Thursday, October 30, 2003

Dibalik Dinding Kaca

Dibalik dinding kaca satu dunia tersimpan
sembunyi
engkau pasti tak melihatnya
sebab memang tak pernah kau jenguk sisi sepi hidupku,
kecuali ketokohan yang kau sempurnakan
Dunia di balik dinding kacaku perlahan menindasku
justru oleh kehadiranmu,
perlahan menjadi ketakutan atas pribadiku yang kerdil.

Sepotong sepotong kisah terangkai diam diam
ingin kupadamkan perlahan.

Jakarta, 30 Oktober 2003

Wednesday, October 15, 2003

Si Miskin dan Trantib

Di Jakarta, ‘orang orang miskin’ digusur, bersikeras dan berakhir bentrok dibeberapa tempat. Orang orang berebut simpati mendatangi, mengecam aksi pemerintah DKI dan berlagak jadi malaikat. Intinya sama, rebut simpati untuk kelompoknya. Orang orang yang digusur itu memang tidak seharusnya ada disana, liar dan sikap Trantib DKI pun buatku adalah penegakan hukum. Aku sendiri setuju penegakan hukum dengan ekses apapun. Mereka bukan korban tapi pelaku buatku. Maju terus Trantib, tegakkan keadilan sekecil dan seberat apapun!

Kosong

gelisah, kosong, angan menenelanjangi sesal, menjejalkan kejang pada mimpi. Aku ingin waktu segera menghanyutkanku ke peluk malam dimana tak kujumpai gelisah menikam.
Suara suara tanya jadi hambar dikepala, sebab tak ada jawab yang keluar dari hati. Pagi tadi kusulut api dari kediaman waktu, sekedar mengingatkan waktu Aku sendiri asing pada nyanyian dari seberang kaca jendela..

Kusangka kota ini berisi tentram, rupanya kemanjaan yang takut takut dipertahankan sementara gemuruhnya menjejalkan sunyi yang menjerit jerit mentertawai usia yang merapuh…

Saturday, October 11, 2003

Balada Perempuan Malam

:Ria
Petir jaman mendamparkanku pada lampu lampu malam bersama jutaan lagu yang terperdengarkan mengikuti apapun kata hati (ataukah hati yang dibuat buat mengikuti segala nyenyanyian?)
Ia mencoba menjadi tiang tanpa akar menentang ombak yang terus berputar seperti jarum arloji. Kontradiksi hidup tak lagi punya makna sebab hidup hanyalah sekedar hidup, sekedar berbirahian...

Telah kuretas temali layarku ucapmu pada senja kesekian,
Kubiarkan nuraniku mengarungi laut tanpa tuju, aku tak lagi dahaga meski kerongkonganku terbakar keinginan normatif
Dan setiap lekuk tubuhmu, juga suara yang mendayu dayu palsu atau bau ketiakmu memabukkan setiap lelaki yang membiarkan kau sandarakan kepala dan harapan liar hari ini dipundaknya.

Pada saatnya engkau berjalan sendiri,
Berucap syukur karena badai tak merobohkan bentengmu, bahkan mengikisnyapun tidak kecuali buah kenangan yang hanya kau pendam sendirian hingga membusuk dalam peraman perasaanmu...


BPN, 11 Oct 03

Sesal

Bahkan senyum diwajahmupun tak kukenali lagi
Bahkan rasa yang kucaripun tak kuingat lagi meski kudapatai tanpa kurasai
Matematika hidup tak lagi hidup oleh sang pencari

Sebungkus kenang kenangan hambar mengendap diam diam
Tinggal sesal karena malam melulu berisi birahi; dan busuk bau sampah kota
Dari manakah datang penghuni penghuni bumi yang selalu bersembunyi
Yang hanya memperdengarkan tawa sebagai undangan?

Sesalku bagai serpihan gambut dipantai Lamaru
Dan kepribadianku adalah bangkai ubur ubur yang menghias tajam terumbu
Sungguh tak kutemukan kesadaran dari darah yang menetes dari kaki kiriku yang tertoreh waktu,
Sebab hidup hanya menunggu arti mimpi, mengekang keinginan dan berontak kepada kenyataan

(sebongkah hati meratap ratap dari jauh, menggema gema didalam kalbu sunyiku)

Balikpapan, 11 Oktober 2003

Thursday, October 09, 2003

Jongos


19 orang tenaga kerja wanita yang bekerja jadi jongos di Kuwait dipulangkan karena ketidak adilah yang mereka terima dinegeri impian. Sebagian mereka dianiaya, dipenjara, diperkosa tanpa rasa manusia. Mereka hanya ingin bekerja, mencari uang, mengharap gaji bulanan dan pulang kekeluarga mereka di kampung dengan uang cukup. Itulah typical kehidupan jongos, manusia bernurani dan bermartabat yang bahkan menurut pandanganku terkadang lebih bermartabat daripada pemegang kuasa atau yang merasa menguasai mereka atau orang orang dengan tipe seperti itu. Aku tahu persis kehidupan jongos, aku tau persis bagaimana rasanya jadi jongos, menjadi orang sisa sisa dengan martabat sisa sisa.

Indonesiaku menangis keras, sesak dada oleh beratnya beban duka dan ketidak adilan dunia yang harus dialami.

Crime Driver Banyuglugur

Kecelakaan bus di Banyu Glugur situbondo yang diekspos tv membuatku mau nggak mau berduka. Mungkin aku tak pernah bertemu dengan mereka apalagi mengenalnya, tetapi ke 54 orang korban yang kesemuanya tewas terbakar. 51 orang siswi SMK Yapemda , dan empat laki laki yang juga guru dan pemandu mereka terpanggang dalam bus yang terbakar. Ekspresi duka menyayat yang jujur yang ditampilkan di tv sepertinya mau tak mau mengajak seluruh isi bumi menangisi tragedy itu.
Ada yang agak menggelitikku, ketika media mengekspos pernyataan pejabat direktur Lalulintas Babinkam Mabes POLRI Brigjend Pol Ananto Boedhiardjo berjanji dalam 1x24 jam akan sanggup menentukan tersangkanya. Untuk pemahamanku yang dangkal dan awam tentu menggelitik karena pendapatku, opini public akan membacanya sebagai ajang pencarian si bersalah, ya si tersangka dimaksud, kemudian dihubungkan dengan 54 nyawa yang gosong dalam bus, maka si bersalahlah yang menyebabkan duka mendalam dan penderitaan bathin anggota keluarga dan jutaan simpatisan ke 54 korban. Si bersalahpun tanpa dicap maupun divonis oleh orang ramai tentu sudah akan sangat tertekan mungkin bisa saja gila kalau memang super ego yang dimilikinya kuat. Kecelakaan lalulintas, korban mati puluhan, terjadi dimedan yang memang rawan dan dengan rambu rambu (marka) jalan yang jelas, toh tetap saja kecelakaan. Menurutku, mental, attitude ‘human’ nya lah yang lebih layak jadi tersangka. Ketaatan pada peraturan, ketaatan pada ketentuan, perhitungan matematis (teknis mengemudi), pemahaman akan akibat akibat negative dari negligence serta pola hidup yang berdisiplin dan teratur akan sangat banyak membantu menghindari dan mengurangi korban mati sia sia seperti di situbondo. Yang terjadi sekarang dalam pandanganku adalah kecelakaan lalulintas ini akan menjadi semacam delik pidana (mungkin karena timbul korban?), menetapkan tersangka seperti penjahat jalanan yang melecehkan marka jalan. Ya aku setuju kalau begitu!!!