Wednesday, January 11, 2006

Cinta dari bawah rindang pohon ceri


Jam setengah sebelas, matahari serius memanggang bumi. Lalulintas bergemuruh dari jarak sekitar 8 meteran tempat duduk, dibawah rindang pohon ceri ditepi jalan TB Simatupang. Kendaraan bagaikan peluru baja dengan malaikat kematian berseliweran dijalanan, melesat cepat diatas jalanan beton seperti hendak ketinggalan sesuatu, atau sekedar bergembira mengendalikan gerak mekanis peluncur badan. Dan teduh pohon ceri jadi oase pilihan.

Diluar lingkupan rindang daun dan ranting ceri, kehidupan terlihat gersang dan ngangas angas. Kehidupan berjalan diam diam dalam alam bathin, mengumpulkan semua memori menggapai gapai kemungkinan masa depan. Kursi plastik, sebotol teh botol dingin menemani, menyempurnakan indahnya kesederhanaan membungkam gemuruh lalu lintas dibelakang punggung.

Didalam sana, ada sunyi yang melapisi gemuruh yang tak teraba. Tak ada suara apa apa, sebab gemuruh itu dikejauhan, terbungkus oleh deburan diluar kebekuan lautan masadepan. Atau hanya diri yang terlalu egois untuk menerima dan mengakui kemenangan sang nasib? Ah, seharusnya diri berhenti mempertanyakan, bukankah keindahan menjadi ada karena ada ketidak indahan?

Dibawah rindang pohon ceri dengan sesekali udara yang dilemparkan setiap kendaraan yang melintas menampar lirih, menunggu satu proses kejadian selesai, membuat nurani haus akan makna. Lalu datang serang bapak, berkaos oblong dan bercelana pendek menggendong seorang anak laki laki berkulit coklat, berumur sekitar tiga tahunan, berbaju ngejreng merah dengan motif kartun warna kuning dan putih sana sini. Dalam pangkuan ayahnya, sikecil mengantuk, matanya kliyep kliyep, merem melek, sesekali memandang kosong tanpa beban, berusaha melawan kantuk yang menyerang, terkantuk dan tergagap lagi karena sesuatu. Sang ayah dengan lembut memeluk tubuhnya yang mungil, meniupi kepalanya agar lekas lelap tidur sang bocah. Dan anak kecil coklat lucu berbaju merah itupun akhirnya samasekali mengatupkan mata, terlelap dalam nyaman dan aman lindungan dada sang ayah.
Terlihat cinta yang begitu kental mengikat bathin keduanya, kedamaian dibalik bathin sikecil yang tak berdaya didada ayahnya. Bayi itu begitu fragile, so weak and protection needed. Kesejukan luar biasa terimbas cinta yang begitu sempurna di keduanya.

Cinta dari bawah pohon ceri akhirnya mendatangkan kesejukan dalam hati sepanjang hari Selasa yang panas ngangas angas…

Simatupang, 060110 - 1023hrs

No comments: