: mp
Pada akhirnya langkahpun perlahan
goyah, meniti pematang karang dengan kaki nurani telanjang menuju kepada akhir
kisah. Batin tak sanggup lagi menahan jutaan jari menunjuk muka, menghempaskan
pada ketidak berdayaan akut. Hari hari terakhir tercatati dengan dada sesak
sebagai hitungan mundur menuju penghabisan. Tangis menderu ketika satu demi
satu batu kerikil dan lumpur kita rangkai agar menjadi tembok yang memisahkan untuk
selamanya. Bukankah dunia sudah berbeda seratus delapan puluh derajat ketika
tembok penghalang sudah terbangun kelak? Dan bukankah kehidupan menjadi
buta ketika kita tak harus saling tahu
kisah hidup yang menyertai perjalanan kita sendirian kelak?
Langkah kecil telah dinobatkan
sebagai niat, meskipun batin tak bisa berhenti menggusiri setiap lapis rahasia
di langit maya. Dan itu sama halnya dengan menikam nikamkan belati karatan
kedalam jantung sendiri yang terbakar, mengetahui begitu banyak kejadian
terlewatkan selama ini, dan begitu banyak yang temuan diantara coretan coretan kenangan
di dinding langit. Kegusaran memporak porandakan tegguh yang terbangun dengan
susah payah, dengan segala upaya rahasia lewat jalan sangat teramat sepi.
Berkelahi melawan ego sendiri,
dan lalu tersungkur oleh kekalahan telak saat ini, seolah berharap bumi akan
kehilangan matahari untuk selamanya; sebab dalam gelap kita hanya berteman
pikiran. Mengajari hati untuk memahami harapan yang terlahirkan premature, sama
halnya menelanjangi keegoisan sendiri yang selama ini berjubah kompromi. Rasanya
memang tidak ada hak untuk untuk menolak
kemauan itu, seolah mengebiri cita cita mulia yang tak sanggup terwujud nyata
dari semula.
Pada saat batin lelah dan sengsara
oleh tindasan rasa, kenangan masa lalu dan bayangan masa depan mempermainkan
ingatan dengan kejamnya. Sepasukan iblis bernama prasangka menyerbu tak pandang
bulu, melesat dari kisi kisi langit maya dan langsung menghujam kedalam metabolisme
kehidupan amat pribadi. Raga telah kehilangan ruhnya, bergerak seolah hidup
bagai zombie ditengah pasar. Pikiran dan hati telah pergi meninggalkan
kerangka, mengembara memunguti kisah kisah tersembunyi yang terkumpul sebagai
bahan menyiksa diri. Mestinya kejujuran menjadi cahaya ketika pandangan gelap
oleh keruh pikiran. Ya, kejujuran memang menyakitkan laksana godam yang
menghantam dada, tetapi terungkapnya kebernaran justru lebih menyakitkan ibarat
mata pedang yang menusuk punggung tembus ke dada.
Sabana cosmic maya meninggalkan
begitu banyak jejak, sehingga tak sanggup mata menghidarinya. Firasat firasat
terangkai menjadi kronologi yang akurat melalui catatan catatan yang sengaja
tersebar di dinding langit. Ingar bingar kasih sayang dirayakan sebagai monument
pribadi, seolah lukisan perjalanan cerita baru yang tersembunyi di balik dinding
goa. Inilah kisah baru dari dunia lama yang sebentar lagi tinggal cerita, dunia
baru berisi kisah kisah baru yang sedang bertumbuh dengan perkasanya. Kisah kisah
perjalanan terabadikan dalam kubangan suka cita. Kesuka citaan yang membunuh
semua kata kata jawaban dari pesan pesan yang terkirim dalam rangkaian kalimat
panjang berisi jerit kesakitan dan tangis kekanakan. Tidak ada satupun tanya
terjawab, tidak ada satupun pernyataan yang tertanggapi oleh sebab memang jerit
tangis tak lagi memilki arti.
Sesungguhnya hidup hanyalah
perjalanan pada seutas pita rekam panjang, dan mustahil untuk dapat
menghapuskan dari satu adegan untuk melompat kepada frame lainnya tanpa harus
menjejakkan kaki di keduanya. Membagi kisah tersembunyi justru akan memberikan
kekuatan karena penghargaan, bahwa telah tumbuh tunas baru yang akan
menggantikan kisah lama yang konon istimewa. Kompromi ego akan memberikan
pengertian yang dewasa dengan kesadaran bahwa kita menyudahi sebuah kesalahan
yang kita sadar sejak dini dan kemudian menyesatkan kita hari ini. Tidaklah
mungkin langit dapat menyembunyikan semuanya, dan segala yang tersembunyi akan
bermetamorfosa menjadi kenyataan yang mematikan.
Niat baik untuk tidak melukai
terkadang justru menimbulkan luka yang lebih mengerikan dan dapat berakibat
pada kematian. Segala kebaikan akan bisa musnah seketika oleh kenyataan yang
disembunyikan dengan sengaja karena sesungguhnya tidak ada yang patut
disembunyikan, tidak ada yang pantas menjadi sesuatu yang tersembunyi bagi
sebuah hubungan yang terjalin penuh percaya. Bukankah tidak ada pertanyaan
gusar maupun keraguan selama kita saling pecaya? Dan ketika keguasaran membumi
hanguskan keberadaan siang dan malam, maka sesungguhnya tak lebih dari
kepercayaan yang dipertanyakan.
Pada akhirnya, pengakuan atas
kekalahan, atas kesalahan akan mengakhiri kisah indah salaam bertahun tahun dan
berganti dengan hari hari sepi penu rasa nyeri, ketika setiap detik yang
dijalani melulu berisi cerita tentang lolongan mengasihani diri.
Rewwin, 160219
1 comment:
apakah ini adalah cerita ttg perpisahan dan tdk mampu untuk menghapus kenangan indahnya...?
maaf jika saya salah...hehheh
Post a Comment