Sunday, January 01, 2012

Tahun Baru

Ketika asap kembang api sisa perayaan perlahan melesap di udara, maka yang tampak adalah hamparan jalan berbatu dan tenaga yang berkurang satu demi satu. Tahun baru tak ubahnya lanjutan dari perjalanan panjang, titik penanda dimensi waktu yang diagung agungkan dengan kegembiraan yang berlebihan. Angka tahun yang lama seolah olah tamat mejadi benda mati dalam keterkurungan kenangan. Tekad tekad mulia dibangun dalam kuil kuil semangat, pundi pundi harapan ditimbun demi modal perjalanan setahun kedepan. Garis umur menjadi terkotak kotak oleh penyesalan. Lompatan lompatan peristiwa membekas bagai jeda dalam ketukan spasi.

Tahun yang berat hampir menyentuh ujung. Untaian waktu yang menyisakan catatan, torehan peristiwa demi peristiwa, kesakitan dan juga tawa. Tahun kehilangan yang juga berisi catatan tentang pelangi yang kehilangan warna. Dalam tanjakan usia, indeks prestasi tersusun layaknya cekung cekung kali yang kering dan pucat. Terkadang kenyataan menghantam keras dan bertubi, bahkan khayalan sekalipun tumpas tersapu oleh angkuhnya kekuasaan. Kuasa berpikir, kuasa berbijaksana bermakna juga kuasa nasib atas orang lain dibawah titah.

Usia yang mendaki puncak memerlukan pengorbanan disepanjang jejaknya. Terbelanjakan ha hak instimewa maupun kesempatan. Seolah merapuh titian asa, terkadang gelap bahkan tak mampu teraba. Bahkan jejak jejak indahnya menjadi prasasti mati, sesuatu yang layak dibanggai nanti sepuluh tahun lagi. Seiring berkurangnya jatah usia dan menumpuknya kebijaksanaan yang hanyut terbawa olehnya. Semestinya sebentar lagi kan sampai, ke tanjung kesadaran dimana benih benih kebijaksanaan usia akan tertebar disepanjang sisi laut pengalaman.

Jalan didepan sungguhlah lapang, namun akan ada kemarau dan hujan yang terjadi, juga barangkali badai dan bencana didepan sana. Selayaknyalah kaki dilangkahkan penuh keyakinan dan kepasrahan, bahwa jalan yang akan kita lalui barangkali akan kita lewati sekali dalam seumur hidup. Besertanya juga mengandung konskwensi dari perbuatan sepanjang jalan itu. Konskwensi yang kita jalani pada labirin waktu yang disebut orang seabagai tahun baru. Dan perlahan pada saat yang sama kita akan menjadi tua secara otodidak.

Maka sebenarnya tidak ada istimewanya pergantian tahun, kecuali almanak di dinding yang segera bergeser ke tempat sampah untuk ditempati cover yang baru. Segalanya toh akan berjalan sama lagi, menjadi rutinitas lagi dan menyelenggarakan jejak peradaban yang berjalan berulang dalam siklus waktu. Perayaan tidak ubahnya seremoni pamer kegembiraan yang mudharat. Sungguh menjauhkan kita dari nilai luhur kemanusiaan yang beretika tinggi.

Dari dukacita kita temukan pembelajaran tentang bagaimana menyiasati kemungkinan, dan dari ketidak adilan kita belajar mengenai kebesaran hati. Penolakan dan kekecewaan diredam agar tak jadi dendam, senda gurau dicatat sebagai tanda kasih keajaiban Tuhan.

Songgom – Prupuk 111226