: MP
Ibaratkan badan, kamu adalah tangan kanan sedangkan aku adalah tangan kiri. Tangan kanan menggenggam belati tajam, mamiliki daya serbu dan daya rusak sedemikan kejam. Tangan kanan lebih dominan. Sedangkan aku adalah tangan kiri. Tidak terlalu banyak fungsi kecuali melengkapi keperluan tangan kanan. Tugasku melindungimu, menangkis serangan dan menyokong tangan kanan jika membutuhkan. Tugasku hanya memberimu keseimbangan dan pemenuhan atas segala yang kau butuhkan.
Ibaratkan badan, kamu adalah tangan kanan sedangkan aku adalah tangan kiri. Tangan kanan menggenggam belati tajam, mamiliki daya serbu dan daya rusak sedemikan kejam. Tangan kanan lebih dominan. Sedangkan aku adalah tangan kiri. Tidak terlalu banyak fungsi kecuali melengkapi keperluan tangan kanan. Tugasku melindungimu, menangkis serangan dan menyokong tangan kanan jika membutuhkan. Tugasku hanya memberimu keseimbangan dan pemenuhan atas segala yang kau butuhkan.
Suatu hari tanpa
sebab, aku kau lukai dengan belatimu yang selalu terhunus. Dilukai begitu saja
tanpa kamu merasa seolah rasa sakit itu ada. Nyerinya sampai ke tulang
seketika, perihnya melumpuhkan hampiir seluruh kehidupanku. Aku jatuh pingsan
dihantam kenyataan. Ketika siuman, badanku sudah penuh luka goresan. Darah
menyembul dari kulitku yang koyak lalu mengering di tempat, menegaskan garis
garis sayatanmu. Aku mungkin sekarat, tak sanggup mengangkat martabat yang kau
tumbangkan. Duniaku hilang seketika, berganti dengan kebingungan yang
membingungkan bingung. Matahariku padam saat itu juga.
Hingga kemudian
kutemukan gudang setan, tempat demons hidup dan beranak pinak. Kutemukan ruang
ruang kenyataan masalalu yang melulu
berisi perihnya dicurangi; sakitnya dikhianati. Aku kecewa karena kamu
sampai hati menyakitiku. Aku kecewa karena aku kira akulah rekan terbaik dalam
hidupmu, seperti aku menganggapmu sebagai bagian dari kehiduapnku, bagian dari
duniaku. Tetapi yang membuatku paling kecewa adalah bahwa telah kau serahkan
kerhormatanmu yang selalu kujaga kepada tubuh lain. Aku kecewa dan mengutuk
diriku sendiri karena tidak bisa menjagamu dengan baik. Tetap tidak bisa
kumengerti alasan sebab kamu tega menikamku, justru pada saat aku tengah
mendukung perjuanganmu. Aku sangkakan aku pendukung tunggalmu, hingga
kusembunyikan letihku darimu hanya agar kamu tidak mencemaskanku. Kecemasan itu
adalah bagianku, bahkan cita cita rahasiaku adalah mengadopsi semua
kecemasanmu. Tapi aku kecewa kamu menghianati ketulusanku.
Kuratapi lukaku
penuh penghayatan. Aku berada di level paling bawah, paling dasar ketidak
berdayaanku melawan. Seluruh persediaan kekuatanku sudah kukerahkan, mencengkeram ledakan
sakitku dalam pikiran. Hidupku menjadi berantakan. Langkahku menjadi tanpa arah
(atau, barangkali memang aku tidak pernah melangkah). Aku hanya tinggal punya nyawa saja. Aku
merasa tidak layak berada di dunia tanpa cahaya ini. Sakit yang kau beri telah
berporses menjadi koreng menganga berwarna biru, merah dan hitam kotor. Lukanya
membengkakkan bagian lengan yang tak terluka disekitarnya. Rasa sakitknya
menyebabkan kesakitan ke seluruh kitaran kehidupan tangan kiriku, bahkan sampai
ke seluruh badan –mungkin termasuk kamu. Lukaku dapat kau lihat dan kamu bisa
berempati. Tetapi sebenarnya hanya aku yang bisa merasakannya sendiri, menerima
dan menjalaninya sendiri. Kamu tidak akan pernah bisa merasakan karena yang
terluka adalah aku, bukan kamu.
