Friday, January 27, 2006

Tunggu aku dipantai pengharapan

(Kepada seseorang yang mulai kehilangan)
Tangan mungilmu menggapai gapai, jeritmu terdengar memilukan menyaksikan diri tercabik oleh ribuan iblis dalam badai gelombang yang menenggelamkan. Aku sibuk meladeni, perkelahian sejuta musuh dalam ingatan, hingga engkau kehilangan lengan dan dadaku yang biasa menghangatkan. Diantara gemuruh perangku, kulihat tubuh mungilmu menggigil ditepi pantai, berteriak berharap seseorang akan datang mengulurkan tali untukku lepas dari kepungan taufan.

Aku akan terus berkelahi, aku akan terus meninju dan menendang musuhku yang datang berombongan tak bosan bosan. Di perairan ini pula dulu kau temukan aku, terengah kelelahan sesudah perkelahian pertama yang panjang, lalu kau balut semua luka lukaku, kau obati permukaan kulit hatiku yang membusuk, merawatku bak sebutir telur yang rapuh. Lalu aku jadi kuat, mampu berdiri dan melihat setelah keyakinanku koyak, bahwa aku hanya akan berhadapan dengan kematian, kegilaan ataupun terali penjara. Kau menjadi pupuk bagi sebatang hidupku yang teracuni penghianatan.

“ Will you be back?”
Tanyamu berdesir bersama miliaran pasir yang berkelip kelip disekitar pipimu yang basah oleh air mata. Tatapan mata beningmu memanduku, untuk tetap optimis bahwa iblis akan terkalahkan dan badai akan berlalu pergi dari kehidupan, dimana permukaan akan kembali tenang. Berharaplah dan terus berharap, aku akan muncul dari puing puing peperanganku suatu hari nanti, mungkin dengan kaki pincang atau dengan dada penuh lobang, yang pasti kubawakan padamu cerita seribu malam dalam pertempuranku.

Tunggu aku dipantai pengharapan, wahai malaikat bayanganku, sampai badai mereda dan suara tak lagi menggemuruh meremukkan gendang telinga. Sampai riak ombak mendamparkan jasadku, bahkan jika aku tak pernah lagi kembali mencium bumi, tenggelam dalam samudera berbadai yang abadi….

Tunggu aku, sebab hanya itu semangatku…


Burned cubicle 060127