Setan tidak
lebih adalah sikap menyimpang yang kita amini, kita turuti dalam berkehidupan.
Jikapun sebagian berpendapat dia bukanlah diri kita sendiri, itu semata mata
adalah cara paling ideal untuk mengkambing hitamkan hal lain kecuali diri
sendiri. Karena setan tidak ubahnya dalah diri kita sendiri yang terhanyut
dalam negatifisme pikiran, kemudian diterjemahkan dalam sikap yang belebihan.
Sikap yang melanggar tatanan norma kepantasan mapun aturan peradaban yang tidak
tertulis, tetapi terpatri dalam nurani setiap manusia. Jadi setan adalah
belahan hitam dari sifat manusia itu sendiri yang keluar dari pakem
kemanusiaannya.
Penguasaan atas
setan pada diri manusia diterjemahkan dalam berbagai bentuk perilaku yang merugikan
orang lain yang sejatinya adalah merugikan diri sendiri. Rugi yang amat besar.
Akan tetapi sungguh tidak ada manusia yang bisa terhindar dari bahaya terlarut
dalam kekuasaan setan. Itu karena sebagian dari perilaku menyimpang yang
dikategorikan sebagai produk setan adalah hal hal yang menyenangkan secara
rahasia, terutama memberi kepuasan ego. Acap kali perilaku salah yang dilakukan
dengan sadar kemudian menimbulkan penyesalan (bagi mereka yang memang berwatak
dewasa), namun tidak jarang juga justru menimbulkan ketertagihan bagi
pelakunya. Jadi setan itu bisa adiktif.
Diantara dari
sekian banyaknya produksi setan adalah perasaan dendam. Seseorang yang memiliki
sifat pendendam akan memuaskan egonya dengan menurutkan dendam itu dalam
berbagai bentuk yang merugikan. Dendam adalah perasaan memendam rasa tidak
terima untuk dibalaskan dengan kesengsaraan yang berlipat lipat ganda
jumlahnya. Dan dendam timbul secara subyektif dari perasaan sakit hati.
Seseorang yang hatinya pernah tersakiti tidak akan pernah kembali pulih seperti
sedia kala. Rasa sakit dalam hati akan melukai jiwa dan menjelma menjadi magma
di dalam batin yang pada suatu saat dapat menggejolak dan meledak. Guncangan
guncangan karena ketersinggungan perasaan oleh ucapan maupun perbuatan dapat
memicu timbulnya bencana api.
Kompromi nurani
adalah satu satunya cara untuk dapat “menyembunyikan” si gunung api. Kompromi
menghasilkan kaldera yang tentu saja mengandung kesuburan untuk menumbuhkan
tetanaman mimpi maupun harapan bagi kehidupan masa depan. Dan kompromi
memerlukan kekuatan yang maha besar, untuk menerima kekalahan sebagai sebuah
ketidak berdayaan. Komprimi artinya merelakan sebagaian dari hidup yang
terbangun untuk diterima sebagai sesuatu yang telah hancur dan tak bisa
dibangun lagi, harus ditinggalkan dan tak diharapkan lagi manfaatnya. Dan bagi
lelaki, maka penghinaan yang paling menghancurkan adalah binasanya martabatnya
sebagai lelaki, ditempat dimana ia membangun investasi sosialnya.
Mereka yang
berpandangan picik akan menganggap bahwa sikap negative seseorang yang pernah
disakitinya adalah semata mata karena setan telah menguasai hidupnya. Padahal,
jika mau sedikit membuka mata sebenarnya sikap yang disesalkan itu tidak lebih
adalah anak anak setan yang dia tanamkan bertahun tahun silam. Penghinaan yang
sedemikian buruk telah membinasakan makna kemuliaan yang selama bertahun tahun
berusaha dibangun dari kehancuran. Harga diri yang karena penghinaan bagi laki
laki sungguh sangat menghancurkan kehidupan, mematikan matahari di siang hari
dan meniadakan rembulan ketika malam. Di dalam kegelapan itu terjadi
perkelahian panjang dengan segala macam nelangsa, benci, amarah bahkan rasa
malu karena telah dilecehkan oleh orang justru seharusnya menjaga hatinya. Sungguh
sebuah proses rekonsiliasi yang termat mahal, memboroskan umur dan sekaligus
mempertaruhkan kebahagiaan pribadi.
Rasanya sudah
sepantasnya jika kita selalu belajar menjadi bijaksana, dengan membukan diri
untuk mencoba merasakan apa yang orang lain rasakan atas sikap dan perbuatan
kita di masa lalu. Seseorang yang dihancurkan di masa lalu dan kemudian
memutuskan untuk bertahan dan membangun kembali puing kebanggan, dengan
sekaligus memberikan baktinya kepada orang yang telah menghancurkannya sungguh
tidak layak untuk direndahkan lagi. Cita citanya untuk menjadi orang baik layak
untuk dihargai dengan cara cara yang membesarkan hati. Bagaimanapun juga, dia
telah melewati ribuan siang dan ribuan malam dalam perang batin yang sangat
melelahkan dan menyakitkan. Mempersembakan kembali luka masa lalu sebenarnya
dalah perbuatan tolol yang hanya mungkin dilakukan oleh orang orang yang tolol
pula.
Anak setan bukan
lahir dari udara, melainkan tertanam di dalam hati yang baik lewat perkawinan
antaran kebohongan dan penghianatan. Bayi bayi setan itu berkubang dalam kawah
yang tertutup oleh lembaran waktu yang amat rapuh. Erupsinya mendatangkan pedih
yang ribuan kali perihnya dari luka awal yang membentuknya. Hidup tidak
sesederhana kata kata, sedangkan sikap menggampangkan sembarang mencerminkan
kedangkalan nalar. Sungguh tidak bijaksana menyepelekan perasaan orang lain yang
berusaha memberikan kebaikan dan kemudahan hidup kita.
Maka pada
akhirnya, terkadang orang akan menyesali kebaikannya sendiri yang sia sia.
Sungguh mengerikan rasanya membayangkan menjadi laki laki yang mati dengan
menanggungkan sakit hati. Terlebih lagi, sungguh rendah mereka yang
menyebabkannya.
Panjang Jiwo
131030
No comments:
Post a Comment