Friday, July 21, 2006

Jika Engkau Mati...

Jika engkau mati nanti air mata menghiasi raung kehilangan bukan perlambang dari cinta yang diceraikan kecuali kekecewaan atas kenyataan yang datang terlalu dini. Sekedar ekspresi mengasihani diri atas kekecewaan runtuhnya tiang harapan.

Kematian adalah hal yang pasti yang kita tanda tangani ketika pertama kita ada dan menghirup wangi udara bumi. Terbebas dari gelap rahim bunda, dengan benderang menjadi menyambutnya. Sekejap saja, lalu datang gelap lainya dan kita tidak akan kembali lagi.

Jika engkau mati nanti, coba cacah dalam ingatanmu orang orang yang mungkin akan meratapi pergimu; tak seorangpun tersenyum melihatmu terbebas dari kejenuhan akan kemunafikan dunia. Mereka seolah menganggapmu berarti, padahal hidup berjalan normal dalam hitungan hari setelah pergimu. Tak ada yang mengingatmu lagi sebab mereka tahu tak ada gunanya mengingat orang mati. Jadi bangkai, itu pasti.

Jika engkau mati nanti, berjalanlah tenang sebab kematian hanyalah siklus akhir dari kehidupan, berbanggalah bahwa engkau telah menyelesaikan peranmu dalam babak yang belum tentu engkau faham apa judul episodenya…

Jika engkau mati kelak, ucapkan salam terakhir kepada matahari yang tidak akan kau temui lagi sesudah ini…

Jika aku yang mati, maka tersenyumlah mengiringku sebab aku telah selesaikan kewajiban hidupku sebagai manusia…

Porta camp mile 38 – Papua 060721