Tuesday, January 31, 2006

Jika engkau harus pergi

Jika memang engkau harus pergi wahai secuil hatiku, berjalanlah menjauh dengan kepala tegak dan dagu terangkat pasti menuju tempat teduh yagn kau tuju.

Engkaupun tahu, aku tengah berada di tumpukan badai yang mengamuk bertubi tubi tanpa engkau sanggup menyentuhnya. Badai ini telah dirancang khusus buatku, buat menceraikan damai dan harapan jiwaku. Aku melihatmu, berdiri menggigil diluar lingkaran api yang mengurungku.

Jika memang engkau harus pergi, tolong jangan lupakan jabat tanganku untuk malaikat kecil yang selalu menyertaimu. Nanti bagilah cerita pencerahan tentang makna kepasrahan, ceritakan bahwa dulu pernah ada seorang manusia yang berjuang menjadikan diri manusia dengan bentuk yang tak karuan karena benturan berulang ulang. Ceritakanlah tentang rumah indah yang sempat dibangunya, dengan atap, dinding dan lantai terbuat dari kesementaraan kabut.

Jikapun engkau harus pergi, dipenjara apiku bau nafasmu tak pernah surut, kuhirup menjadi pemandu langkah sampai badai ini usai, atau setidaknya akan kusimpan jadi mantra penyejuk kalbu yang hangus merana.

Jika engkau harus pergi, engkaupun tahu telah kupilih jalan cadas ini, menggendong tanggung jawab di ransel kodrat sebagai manusia. Ya, hanya sebagai manusia yang bodoh dan hina dimata Sang Pencipta.

Jika memang engkau harus pergi, biarkan ruhku selalu mengiringimu dan doa dari isi semesta memohon agar dijaga engkau dari segala bencana yang menghancurkan nilai.

Gempol 060131