luka Dalam
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAJxDS4XESlYEC5pV7HM1Wta7NxdRideHdqEWhE-8QZ9wtIzjtgKT888LTItup10b2G9u-y0Ly3cWU5zXwlhcNw-bvXZf92DoATBMz8jipAGwOICs5S40PjKR4pYZB9UrVJGkiew/s1600/IMG_20160413_211255.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAJxDS4XESlYEC5pV7HM1Wta7NxdRideHdqEWhE-8QZ9wtIzjtgKT888LTItup10b2G9u-y0Ly3cWU5zXwlhcNw-bvXZf92DoATBMz8jipAGwOICs5S40PjKR4pYZB9UrVJGkiew/s200/IMG_20160413_211255.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: Calibri;">:cabekriting<o:p></o:p></span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Luka yang tak kasat mata
terkadang mengandung sakit yang tak terkira. Tak seorangpun dapat membayangkan
beban derita si sakit oleh akibat trauma benturan yang menyisa menjadi lebam.
Pembengkakan dan terkadang peradangan jaringan tubuh yang mengalami sakit hanya
tersembunyi di balik kulit. Darah akan mati membeku dan menghitam dalam
gumpalan yang tinggal lama seolah menjadi tanda bagi titik penyesalan yang membatu karang dalam ingatan.</span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Luka dalam tak seorangpun dapat
mengira perihnya. Ia akan berada disana dalam jangka waktu lama dan hanya si
penderita saja yang tahu persis seberapa parah rasanya. Oleh sebab lamanya
durasi inkubasinya, maka terkadang dalam keseharian luka dalam sering
terlupakan, menjadi keseharian yang lumrah seperti umumnya kehidupan normal
lainnya. Satu saja benturan kecil pada luka, satu saja singgungan lembut pada
sakit maka efek nyerinya akan timbul dalam waktu lama dan parah. Lagi lagi, tak
seorangpun dapat mengira ira seberapa parah perihnya. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Mestinya hanya waktu yang sanggup
mengobatinya, waktu yang akan mengurangi perihnya. Tetapi sesungguhnya luka
dalam tidak akan sembuh permanen oleh sebab luka dalam adalah luka permanen.
Ketika luka dalam dimaksud adalah lukanya hati, maka rasa nyeri yang sering
hilang timbul diibaratkan sebagai iblis dari langit yang bebas dalam menebas
kenormalan. Iblis iblis merubah<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>kenormalan menjadi keganjilan, merubah orang baik menjadi monster,
merubah tempat baik menjadi neraka tak kasat mata. Luka dalamnya hati tak akan
pernah dapat terobati, dia hanya bersembuyi dibalik jam yang berputar tak mau
berhenti.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Ketika luka dalam baru terbentuk
oleh sebab cerita hidup memang harus demikian, maka dia akan bergabung menjadi
satu dengan luka lama yang sudah ada, luka laten yang menganak pinakkan beban
sakit berkepanjangan berikutnya. Iblis iblis yang diternakkan oleh luka laten
itu akan dengan bebas menganiaya tanpa kenal waktu, tempat dan kondisi. Lebam
produksi baru akan membangkitkan lagi lebam lama, seolah menggarami luka dalam
yang selama ini tertidur, terbius oleh waktu seolah mati.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Luka dalam di rongga ingatan
terkadang menghadirkan kesedihan yang seolah tak berkesudahan. Ialah ketika
matahari tiba tiba terasa padam dimana kegelapan hanyalah satu satunya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>teman. Kekecewaan demi kekecewaan empiric berjubelan
meracuni pikiran, bagai antrian panjang meminta jatah pukulan. Telah terjadi
kerusakan jaringan tak terlihat yang perlahan merubah semua arah pandang menuju
kepada sesuatu yang berlainan, berkaitan dengan kesan. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Luka dalam, sakitnya selalu ada. Goresannya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tidak akan bisa sirna hanya oleh perubahan
sikap tiba tiba, atas nama sikap seolah olah. Semuanya menjadi asing
menyebabkan kecanggungan yang menyiksa. Selalu ada yang tersembunyi dibalik
semua kata dan sikap, selalu ada yang siap untuk menyakiti dan memadamkan
matahari oleh sebab memang luka dalam yang letaknya tersembunyi. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">Waktu merubah segalanya, dan
terkadang kita lupa cara menerima perubahan itu dengan bijaksana. Sedangkan kebijaksanaan
tertinggi adalah menyerahkan segalanya keapda Yang Maha Kuasa tanpa menerbitkan
protes diam diam ataupun protes terbuka kepada dunia. Menempatkan diri terlalu
tinggi di peradaban dapat menyebabkan kekecewaan yang memupuk keberlangsungan
luka dalam, memelihara prasangka dalam ingatan. Jika memang waktunya tiba, maka
