Hujan dan angin
puyuh mereda, iblis penyiksapun ikut berheti tertawa. Sejenak badan kehilangan
rasa, terhuyung huyung limbung mencari suaka kedamaian. Palagan hanya berisi
api dan puing puing kata kata, yang meruncing disetiap ujungnya. Jiwa menjadi letih teraniaya oleh beratnya siksa hati yang seolah tiada berujung dan berpangkal. Perkelahian selalu saja memproduksi korban, setelah mata menjadi rabun oleh debu debu masa lalu. satu demi satu kebaikan yang tertanam dulu perlahan berangsur layu oleh waktu. Tak ada tempat
berlindung, kecuali mundur dari medan tempur.
Perang ini
semata hanyalah pengulangan yang sama pada durasi waktu yang berbeda. Serombongan iblis dari
masalalu telah beranak pinak di langit maya dan datang sesukanya besama teman,
simpatisan dan keluarganya. Semuanya menyerang dengan pedang karatan , memberi
kontribusi sakit yang sama. Kiranya luka hati akan tinggal abadi, membentuk
persekutuan zombie dapat dibangkitkan hanya oleh satu perbuatan. Semua seolah
hidup kembali, kejadian empiris memilukan seolah baru kemarin selesai.
Letih fisik dan
batin luluh dalam semadi yang khidmat. Menghitung luka luka, membaca setiap
perih yang terpanen dari sengitnya amarah membabibuta. Diam dalam perenungan
menunggu pikiran mengendap dan pandangan menemukan cahaya. Lalu berkontemplasi
sendirian, menanya kepada nurani tentang makna semua kejadian, tentang
pengertian palin jujur yang disimpan dalam diam. Seribu filsafat bijak
dikumpulkan untuk menjadi kekuatan pendorong tekad, bahwa kekalahan bukanlah
hal yang menghinakan. Mundur dan memeberi peluang akan lebih mulia bagi
kemanusiaan meskipun tak akan ada dalam berita dunia maya.
Sikap ikhlas
akan membasuh semua pikiran api yang menghanguskan diri, sedangkan sikap legowo
akan meredam geram oleh sebab dendam diam diam. Ikhlas memang tidak mudah,
terutama ikhlas menerima bahwa diri telah kalah oleh semua bentuk perbandingan
duniawi. Lebih sulit lagi tentunya adalah besikap legowo dalam menerima
perubahan sebagai seseuatu yang tidak sama lagi. Perubahan satu sisi yang
merubah semua segi.
Nasehat bijak
dalam semadi mengisyaratkan untuk mengubur kekakuan hati dan kerasnya ego di
kepala. Lebih bijak dalam membaca fakta, bahwa memang perubahan tak bisa
dihindarkan. Bahwa waktu memang merubah segala hal di dalam kehidupan, termasuk
merubah karakter dan kepribadian seseorang. Kita tidak punya kuasa apa apa
untuk mempengaruhi perubahan orang lain menjadi parameter ideal dalam persepsi
kita. Ketika sesorang tiba tiba berubah menjadi asing, tentu ada sesuatu yang
sangat perkasa yang mampu merubahnya. Sesuatu yang sangat perkasa itu bisa apa
saja, segala sesuatu yang merasuki jiwa. Ketika perubahan itu dilakukan tanpa
kesadaran, maka boleh dikatakan perubahan itu karena suatu kemabukan. Suatu zat
baru telah merasuki saraf hinggal mempengarhui pikiran dan persepsi sampai
kepada implementasi dalam berperilaku.
Kelenturan sikap
diperlukan untuk dapat menentukan langkah yang tepat tanpa menimbulkan tangis
berkepanjangan apalagi melahirkan pribadi baru yang phatetic . Kesadaran nurani yang paling jujur diperlukan demi
menuntun hati menuju cahaya keikhlasan. Bahwa kehidupan ini dinamis bahkan
terkadang inkonsisten. Perubahan pada satu sisi bilik hidup harus diterima dan
disikapi dengan perubahan pesepsi pada diri sendiri. Jika sebuah mustika jiwa
telah mengalami degradasi makna, maka sesungguhnya akan lebih bijaksana bagi
pemiliknya untuk segera melipat meja, mengemasi sisa cerita dan mengemas dalam
peti peti kenangan.
Terkadang kita
tidak harus mempertahankan apa yang selama ini dianggap sebagai kenyamanan. Keluar
dari lingkaran kenyamanan itu juga bisa berarti memberikan kesempatan bagi
orang lain untj mencicipi dunia permainan penuh petualangan yang memabukkan. Hanya
mereka yang berjiwa besar dan berdada lebar yang sanggup menahan langkah, lalu
perlahan bergerak menyamping dan merelakan diri tertinggal. Segala bentuk
euphoria akan ada ujungnya, seperti halnya tidak ada pesta yang tidak berakhir.
Jika pengaruh zat memabukkan perlahan susut oleh metabolism tubuh secara alami,
kesadaran akan datang bersama datangnya penyesalan. Dan penyesalan terbesar
bagi kemabukan instant adalah telah mengabaikan kesantunan dan kepantasan
kepada mereka yang mengajari kita tentang peradaban.
Dalam retreat
pelajaran demi pelajaran bijak diterima dari wangsit kesunyian semedi. Bahwa kita
tidak perlu menganggap diri terlalu penting bagi orang lain. Justru orang
lainlah yang selalu lebih penting dari diri kita sendiri. Segala sesuatu tidak
membutuhkan publikasi, tetapi hanya perlu penghayatan yang hakiki demi
kebahagiaan yang paling pribadi. Dengan demikian
maka perihnya luka akibat dari perang tidak harus terjadi. Kita bisa berharap,
kita bisa meminta tetapi tidak bisa memaksa. Masing masin orang hanya menjalani
keputusan yang dibuatnya, lengkap dengan konskwensinya. Sesuatu kejadian yang
melumpuhkan mungkin akan meninggalkan luka, tetapi luka akan sembuh oleh waktu.
Koreng yang membekas bisa menjadi catatan masa depan agar kelak lebih hati hati
dalam mempercayai orang.
Memilih berhenti,
menerima kekalahan dengan perwira dan melepaskan segala kepentingan atas
mustika yang kehilangan makna sama
halnya dengan merendah dalam kemenangan. Kata hati tak bisa dipaksakan kecuali
diikuti, dan hidup adalah menjalani keputusan terbaik berdasarkan pertimbangan
nurani paling jujur yang jika beruntung dapat kita jumpai dalam kontemplasi
retreat.
Perenungan akan membawa kita kepada jalan dimana hati menunjukkan; tetap berjalan bergandengan atau berhenti lalu saling melambaikan sapu tangan isyarat perpisahan.
Perenungan akan membawa kita kepada jalan dimana hati menunjukkan; tetap berjalan bergandengan atau berhenti lalu saling melambaikan sapu tangan isyarat perpisahan.
Rewwin, 160324
No comments:
Post a Comment