Kamu tahu
tentang luka? Setiap luka adalah gerbang terbuka bagi masuknya bakteri maupun
virus yang bertebaran tak kasat mata. Macam macam virusnya, tetapi akan lebih
mudah untuk menginventarisir akibatnya. Virus dan bakteri berbahaya dan
mematikan dapat masuk ke seluruh badan melalui luka yang kamu buat ini.
Perjalanan kuman dalam badan akan menyebabkan berbagai penyakit mengerikan yang
pernah kita dengar di dunia kedokteran. Bahkan konon luka terbuka juga dapat
menyebabkan infeksi yang bisa menyebabkan kematian atau minimal amputasi.
Kamu adalah
bagian dari ruh diniaku, tidak mungkin aku akan sanggup menyebabkanmu sakit atau
sedih. Tugasku adalah melindungimu! Kutahankan sakitku sekuat kuatku. Bukan
sakit pada luka terbuka buatanmu, tetapi sakitku meladeni pikiran pikiran buruk
yang datang tak kenal waktu dan tak
kenal berhenti. Aku sungguh tidak mengerti jalan pikiranmu hingga kamu sampai
hati melukaiku. Pertanyaanku tentang mengapa kamu lakukan itupun hanya
membentur di udara, tidak menemukan jawaban logisnya. Begitu banyak
argumentasimu bahkan kepada hal hal yang berniat membuatku merasa diunggulkan
olehmu, tetapi toh kenyataanya kamu memutus urat nadiku karena lalai pada
keberadaanku. Secara template sudah semestinya kamupun turut menjaga dan
memelihara sinergi kita, bukan malah meremukkannya. Aku menyesalkan apa yang
sudah kamu lakukan; bukankah sudah berulang kukatakan untuk tidak lagi
memberiku kejutan buruk bagi hidupku?
Lukaku masih
bernanah, menjijikkan bagi siapa saja yang melihatnya. Engkaupun pasti malu
memiliki partner seperti keadaanku sekarang. Hari hariku muram oleh menekan
perang fiksi yang terus saja terjadi. Perang dalam pikiran antara kemauan hati
dan nasehat bijak dari logika. Perang itu semakin meriah saja dengan banyaknya
rahasia yang kamu sembunyikan dariku selama dua tahun keparat itu. Selama itu
pula setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari engkau dustai aku. Dan
selama itu pula setiap detik, setiap menit, setiap jam dan setiap hari aku
memujamu, menempatkanmu di tempat paling istimewa dalam batinku. Tetapi rupanya
engkau memilih nyaman dengan mendustaiku.
Perang fiksiku
telah meluluh lantakkan kebanggaan dan harga diriku. Seluruh pencapaian dan
kebanggaanku telah runtuh dan sia sia bersama penghianatanmu. Aku telah menjadi
cacat oleh sebab apa yang kau perbuat. Aku terpuruk dalam ketidak berdayaan
yang gelap tanpa cahaya, dan kamu enteng saja menganggap semua hanya masa
lalu belaka.
Harus kuterima
dan kujalani semua seperti pintamu, seperti rencanamu. Sayatan hanya akan
meninggalkan bekas luka, tetapi sakit yang didalam akan terbawa sampai hidupku
berganti alam. Terimakasih karena kamu telah mengantarkanku tepat ke pintu lorong
panjang bernama kematian.
Kost,
190524
1 comment:
bingung pulang kerja tidak tahu mau mengerjakan apa
ayo di tunggu apa lagi segera bergabung dengan kami
di i/o/n/n/q/q kami tunggu lo ^^
Post a Comment