segala hal yang mungkin terjadi terkadang kita hanya harus bisa menerimnaya.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: Calibri;"> </span></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: Calibri;">TMII 160414<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: Calibri;"> </span></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: Calibri;"> </span></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: Calibri;"> </span></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: Calibri;"> </span></o:p></div>
buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-61760646021141794722016-04-03T03:20:00.000+07:002016-04-07T13:52:43.458+07:00Nasehat Sloki<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";"><o:p></o:p></span> </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsrhjIyGhRJVdrEsbBDpsvmQxHc6lkAk44BJPyhQx-4so5C4CgCPZY_rTrMXXax5HOijr811PwnmzY08CKx3ecSlw7DeNJV9mXc3Ww8xMTLgdqaQlfYFirRN3fz5hFsgXgjWuRuA/s1600/IMG_20160402_180356_edit_edit.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsrhjIyGhRJVdrEsbBDpsvmQxHc6lkAk44BJPyhQx-4so5C4CgCPZY_rTrMXXax5HOijr811PwnmzY08CKx3ecSlw7DeNJV9mXc3Ww8xMTLgdqaQlfYFirRN3fz5hFsgXgjWuRuA/s200/IMG_20160402_180356_edit_edit.jpg" width="172" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Malam turun bersama
dengan zombie zombie berbau sangit. Jangan memandang langit, sebab disana istana
demit. Jangan memandang langit agar tak lupa dimana kaki menginjak bumi. Usia telah
menasehati agar langkah menepi memberi jalan kepada mereka yang terbius oleh
imajinasi. Sebotol demi sebotol vodka tak akan sanggup mengusir perihnya
luka,biarkan saja dia menganga sampai butir demi butir debu sang waktu akan
menguburnya pura pura. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Terimalah kalah sebagai berkah,
agar perangmu tak menyisakan langkah yang lelah. Gempita di langit maya bukan
lagi milik kita, melainkan milik mereka yang muda. Teriakan suka cita, jerit tawa dan
segala tingkah bahagia biarl janganah tersimpan dalam gelap yang nyata. Tak perlu
disesali semua yang terjadi karena besok hari pasti akan berganti. Tak harus
mengeluh untuk perlakuan buruk laksana teluh. Terimalah luka hati sebagai
pengingat bahwa terkadang manusia memang dujauhkan dari hati nuraninya hanya
oleh gelegar megah dunia.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Diam adalah menjadi pilihan bijak
ketika setiap kata yang terlontar hanya membentur dinding. Perasaan dipermainkan
dan dilecehkan tak perlu disikapi dengan teriakan. Cukup mengadulah keapada
sepi sebab disana akan kita temuai dialog paling pribadi yang banyak berisi
kebijaksanaan.Dalam diam segala pertempuran terjadi tanpa seorangpun akan
peduli. Tidak aka nada pemenang ketika semua telah bahkan ketika musuh dan
jagoan mati menjadi bangkai pikiran. Simpanlah tangis penuh kepedihan mennadi
sederet tulisan yang akan terpajang di nisan kenangan.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Waktunya untuk menepi dan sadar
diri tak perlu bertinggi hati bahwa memang kita tidak sepenting yang kita
pikirkan bagi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>orang lain. Biarlah semua
berkecamuk dan meruyak dalam bisu yang mengahnguskan, barangkali akan kita
temukan menara menara pengingat langkah ketika kaki goyah. Pernah suatu kali
bunda berpetuah, bahwa jika dirasa kuat maka sudah menjadi kewajiban kita untuk
menanggungkan tetapi jika terlalu berat maka meletakkan adalah pilihan bijak. Segala
kejadian berlandaskan kesuka relaan tak ada yang memaksa dan tak ada yang
melarang. Jadilah bahwa semua yang terjadi dalam cerita hidup tiap manusia
hanyalah menjalani apa yang menjadi keputusanya di masa lalu.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Di persimpangan pematang yang
sepi langakah mesti dikayuh menjauh. Meninggalkan segala mimpi dan mengubur
harapan akan terkabulnya doa bahwa keajaiban suatu saat akan menghampiri kita. Menjadi
realistis adalah pilihan yang dituntung berdasarkan logika, bahwa terkadang
kita tidak diakui lagi di tempat dimana kita pernah merasa ada, menjadi manusia
dan diperlakukan sebagai manusia. Kisah kisah perjalanan tinggal mennjadi riwayat
basi. Barangkali memang begitulah kisah kehidupan terjadi.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Jangan lupa mengirimkan ucapan
selamat kepadanya yang telah memiliki kebebasan baru untuk memuja rasa di dunia
baru. Jangan berkecil hati sebab dunia baru<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>bukan milik bagi mereka yang tergerus usia. Tutup semua jendela dan
menajdilah pertapa yang memunguti butir demi butir kebijaksanaan yang jatuh
satu demi satu seperti butir hujan di pagi sepi. Sebisa mungkin berbahagialah
untuk segala sesuatu yang memberi kebahagiaan bagi makhluk lain di sisi belahan
dunia. Temukanlah kedamaian dalam gelap pikiran, agar tak ada api yang
membakari kepala atau mata pedang yang menusuk punggung hingga ke dada. Terima saja
semua perlakuan buruk dengan mengharap karma; bahwa mereka yang mematahkan hati
maka hidupnya akan dihancurkan oleh pemilikNya.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Sekarang tinggal bagaimana
menyapa demit demit yang rajin menyerbu malam, bermesuman di dalam pikiran dan
terus membujuk diri untuk melawan kezaliman. Meskipun musuh baru telah
terlahirkan, bukan berarti kita harus larut dalam pertempuran lain lagi. Ya,
menerima kalah dan mengayun langkah untuk turun dari podium adalah pilihan yang
paling bijaksana.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Selamat bagimu, siapa saja yang
telah memenangkan dunia dengan cara zalim.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: "calibri";"> </span></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Rewwin, 160403<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<o:p><span style="font-family: "calibri";"> </span></o:p></div>
buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-17430007.post-89047625154640619342016-03-24T01:47:00.000+07:002016-03-24T02:01:22.562+07:00Retreat<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0FOv6sFAh1xkXbGrMgFESZNFDquft3cTPSRFIgsPJa6Q3CVTtJ3MBb-GBx6du8IgW1zzj8O26vl683KjBnrtHmHEwUrE2BpE85u2ChmERI1wXUsfsuTKwT3msxLXk3qo_c-XGXg/s1600/787.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0FOv6sFAh1xkXbGrMgFESZNFDquft3cTPSRFIgsPJa6Q3CVTtJ3MBb-GBx6du8IgW1zzj8O26vl683KjBnrtHmHEwUrE2BpE85u2ChmERI1wXUsfsuTKwT3msxLXk3qo_c-XGXg/s200/787.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: "calibri";">Hujan dan angin
puyuh mereda, iblis penyiksapun ikut berheti tertawa. Sejenak badan kehilangan
rasa, terhuyung huyung limbung mencari suaka kedamaian. Palagan hanya berisi
api dan puing puing kata kata, yang meruncing disetiap ujungnya. Jiwa menjadi letih teraniaya oleh beratnya siksa hati yang seolah tiada berujung dan berpangkal. Perkelahian selalu saja memproduksi korban, setelah mata menjadi rabun oleh debu debu masa lalu. satu demi satu kebaikan yang tertanam dulu perlahan berangsur layu oleh waktu. Tak ada tempat
berlindung, kecuali mundur dari medan tempur. </span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Perang ini
semata hanyalah pengulangan yang sama pada durasi <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>waktu yang berbeda. Serombongan iblis dari
masalalu telah beranak pinak di langit maya dan datang sesukanya besama teman,
simpatisan dan keluarganya. Semuanya menyerang dengan pedang karatan , memberi
kontribusi sakit yang sama. Kiranya luka hati akan tinggal abadi, membentuk
persekutuan zombie dapat dibangkitkan hanya oleh satu perbuatan. Semua seolah
hidup kembali, kejadian empiris memilukan seolah baru kemarin selesai.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Letih fisik dan
batin luluh dalam semadi yang khidmat. Menghitung luka luka, membaca setiap
perih yang terpanen dari sengitnya amarah membabibuta. Diam dalam perenungan
menunggu pikiran mengendap dan pandangan menemukan cahaya. Lalu berkontemplasi
sendirian, menanya kepada nurani tentang makna semua kejadian, tentang
pengertian palin jujur yang disimpan dalam diam. Seribu filsafat bijak
dikumpulkan untuk menjadi kekuatan pendorong tekad, bahwa kekalahan bukanlah
hal yang menghinakan. Mundur dan memeberi peluang akan lebih mulia bagi
kemanusiaan meskipun tak akan ada dalam berita dunia maya.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Sikap ikhlas
akan membasuh semua pikiran api yang menghanguskan diri, sedangkan sikap legowo
akan meredam geram oleh sebab dendam diam diam. Ikhlas memang tidak mudah,
terutama ikhlas menerima bahwa diri telah kalah oleh semua bentuk perbandingan
duniawi. Lebih sulit lagi tentunya adalah besikap legowo dalam menerima
perubahan sebagai seseuatu yang tidak sama lagi. Perubahan satu sisi yang
