Saturday, March 10, 2007

Namaku Karla

Namaku Karla.
Aku lahir dari perkawinan antara luka dan dendam, lewat celah batu pualam. Lalu kutawarkan kepada sesiapa saja pejalan diriku bak barang dagangan. Silahkan mencicipi tubuhku yang berlumur nanah, silahkan menjamah auratku yang berbau darah. Murah saja, hanya dengan secangkir iba dan sejumput simpati (meskipun imitasi) orang sudah boleh memiliki keseluruhanku, mentransformasikan diri mereka menjadi pahlawan yang kemudian boleh mencemooh pahlawan pahlawan terdahulu lainya. Merendahkan orang orang mulia sekaligus membenamkan kualitas diri sendiri.

Namaku Karla,
Maka kepada seorang lelaki pahlawan, hidup pernah kutitipkan suatu ketika. Celaka, bahkan lelaki pahlawanpun mengandung unsur setan di dalam dirinya. Maka jadilah ia setan, dan aku menjadi pengemis atas belas kasihan, lalu ia menjelma jadi udara. Sejak itu aku jadi pengemis kepada setiap lelaki yang kujumpai, berharap mereka adalah salah satu reinkarnasi dari sang Superman. Sedangkan yang aku temui adalah lelaki lelaki yang menyembunyikan kelamin mereka sendiri dikepala, sekedar singgah untuk menunjukkan kemampuan birahi semata. Tidak apa, toh tetap lelaki juga. Ah, tanpa sadar aku telah menjadi pelacur buat mereka, telah melacurkan diriku kepada setiap lelaki yang singgah dan kemudian berak di hatiku. Aku mengobral martabatku sendiri untuk kepuasan nafsu besarku yang tak terkendali.

Namaku Karla
Akulah kesedihan atas ribuan tahun terluka sendirian, berjalan kesepian dengan beban ribuan ton penyesalan (?). Mari setubuhi aku dimana saja sesuka kita. Aku tidak pernah berhenti orgasme setiap kali kulit tubuhku menyentuh sembarang lelaki. Jangan risaukan soal dosa atau nilai, tentang moral maupun tatakrama. Setangkai kembang, sebentuk cincin, segudang pemberian hanya basa basi belaka, selebihnya nafsu binatang yang berbungkus kepura puraan; pura pura jadi manusia.

Namaku Karla
Bagiku hidup berjalan mengikuti kemauanku, memenuhi semua harapan liarku. Aku tak punya batas untuk belas kasihan dan telah kumatikan sejak lama saraf tenggang rasa. Kalimat kalimat nasehat terdengar seperti kentut yang lewat. Duniaku adalah duniaku, berbatas langit dan bumi yang melulu berisi kebenaran tentangku. Aku berbeda dari pelacur kebanyakan juga lain daripada iblis umumnya. Aku adalah keindahan yang disia siakan, si malang yang perlu timbunan belas kasihan, yang lalu dengan itu kumanfaatkan untuk mengendalikan dunia; dunia katak dalam tempurung.

Namaku Karla,
Tak ingat lagi berapa banyak lelaki pernah menitipkan birahi dengan caranya, dengan jumlah imbalanya sendiri sendiri. Tak tersisa buatku sesal maupun rasa salah, sebab aku adalah ibu dari kebenaran mutlak. Maka aku marah jika lelaki yang seharusnya menciumi jari kakiku, justru memilih jalannya sendiri yang diam. Murka jika lelaki yang kuharap bisa kupecundangi berpaling dan melangkah pergi tanpa kata kata. Lelaki seperti itu adalah lelaki munafik menurutku, dan aku marah sebenar benarnya marah karena mereka menolak mencium pantatku.

Aku perlu pahlawan baru untuk marahku, untuk lukaku, untuk dendamku, dan untuk birahiku yang menggebu…

Gempol lewat tengah malam, 070310