Thursday, October 09, 2003

Jongos


19 orang tenaga kerja wanita yang bekerja jadi jongos di Kuwait dipulangkan karena ketidak adilah yang mereka terima dinegeri impian. Sebagian mereka dianiaya, dipenjara, diperkosa tanpa rasa manusia. Mereka hanya ingin bekerja, mencari uang, mengharap gaji bulanan dan pulang kekeluarga mereka di kampung dengan uang cukup. Itulah typical kehidupan jongos, manusia bernurani dan bermartabat yang bahkan menurut pandanganku terkadang lebih bermartabat daripada pemegang kuasa atau yang merasa menguasai mereka atau orang orang dengan tipe seperti itu. Aku tahu persis kehidupan jongos, aku tau persis bagaimana rasanya jadi jongos, menjadi orang sisa sisa dengan martabat sisa sisa.

Indonesiaku menangis keras, sesak dada oleh beratnya beban duka dan ketidak adilan dunia yang harus dialami.

Crime Driver Banyuglugur

Kecelakaan bus di Banyu Glugur situbondo yang diekspos tv membuatku mau nggak mau berduka. Mungkin aku tak pernah bertemu dengan mereka apalagi mengenalnya, tetapi ke 54 orang korban yang kesemuanya tewas terbakar. 51 orang siswi SMK Yapemda , dan empat laki laki yang juga guru dan pemandu mereka terpanggang dalam bus yang terbakar. Ekspresi duka menyayat yang jujur yang ditampilkan di tv sepertinya mau tak mau mengajak seluruh isi bumi menangisi tragedy itu.
Ada yang agak menggelitikku, ketika media mengekspos pernyataan pejabat direktur Lalulintas Babinkam Mabes POLRI Brigjend Pol Ananto Boedhiardjo berjanji dalam 1x24 jam akan sanggup menentukan tersangkanya. Untuk pemahamanku yang dangkal dan awam tentu menggelitik karena pendapatku, opini public akan membacanya sebagai ajang pencarian si bersalah, ya si tersangka dimaksud, kemudian dihubungkan dengan 54 nyawa yang gosong dalam bus, maka si bersalahlah yang menyebabkan duka mendalam dan penderitaan bathin anggota keluarga dan jutaan simpatisan ke 54 korban. Si bersalahpun tanpa dicap maupun divonis oleh orang ramai tentu sudah akan sangat tertekan mungkin bisa saja gila kalau memang super ego yang dimilikinya kuat. Kecelakaan lalulintas, korban mati puluhan, terjadi dimedan yang memang rawan dan dengan rambu rambu (marka) jalan yang jelas, toh tetap saja kecelakaan. Menurutku, mental, attitude ‘human’ nya lah yang lebih layak jadi tersangka. Ketaatan pada peraturan, ketaatan pada ketentuan, perhitungan matematis (teknis mengemudi), pemahaman akan akibat akibat negative dari negligence serta pola hidup yang berdisiplin dan teratur akan sangat banyak membantu menghindari dan mengurangi korban mati sia sia seperti di situbondo. Yang terjadi sekarang dalam pandanganku adalah kecelakaan lalulintas ini akan menjadi semacam delik pidana (mungkin karena timbul korban?), menetapkan tersangka seperti penjahat jalanan yang melecehkan marka jalan. Ya aku setuju kalau begitu!!!