Sudah
bukan menjadi pengetahuan baru bahwa setiap hubungan antar manusia akan
mengalami pasang surutnya, kencang dan renggangnya sendiri dengan sebab akibat
yang bervariasi. Terkadang bahkan diluar pemikiran logika apa yang menjadi
penyebab dua orang bisa begitu akrab dan pada momen lainnya dua orang yang
akrab itu
perlahan atau tiba tiba menjadi asing.
Suami istri
bisa berpisah dalam bentuk perceraian, padahal tekad menjadi suami istri justru
bertentangan dengan perceraian itu sendiri. Ketidak cocokan yang dijadikan
alasan bisa menjadi bemper alasan, mengesampingkan kepentingan lain yang lebih
besar; anak misalnya. Ketika perceraian terjadi maka terciptalah dua manusia
asing baru. Entah keduanya atau salah satunya telah menemukan dunia ideal
diluar perkawinan yang mereka bina dengan awalan penuh perayaan. Penyebabnyapun
bukan sekedar keinginan, karena pasti telah didahului oleh konflik, percekcokan yang
kemudian mencetuskan ide peceraian. Dalam perceraian pasti ada pihak yang
merasa menang dan ada pihak yang merasa dikalahkan. Tetapi jika kita jeli,
korban yang sebenarnya adalah anak anak yang telah terlanjur lahir dari
perkawinan tersebut. Betapa egoisnya orang tua yang bercerai karena arogansi
pribadi dan tidak mempertimbangkan kebutuhan psikologis anak. Sedangkan keadilan kepada anak anak,
dijustifikasi dengan kebutuhan materi yang bakal terpenuhi.
Kemudian
orang pacaran. Semenggebu gebu apapun rindu, sedahsyat apapun perasaan cinta
asmara yang menggilakan, maka waktu akan memudarkannya juga, berubah menjadi
hari hari yang biasa. Penghargaan dan pemujaan akan bergeser kualitasnya, skala
prioritas akan pula turut bergerak mengikuti perkembangan keadaan. Semakin
bertumbuhnya waktu, orang orang baru akan datang dalam pergaulan. Orang orang
baru yang terkadang ternyata dirasa lebih memesona dari dia yang sudah ada
sebelumnya. Asmara yang meluap luap, pemujaan yang berlebih lebihan yang dulu
menggilakan telah menguap seolah lupa. Dalam tahap yang kritis, hubungan
pacaranpun bisa berakhir dengan status putus, tak lagi berpacaran tinggal menyandang
gelar sebagai mantan.
Selanjutnya
adalah teman. Teman yang sebenar benarnya teman adalah hubungan yang tumbuh
bukan karen apa yang terlihat tetapi apa yang dirasa. Segala bentuk hubungan
khsusus dua manusia didasari atau paling tidak diawali dengan pertemanan,
bukan? Konon teman yang baik adalah titisan malaikat yang akan menjaga kita
dari keadaan buruk yang mungkin terjadi. Menguatkan hati dan kaki kita ketika
keadaan melemahkan, dan menjunjung tinggi itikad baik dalam setiap kesempatan. Tenggang
rasa menjadi kunci sedangkan komunikasi yang tidak berlebihan tanpa sadar akan
mengikat dua pribadi dalam bentuk yang kuat. Akan tetapi, waktu juga akan
menentukan akhirnya. Sebagian pertemanan berakhir tragis dalam bentuk permusuhan,
sebagian lagi tetap ada meskipun hanya tinggal dalam kenangan.
Yang lebih
menarik dari fenomena biasa tentang berpisahnya dua orang yang sebelumnya
terikat hati adalah cara cara mengakhirinya. Muslihat dan tipu daya kadang
digunakan hanya untuk menyatakan maksud meninggalkan. Apalagi jika itu terjadi
oleh adanya godaan baru yang lebih menjanjikan. Musuh manusia adalah kebosanan,
dan terkadang orang bisa bosan berinteraksi intensif dengan seseorang lainnya. Demi
menjaga persaan maupun atas nama etika kemanusiaan, maka strategi culas kadang
dimainkan. Yang paling umum dan sering terjadi adalah berpura pura lupa. Pura pura
lupa cara membaca jalan pikiran partnernya. Itu namanya disleksia yang
disengaja, dimana setelah sekian tahun berjalan bersama dan sama sama berada di
halaman buku yang sama tiba tiba menyimpulkan pengakuan bahwa dia lupa caranya
mengerti jalan pikiran dan sikap partnernya. Sikap tiba tiba seperti itu dapat menimbulkan kebingungan dan kekecewaan, terkadang malahan kemarahan. Tidak dipungkiri memang , tidak
ada satupun manusia yang bisa menyelami jalan pikiran orang lain apalagi dapat membaca isi hati orang lain. Tetapi
interaksi istimewa bertahun tahun pasti akan menciptakan intuisi dari
kedua orang tersebut yang tanpa sadar terbentuk dalam sebuah jalinan telepati. Jadi
ketika seseorang yang begitu dekat dan hidup dihati bertahun tahun, seolah
telah manjadi satu bagian dari kehidupan biasa sehari hari tiba tiba menyatakan
bahwa dia tidak memahami apa yang kita rasa, sesungguhnya itu adalah disleksia
yang disengaja. Kebohongan memang dipraktekkan tanpa perasaan!
Kesengajaan
untuk lupa cara membaca perasaan hati partnernya sama saja mengabaikan tenggang
rasa yang selama ini sudah ada dan membentuk semacam perekat tak terlihat bagi
dua jiwa. Ketika sengaja disleksia dilancarkan sebagai strategi, sesunggunya
mudah saja menyimpulkan keadaan bahwa sebetulnya hubungan istimewa itu sudah
tidak lagi istimewa. Penjagaan dan penghargaan yang begitu tinggi selama ini
menjadi seolah olah tidak berarti. Sengaja disleksia dalah tindakan yang sangat
menyakiti dan dapat membalikkan keadaan yang harmonis menjadi antagonis bahkan
terkadang melahirkan dendam. Sungguh kasihan bagi mereka yang diabaikan begitu
saja dengan sengaja hanya karena datangnya fase baru di dunia baru yang
tersembunyi.
Nasehat
saya untuk mereka yang teraniaya oleh sikap sengaja disleksia ini adalah,
berhentilah menjerit, berhentilah meratap, berhentilah memvisualisasikan
perihnya perasaan dalam rangkaian kata
kata. Terimalah sakit hati sebagai sakit yang harus terjadi. Sebab, sebanyak
apapun ekspresi dan visualisasi perasaan hati, sudah samasekali tidak ada arti.
Dia sudah pura pura lupa membaca perasaan hati kekasihnya. Maka segala yang
tertulis dengan penuh perasaan akan terbaca tanpa perasaan.
Rungkut
160224
4 comments:
tidak bosan sya membacanya. kata2 nya luar biasa...
bner bnget, hubungan manusia antar manusia sering trjadi pasang surut. hal ini sring trjadi pd khidupan sya. entah alasan apa yg mnbuat persahabatan kt begitu dekat, dan entah alasan apa pula yg membuat berpisah. sehingga pershabatan sya mnjadi terkotak2. sahabat wktu kecil, shabat ketika remaja, dn shabat ketika dewasa...
Terimakasih mas Andy Langit...
bud... sehat ? rindu bercengkrama. masih ingatkah ?
Hello, Ni.... Kabar baik, sehat selalu. Tentu ingat, teman lama sejak lama. Apa kabarmu>
Post a Comment