Tuesday, February 14, 2006

Si zalim Yang Menangan

Filsafat negeri dongeng sungguh menyesatkan, bahwa kezaliman akan selalu kalah oleh si benar, bahwa pahlawan terlahir untuk menumpas ketidak adilan. Lalu kebenaranlah pemenang sejatinya. Teori itu hanya menyemangati anak anak kecil untuk menanamkan budi baik kepada kehidupan supaya tidak ada kezaliman dari keturunan keturunan selanjutnya. Nyatanya dalam dunia sebenarnya, kezaliman lebih terasa kemenanganya ketika segala aturan dirampas dan ditindas dengan semena mena, bahkan untuk membuktikan bahwa si zalim lah yang berkuasa atas sabuah kejadian.

Ketika si zalim berkuasa atas sebuah pribadi, maka apapun yang dikehendaki si zalim ini menjadi kenyataan dengan serta merta. Lalu si pribadi hanya merasa telah menjadi korban dari kelaliman si zalim tanpa mampu memberikan pembelaan yang memadai. Ketidak mampuan untuk melakukan pembelaan adalah karena nurani si pribadi yang meng-upgrade kolam toleransinya menjadi semakin luas dan lebar meskipun menggerogoti daratan logika.

Ketika si zalim berkuasa atas sebuah pribadi, maka ekspansinya bisa semena mena, bahkan merekrut bayi bayi kebaikan untuk dijadikan aparat pelaksana kekuasaan kezaliman, menjadi sebuah tirani yang akhirnya akan melembaga dan membudaya. Ya, tirani peradaban namanya. Ini bukankanlah kehidupan rekayasa ketika kebiadaban sebuah tirani menjadi sesuatu yang umum berlaku, menciptakan rezim kolonialisme yang sangat menggerogoti nilai nilai kehidupan. Kebangkrutan moral dan keboborokan budi pekerti menjadi indikasinya, ketika si terjajah berubah menjadi pemberontak yang hanya bisa membarontak kepada dirinya sendiri dan pada saat yang sama lumpuh layu menghadapi bengisnya kekuatan tirani kelaliman.

Paparan diatas hanya terjadi pada sebuah gelembung dunia bagi sebuah pribadi, sebuah cerita kehidupan manusia. Ya, setiap manusia memiliki gelembung dunianya sendiri sendiri, hidup dan tinggal dalam gelembung itu dalam kesendirianya sendiri. Terkadang tak ada orang lain dari gelembung dunia lain yang bisa membantu bangkit dari keterjajahanya karena memang dinding gelembung menghalangi. Yang bisa dilakukan adalah berteriak teriak menguatkan semangat dari luar lingkaran, dan ketika teriakan melemah, maka penjajahan terus saja terjadi dan terjadi semakin merajalela.

Pahlawan yang diharapkan diidentifikasi sebagai striyo piningit sebuah retorika pemaksaan harapan bahwa akan datang satu sosok atau satu kekuatan yang akan menghancurkan birokrasi si zalim ini, kemudian mengembalikan harkat hidup ketempat yang semestinya. Dalam cerita ini, satriyo piningitnya sedang terjepit diantar dua batu karang dengan gelombang pasang yang mengempas dan menghantam setiap detik dan menit yang dijalani, dan tetap mencoba terus mempertahankan nafas yang melekat dibadan. Pahlawan ini bernama hati, yang karena kelaliman si zalim teraniaya dan menjadi kerdil namun tidak mati. Dialah yang akan membela kepentingan yang tertindas, menjadi pahlawan yang sejati bagi sebuah kehidupan di gelembung dunia sebuah kepribadian.

Penggambaran tentang kemenangan si zalim dalam dongengan pengantar tidur masa kanak kanak tidaklah sebengis dari kenyataan yang terjadi di dunia kenyataan, supaya nantinya anak anak yang tumbuh menjadi manusia utuh bisa belajar sendiri tentang nilai hidup yang harus dijalani tanpa harus terus terkooptasi dengan dongengan yang menghibur sebelum berangkat tidur itu.


Gempol suatu pagi, ketika iblis menyerbu dari segala penjuru, 060214