:cabekriting
Luka yang tak kasat mata
terkadang mengandung sakit yang tak terkira. Tak seorangpun dapat membayangkan
beban derita si sakit oleh akibat trauma benturan yang menyisa menjadi lebam.
Pembengkakan dan terkadang peradangan jaringan tubuh yang mengalami sakit hanya
tersembunyi di balik kulit. Darah akan mati membeku dan menghitam dalam
gumpalan yang tinggal lama seolah menjadi tanda bagi titik penyesalan yang membatu karang dalam ingatan.
Luka dalam tak seorangpun dapat
mengira perihnya. Ia akan berada disana dalam jangka waktu lama dan hanya si
penderita saja yang tahu persis seberapa parah rasanya. Oleh sebab lamanya
durasi inkubasinya, maka terkadang dalam keseharian luka dalam sering
terlupakan, menjadi keseharian yang lumrah seperti umumnya kehidupan normal
lainnya. Satu saja benturan kecil pada luka, satu saja singgungan lembut pada
sakit maka efek nyerinya akan timbul dalam waktu lama dan parah. Lagi lagi, tak
seorangpun dapat mengira ira seberapa parah perihnya.
Mestinya hanya waktu yang sanggup
mengobatinya, waktu yang akan mengurangi perihnya. Tetapi sesungguhnya luka
dalam tidak akan sembuh permanen oleh sebab luka dalam adalah luka permanen.
Ketika luka dalam dimaksud adalah lukanya hati, maka rasa nyeri yang sering
hilang timbul diibaratkan sebagai iblis dari langit yang bebas dalam menebas
kenormalan. Iblis iblis merubah
kenormalan menjadi keganjilan, merubah orang baik menjadi monster,
merubah tempat baik menjadi neraka tak kasat mata. Luka dalamnya hati tak akan
pernah dapat terobati, dia hanya bersembuyi dibalik jam yang berputar tak mau
berhenti.
Ketika luka dalam baru terbentuk
oleh sebab cerita hidup memang harus demikian, maka dia akan bergabung menjadi
satu dengan luka lama yang sudah ada, luka laten yang menganak pinakkan beban
sakit berkepanjangan berikutnya. Iblis iblis yang diternakkan oleh luka laten
itu akan dengan bebas menganiaya tanpa kenal waktu, tempat dan kondisi. Lebam
produksi baru akan membangkitkan lagi lebam lama, seolah menggarami luka dalam
yang selama ini tertidur, terbius oleh waktu seolah mati.
Luka dalam di rongga ingatan
terkadang menghadirkan kesedihan yang seolah tak berkesudahan. Ialah ketika
matahari tiba tiba terasa padam dimana kegelapan hanyalah satu satunya teman. Kekecewaan demi kekecewaan empiric berjubelan
meracuni pikiran, bagai antrian panjang meminta jatah pukulan. Telah terjadi
kerusakan jaringan tak terlihat yang perlahan merubah semua arah pandang menuju
kepada sesuatu yang berlainan, berkaitan dengan kesan.
Luka dalam, sakitnya selalu ada. Goresannya tidak akan bisa sirna hanya oleh perubahan
sikap tiba tiba, atas nama sikap seolah olah. Semuanya menjadi asing
menyebabkan kecanggungan yang menyiksa. Selalu ada yang tersembunyi dibalik
semua kata dan sikap, selalu ada yang siap untuk menyakiti dan memadamkan
matahari oleh sebab memang luka dalam yang letaknya tersembunyi.
Waktu merubah segalanya, dan
terkadang kita lupa cara menerima perubahan itu dengan bijaksana. Sedangkan kebijaksanaan
tertinggi adalah menyerahkan segalanya keapda Yang Maha Kuasa tanpa menerbitkan
protes diam diam ataupun protes terbuka kepada dunia. Menempatkan diri terlalu
tinggi di peradaban dapat menyebabkan kekecewaan yang memupuk keberlangsungan
luka dalam, memelihara prasangka dalam ingatan. Jika memang waktunya tiba, maka
segala hal yang mungkin terjadi terkadang kita hanya harus bisa menerimnaya.
TMII 160414
3 comments:
Biar tidak sakit ketika luka bagaimana?
Pak Budi, mampir beroase...
semakin bijak Pak Budi semakin menyejukkan..
keyakinan, kesabaran, keiklasan...
melankolis ya, sesuatu yang pernah singgah di hati.. sedikitpun saya tidak pernah bisa melupakan..
hati tak berbatas..
silih berganti
tetapi ada saatnya selalu untuk kembali ke sini..
salam selalu Pak Budi..
trimaksih buat infonya,,
sangat bermanfaat mantap,,
Post a Comment