Thursday, May 10, 2007

Mengenal iblis

(Demons ternyata adalah perwujudan dari fikiran kita sendiri, ia ada untuk merusak dan menyesatkan kita, Mbun. …)

Iblis adalah bentuk dari pikiran negatif yang tercipta dari batin diri sendiri. Ia berkembang atau merana tergantung seberapa besar kita mengasihani diri. Cara memeliharanyapun mudah, tinggal membagi bagi mereka dalam kandang kurungan dalam cangkang ego, maka lestarilah kehidupan si iblis dalam jiwa dan tubuh seseorang. Ia ada karena keberadaanya diada adakan sebagai tindak kecengengan atas sesuatu yang menimpa. Sebuah tragedy yang dialami seseorang bisa dengan mudah menebar larva larva iblis ke dalam seluruh sendi fikiran seseorang. Alasanya adalah hati yang tersakiti atau lebih lunak lagi sebagai reaksi dari pembelaan diri.

Ketika waktu berjalan begitu lambat, kegiatan si larva yang dititipkan oleh takdir untuk membusukkan akal kita telah membentuk menjadi kerajaan hantu dalam fikiran, mati dan hampa rasa, hanya bau busuk semata. Segalanya menjadi musuh dan langkah tertancap di beton penyesalan. Akal sehat dimabokkan oleh cacian yang terus menerus meluncur ke angkasa. Seluruh layar kehidupan menjadi muram dan jalan setapak dihadapan kehilangan rambu pijakan. Kekuatan hati yang dulu dibanggakan bisa bangkrut dalam hitungan hari bahkan waktu kehilangan harganya yang begitu berarti. Hidup serasa dikelilingi tembok ketidak yakinan, ketidak pastian dan ketidak berdayaan. Mengelilingi begitu ketat sehingga mematikan kemungkinan untuk melintasinya. Terkurung dalam kerangkeng negeri iblis ciptaan yang tak tersadari.

Pada titik terendah maka segala hal dan setiap mahluk hidup bisa menjadi penjelmaan dari iblis ‘ciptaan’ diri sendiri, memiliki kekuatan dahsyat untuk merusak atau sekedar memporak porandakan tatanan yang kita bangun sejak lama, bahkan sebagian tatanan hidup yang kita bangun sejak zaman masih kanak kanak. Segalanya menjadi terdramatisir dengan bumbu tragedy di awal cerita, menampakkan kemuraman kemuraman panjang yang seolah menjadi lumpur yang membenamkan kehidupan dan segala isi ceritanya yang nyata. Kebahagiaan menjadi menjauh, dan amarah menggumpal menyumbat aliran darah dan menimbulkan berbagai penyakit; psikosomatis.

Iblis memiliki sifat yang sama dimanapun berada, yaitu memprovokasi akal sehat untuk menjadi buta dan ngawur dan mengatasnamakan penderitaan bathin sebagai lagu sepanjang hari. Beruntunglah bagi sebagian orang yang memiliki saluran untuk mengekspresikan polah sang iblis dalam fikiran melalui bentuk bentuk karya seperti tulisan maupun karya seni lainnya sebab dengan begitu ia akan memiliki tonggak sejarah untuk ditelaah nanti jika badai derita ciptaan iblis mulai reda. Tidak ada sesuatupun di muka bumi yang abadi, segalanya menjanjikan perubahan buruk maupun baik. Demikian pula umur sang iblis, hanyalah tergantung kepada seberapa lama seseorang akan memeliharanya supaya tetap ada dan hidup di dalam fikiran, menjadi penguasa dan raja atas keadaan.

Karena keberadaanya memang dipertahankan secara tidak sadar oleh emosi, maka kepergiannyapun akan sesederhana datangnya. Mengabaikan adalah cara terjitu untuk mengaburkan daya rusak si iblis. Mengabaikan apapun yang dibisikkan sebagai provokasi, mengabaikan dampak kerusakannya terhadap laju pemikiran bahkan mengabaikan keberadaanya didalam diri kita sendiri. Seorang sahabat hati berpendapat bahwa ibils tidak akan mati, ia hanya bersembunyi tertimbun debu tipis penampilan sang matahari. Benar, bahwa mereka tidak mati, iblis adalah dzat yang tidak bisa mati, selama pikiran masih berfungsi. Ia ada dan terus mencari celah untuk memprovokasi fikiran, menyulut emosi untuk menghujamkan belati karatan masa lalu ke dalam jantung sendiri. Iblis sebagai pengejawantahan pikiran negatif kita akan terus menjadi oposisi yang mencari kesempatan untuk menyesatkan kepasrahan kita kepada hidup, dengan kata kata yang membakar dan pernyataan pernyataanya yang vulgar. Ia ada, didalam diri setiap manusia yang mengenakan jubah pembela dan berlagak sebagai hakim yang memalsukan tindakan pembelaan diri kepada siapa saja yang bingung untuk menentukan langkah bijaksana.

Mengenali iblis yang hidup dalam alam fikiran kita, adalah sama saja dengan mengenali diri kita sendiri dengan sangat diam diam. Semakin keras kita melawannya, semakin dahsyat pula daya rusakknya untuk jiwa kita…



Gempol – Nutricia, 070509