Si Lia anak Mak Layur hari ini menikah. Kelas dua SMU, tiga bulan hamil
oleh Jay pacarnya yang anak Kampung Lubang Buaya. Pestanya besar besaran, tiga
malam anak anak remaja teman kakaknya begadangan. Puncaknya hari ini, pagi pagi
ke KUA, akad nikah dengan maskawin uang seraturs ribu. Acaranya khidmat, si
Mada Caplang kakaknya yang jadi walinya oleh sebab bapaknya lia sudah enam
tahun di akherat. Seharian speaker besar melantumkan lagu lagu campur aduk,
dari lagu Sunda, Dangdut, Barat, Betawi, bahkan lagu lagu alay jaman sekarang;
girl band dan boy band!
Lia bukan jenis gadis periang dan banyak inisiatif, haus ilmu pengetahuan
dan punya khayalan liar tentang penjelajahan, tentang pengetahuan dan
pengalaman. Dia hanya anak bontot pendiam dengan sorot mata yang nyaris tak
bercahaya, dan kabarnya jika ada kemauannya tidak dituruti, atau dia ada
dipuncak marahnya, maka segala perabotan dan barang barang dirumah akan hancur
lebur menjadi sasaran kedahsyatan amukannya. Dia sejenis anak yang harus selalu
terpenuhi keinginannya dan emaknya tidak punya pilihan lain dikarenakan
kecintaanya pada titisan darah dan ruhnya yang menjelma jadi cantik jelita,
hamil pula. Pacarnya kebetulan sesama ABG, bermuka tiris dan punya potensi
merusak kehidupan orang lain. Type cowok ABG yang diidamkan cewek cewek ABG
karena tampang. Enah bagaimana ceritanya, yang pasti Lia hamil oleh lelaki yang
hari ini resmi menjadi suaminya. Jay.
Sewaktu zaman dimana nilai moral masih menjadi azas yang berwibawa,
kejadian Lia tentu adalah aib keluarga yang menghancurkan banyak aspek. Orang
menyebutnya Tenggur, sebuah abreviasi dari Meteng Nganggur (hamil tanpa nikah).
Berbulan bulan orang orang akan memperbincangkan dengan sembunyi sembunyi
perihal kehamilan yang tidak dilengkapi dengan status suami bagi si hamil. Dari
gossip, berkembang jadi desas desus yang selalu ditunggu kelanjutan kisahnya.
Menjadi pembicaraan negatif orang orang dilingkungan tentunya aib sebagai
hukuman yang sangat berat bagi nama baik keluarga. Sebab keluarga adalah
investasi sosial.
Saking aibnya, banyak usaha dilakukan orang kurang cerdas ini untuk menutup
nutupinya. Meng- abort proses yang sedang jalan menjadi solusi paling umum;
gugurkan kandungan. Pada level yang lebih ekstrim, aib justru dicoba di delete
pada saat si janin sudah menjadi orok yang berarti menjadi seorang manusia yang
kelak mungkin jadi pemimpin dunia. Untuk menyembunyikan pelanggaran moral
memang kadang diperlukan laku amoral. Sebuah jibaku dengan taruhan nyawa yang
mengandungkan atau yang dikandungkan. Banyak contoh teman teman Lia yang mati
dicekik pacarnya hanya karena diminta bertanggung jawab atas sperma yang mulai
menggumpal di rahim. Lia sungguh orang
yang beruntung!
Miris juga, ternyata soal tenggur bukan lagi menjadi hal yang terlalu
mengganggu. Ada degradasi moral di lingkungan kita yang sebenarnya sangat
memprihatinkan. Mak Layur mungkin bisa menjadi salah satu prototype statement
diatas itu. Nyatanya pernikahan anak bungsu tersayang berjalan lancar jaya,
semua seusai dengan anggaran dan lebih melegakan lagi pihak mertua yang
kebagian sebagai donatur wajib dan lagi tunggalnya. Mertuanyalah yang harus
menanggung sejumlah angka atas kebejatan anak laki laki mereka membejati anak
perempuan Mak Layur. Prosesnya sama dengan prosesi pernikahan Betawi pada
umumnya. Pakai nyebar undangan, pakai datang kerumah rumah memberitahu, pakai
pengajian majlis taklim, pakai acara resepsi juga meski kali ini tanpa organ
tunggal.
Sama sama pernikahan, tetapi motif dari terjadinya pernikahan itu
sebenarnya yang menentukan ruh yang dapat dirasa dari pesta perkawinan.
Perkawinan normal datang dari dua orang dari dua lembaga berbeda yang
menggalang niat sangat kuat untuk mendirikan satu lembaga baru sebagai
penanaman modal sosial. Persiapannya bertahun tahun, kalkukasi segala macamnya
termasuk kriteria pasangan pengantin sudah diperhitungkan masak masak dan hati
hati, menghindari zero accident. Pernikahan seperti itu akan terasa memang
khidmat, dihadiri teman dan kenalan yang datang mengucapkan selamat dengan
tulus, membagi kebahagiaan dengan perjamuan dan suasana menyenangkan.
Perkawinan karena tenggur kebalikan dari itu semua!
Betapa nikmatnya menjadi masyarakat sederhana, yang menjunjung tinggi
kepatutan dan perilaku susila. Sebuah lingkungan beradab yang jauh dari
intervensi hukum karena sedikitnya kejahatan dan pelanggaran norma sosial. Dari
lingkungan seperti itulah semestinya bayi bayi lahir dan tumbuh dewasa dengan
ketulusan dan memegang teguh misi untuk selalu mengumpulkan kebaikan dimuka bumi.
Bukankah dengan mengumpulakn kebaikan maka seseorang akan memiliki kesempatan
lebih untuk membagi kebahagiaan yang lebih besar (?). Ketika setiap perilaku
tunduk pada mazab formalistis, niscaya setiap yang beridentitas Indonesia
adalah agung dan mulia, oleh perilaku warga negara maupun tamu tamunya.
Betapa nikmatnya menjadi masyarakat sederhana, dimana setiap orang berlaku
dan bersikap apa adanya. Ternyata, sejarah peradaban dunia bermula dari
hubungan cinta antar manusia. Tidak peduli jenis kelaminnya!
Gempol 120602
No comments:
Post a Comment