merubah semua segi.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Nasehat bijak
dalam semadi mengisyaratkan untuk mengubur kekakuan hati dan kerasnya ego di
kepala. Lebih bijak dalam membaca fakta, bahwa memang perubahan tak bisa
dihindarkan. Bahwa waktu memang merubah segala hal di dalam kehidupan, termasuk
merubah karakter dan kepribadian seseorang. Kita tidak punya kuasa apa apa
untuk mempengaruhi perubahan orang lain menjadi parameter ideal dalam persepsi
kita. Ketika sesorang tiba tiba berubah menjadi asing, tentu ada sesuatu yang
sangat perkasa yang mampu merubahnya. Sesuatu yang sangat perkasa itu bisa apa
saja, segala sesuatu yang merasuki jiwa. Ketika perubahan itu dilakukan tanpa
kesadaran, maka boleh dikatakan perubahan itu karena suatu kemabukan. Suatu zat
baru telah merasuki saraf hinggal mempengarhui pikiran dan persepsi sampai
kepada implementasi dalam berperilaku.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Kelenturan sikap
diperlukan untuk dapat menentukan langkah yang tepat tanpa menimbulkan tangis
berkepanjangan apalagi melahirkan pribadi baru yang <i style="mso-bidi-font-style: normal;">phatetic . </i>Kesadaran nurani yang paling jujur diperlukan demi
menuntun hati menuju cahaya keikhlasan. Bahwa kehidupan ini dinamis bahkan
terkadang inkonsisten. Perubahan pada satu sisi bilik hidup harus diterima dan
disikapi dengan perubahan pesepsi pada diri sendiri. Jika sebuah mustika jiwa
telah mengalami degradasi makna, maka sesungguhnya akan lebih bijaksana bagi
pemiliknya untuk segera melipat meja, mengemasi sisa cerita dan mengemas dalam
peti peti kenangan. <o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Terkadang kita
tidak harus mempertahankan apa yang selama ini dianggap sebagai kenyamanan. Keluar
dari lingkaran kenyamanan itu juga bisa berarti memberikan kesempatan bagi
orang lain untj mencicipi dunia permainan penuh petualangan yang memabukkan. Hanya
mereka yang berjiwa besar dan berdada lebar yang sanggup menahan langkah, lalu
perlahan bergerak menyamping dan merelakan diri tertinggal. Segala bentuk
euphoria akan ada ujungnya, seperti halnya tidak ada pesta yang tidak berakhir.
Jika pengaruh zat memabukkan perlahan susut oleh metabolism tubuh secara alami,
kesadaran akan datang bersama datangnya penyesalan. Dan penyesalan terbesar
bagi kemabukan instant adalah telah mengabaikan kesantunan dan kepantasan
kepada mereka yang mengajari kita tentang peradaban.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Dalam retreat
pelajaran demi pelajaran bijak diterima dari wangsit kesunyian semedi. Bahwa kita
tidak perlu menganggap diri terlalu penting bagi orang lain. Justru orang
lainlah yang selalu lebih penting dari diri kita sendiri. Segala sesuatu tidak
membutuhkan publikasi, tetapi hanya perlu penghayatan yang hakiki demi
kebahagiaan yang paling<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pribadi. Dengan demikian
maka perihnya luka akibat dari perang tidak harus terjadi. Kita bisa berharap,
kita bisa meminta tetapi tidak bisa memaksa. Masing masin orang hanya menjalani
keputusan yang dibuatnya, lengkap dengan konskwensinya. Sesuatu kejadian yang
melumpuhkan mungkin akan meninggalkan luka, tetapi luka akan sembuh oleh waktu.
Koreng yang membekas bisa menjadi catatan masa depan agar kelak lebih hati hati
dalam mempercayai orang.<o:p></o:p></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Memilih berhenti,
menerima kekalahan dengan perwira dan melepaskan segala kepentingan atas
mustika yang kehilangan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>makna sama
halnya dengan merendah dalam kemenangan. Kata hati tak bisa dipaksakan kecuali
diikuti, dan hidup adalah menjalani keputusan terbaik berdasarkan pertimbangan
nurani paling jujur yang jika beruntung dapat kita jumpai dalam kontemplasi
retreat. </span><br />
<span style="font-family: "calibri";"></span><br />
<span style="font-family: "calibri";">Perenungan akan membawa kita kepada jalan dimana hati menunjukkan; tetap berjalan bergandengan atau berhenti lalu saling melambaikan sapu tangan isyarat perpisahan.</span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0in 0in 8pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "calibri";">Rewwin, 160324<o:p></o:p></span></div>
buderflyhttp://www.blogger.com/profile/12938278182948880880noreply@blogger.com0