Segala bentuk
luka akan sembuh oleh waktu, dan segala bentuk kehidupan akan berubah hanya
oleh sang waktu. Setidaknya keyakinan itu masih terpegang dan tetap terbukti
sejak awal mula zaman mulai kehidupan manusia hingga kepada berkembangya
peradaban yang menyertainya. Demikianlah lakon kehidupan.
Waktu menguasai
usia dan atas kuasa waktu pula semua
nilai akan mengalami penyusutan, tak terkecuali perasaan manusia. Kepedulian yang
dulu penuh, perhatian yang dulu teguh akan perlahan juga memudar menjadi pedang
tumpul oleh kuasa waktu. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah telah
ditemukannya hal hal baru sepanjang jalan pengalaman, sehingga kepedulian dan
kepekaan menjadi terkaburkan. Bagi orang yang berhati sensitive tentu ini bisa
disebut sebagai pengabaian.
Mengenal seseorang
sehingga begitu dekatnya ibarat mengenal
udara dalam kehidupan. Dia menjadi bagian tak terpisahkan dari tarikan dan
hembusan nafas, memberi oksigen yang menyelenggarakan hidup. Dan ketika udara
berganti tekanan, suhu, bau bahkan arahnyapun akan sangat mudah untuk dirasakan,
tidak perlu kursus kepekaan rasa. Yang diperlukan hanya peduli sejenak memikir
dan menyimpulkan. Akan lebih mudah lagi jika kita sanggup mengumpulkan dan
memelihara rasa bersyukur sehingga menempatkan udara sebagai sesuatu yang
istimewa.
Matapedang yang
tumpul ibarat cahaya yang perlahan meredup. Keduanya menerbitkan ketidak
yakinan dan lalu menganak pinakkan kebingungan tersendiri yang hanya berputar
putar di dalam ingatan, melahirkan kesimpulan kesimpulan subyektif. Menemukan penyebabnya
akan sedikit sulit, tetapi menginventarisir daftar ketidak sesuaian tentu lebih
mudah. Dari daftar ketidak sesuaian itu semua bersumbu kepada adanya perubahan
suhu, tekanan dan arah dari pergaulan. Mata
pedang menjadi tumpul karena terkikis oleh tebasan tebasan kepada pengalaman
baru, kesenagan baru dan tentunya gairah gairah baru. Pemikiran menyisakan
residu bahwa matapedang yang dulu tajam menusuk hati pada kenyataanya menjadi
menumpul oleh kuasa waktu. Matapedang yang dulu ibarat sinar penerang gelap perlahan
meredup oleh perubahan yang tak bisa terhindarkan. Ketajaman kepekaan persaan sudah
jauh berkurang meskipun bukan sebagai pengabaian. Kepekaan, kepedulian dan fokus
tidak sepenuh dulu.
Ketergantungan
terhadap teknologi dan gadget misalnya, telah menjauhkan orang dari kedekatan
nyata di dunia nyata. Memang benar, pameo yang mengatakan bahwa gadget akan
mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Sungguh pameo itu hanya bisa diamini
oleh mereka yang tidak telibat dalam melakukannya. Gadget soelah menciptakan orang menjadi multi
talenta, yang dapat mengerjakan banyak konsentrasi pada saat yang bersamaan.
Bahkan pada saat seseorang bersama seseorang yang katanya istimewa. Bagaimana
mungkin seorang yang menempatkan sesorang secara istimewa dapa ‘disambi’ dengan bercanda ria atau
berbagi moment dengn group, atau bahkan mengobrol dengan orang lain entah
dimana, entah siapa, bahkan mungkin saling merayu lewat alat canggih itu. Sedihnya
lagi, ketika teguran disampaikan akan hal itu seolah samasekali tidak memiliki
makna. Makna bahwa semestinya keberadaan mereka yang nyata lebih dihargai
daripada hingar bingar dunia maya yang penuh dengan pemujaan akan popularitas. Tetapi
kekuatan gadget memang luar biasa, dia bisa mengabaikan orang yang jelas jelas
sekian senti dari tatapan mata.
Tanpa bermaksud
menyalahkan kemajuan teknologi, gadget juga telah menjadi taman bermain rahasia
yang berbahaya. Semestinya dunia maya juga
diperhitungkan sebagai media untuk menjaga perasaan pasangan, dengan
tidak memamerkan kekaguman, kedekatan maupun intimasi dengan orang lain disana.
Tumpulnya ketajaman mata hati seolah tidak membebani samasekali untuk mengekspose
kedekatan keistimewaan orang orang pujaan di dunia maya. Tujuannya jelas, agar
seluruh dunia mengetahuinya, tak peduli jika itu menyebabkan sakit hati atau
bahkan orang lain bunuh diri. Tentu saja konfirmasi selalu berakhir dengan “tidak ada apa apa” dengan mereka. Tentu saja,
karena lidah tidak bertulang! Tetapi akal sehat juga bisa membaca dengan sangat
mudah, hal yang terjawab sebagai tidak ada apa apa itu bukan sekedar tanpa
makna. Tidak mungkinlah menempatkan orang asing untuk ditempel ketat di dunia
maya, diikuti setiap gerak dan kegiatannya. Bukankah itu memuja?? Tidak
mungkinlah orang samasekali asing namanya akan rajin mengiasi pujian dan
pemujaan di dinding langit maya. Tidak mungkin kalau dia tidak mengitari hati
Ah, sebenarnya disana ada banyak jarum yang siap merejam dada bagi sesiapa yang
berhati lentur. Gadget dan dunia maya telah menumpulkan mata hati sebagai
pecinta, bahkan sebagai manusia.
Tumpulnya
matapedang penuntun hati juga dapat menyebabkan sikap inkonsisten.
Inkonsistensi yang dapat mempengaruhi terhadap kepercayaan sedangkan
kepercayaan adalah modal awal dari suatu hubungan. Janji janji kecil yang
diingkari tanpa merasa bersalah, tanpa merasa terbebani sesungguhnya adalah
cermin paling nyata dari ketumpulan perasaan itu. Pada skema yang lebih besar,
hal yang lebih penting yang menyangkut kualitas dan status hubungan, maka akan
sulit untuk disimpulkan oleh karena alasan yang banyak dan berubah ubah. Akan
tetapi yang paling nyata dari inkonsistensi sebagai akibat dari tumpulnya
kepekaan matapedang adalah ketidak sesuaian antara alasan yang disampaikan
dengan kenyataan yang dijalankan. Semangat baru untuk membagi moment dengan
dunia, dengan orang orang lain yang baru dikenal telah mengaburkan focus perhatian.
Dan jika focus baru itu dulu disebut sebgai pelarian, pada kenyataanya telah
menjadi rumah baru yang menentramkan. Maklum, disana ada pribadi pribadi baru yang mengagumkan, yang lebih membutuhkan
ketajaman mata pedang, perhatian, waktu dan sinar terang.
Matapedang
kebanggaan sudah perlahan menumpul, aus termakan oleh waktu dan kejadian, aus
oleh banyaknya excitement baru yang mengaburkan kepekaan. Bahkan ribuan huruf
yang tersusun dalam kalimat sebagai penjelas dari isi hatipun tinggal hanya
terbaca lalu terabaikan tanpa perasaan. Mungkin memang sudah tidak tajam lagi
kalimat yang tersusun seperti halnya tidak tajamnya mata hati pembaca dalam menyelami makna dari setiap kata
yang terangkai. Ya, hal hal baru
terkadang menggaburkan focus kepada hal lama yang sudah ada dan menjadi bagian
dari udara.
Ketertarikan kepada
udara sudah terpecah pecah oleh ketertarikan kepada hal hal lain yang lebih baru. Dinding
langit yang dulu penuh graffiti akan kisah dua orang yang saling memuja rasa,
perlahan kusam terbengkalai. Jejak sepanjang
jalan buntu itu sekarang sepi seolah tak lagi punya arti. Gemerlap dunia
selebriti maya telah mengalahkan
keberadaannya, teabaikan seolah tidak pernah ada. Kedekatan fisik tidak lagi
menentukan kedekatan hati, terbukti dengan tidak bermaknanya lagi tatapan mata
bahkan ucapan berat berisi segala isi hati. Semua mengabur dalam dengkur,
ditinggal pergi bermimpi penuh fantasi bak selebriti. Udara menjadi tidak menarik lagi , dan matapedang yang dulu selalu
tajam menusuk relung kalbu ketika bedekatan sudah tumpul, sorotnya redup dan
berganti arah ke alam baru penuh gempita.
Jika hal baru,
dunia baru, kesenangan baru telah membius seluruh jalinan syaraf pikiran dan
hati, maka ketajaman kepekaan tenggang
rasa akan menjadi tumpul. Perhatian dan kepedulian akan tinggal sebagai basa
basi semata demi pura pura menjaga persaaan. Maka akan bijak jika kemudian hal
itu diterima sebagai bagian dari cerita yang memang harus terjadi, seperti
halnya kedaaan hari ini yang terbentuk oleh hal hal wajar alami sebelumnya.
Memberikan yang terbaik selagi bias dan selagi memungkinkan adalah cara bijaksana
sebagai langkah mini pembuktian diri
bahwa perbuatan baik tidak pernah sia sia. Baru kemudian, siapkan hati
untuk dapat kuat menerima perihnaya matapedang yang tumpul menembus jantung; saatnya berakhir satu riwayat kehidupan. Mati tinggal nisan kenangan dan lalu terlupakan!
Jogyakarta
160305
2 comments:
Kok ya temanya bisa sama gini sih??
Ajaib.
Iyaaa.., Ajaib!!
Post a Comment