Friday, March 30, 2007

Moksa

(mantra jingga embun dan matahari)
kepada: Liu Huang Fei


Langit biru muda. Luas tak bertemu batas hampa membahana. Ketenangan yang suwung tanpa kejadian tanpa catatan dan menghilangkan kemungkinan masadepan. Kita menjadi gumpal awan itu, putih mengambang perlahan, berjalan tanpa kaki, tanpa mata dan tanpa rasa. Langit ini begitu bebas menjadi tempat kita berenang dalam gelembung perbedaan yang saling bersentuhan. Damai yang membuncah menyaru antara perih yang mencacah, diantara kecemasan yang mengikuti dibawah permukaan arus udara. Kehilangan perbedaan nuansa.

Hening tenang lindap segala suara dan gerak, hanya sayap fikiran mengepak lembut menjelajahi kedalaman sonyaruri. Ah, bahkan dimensi waktupun tak lagi punya jeda dilautan langit tanpa kesunyian maupun kegaduhan ini. Kesejukan menjelajahi pori pori menterjemahkannya menjadi lukisan bunga dipelupuk mata. Medan ini terlalu luas, kokoh dan indah untuk bisa ditembus iblis. Terlalu tinggi hingga hanya berisi dewa dewi yang menyingkir menyilakan kita ada.

Rintik gerimis hangat menyaput wajah, senyummu mengembang dengan tangan erat di gandengan. Di matamu yang bening pelangi membayang menampakkan tetarian Gambyong para bidadari. Hidup begitu luas hingga tak tersisa tempat bagi kekhawatiran masa depan, juga tak punya ruang bagi kekecutan masalalu. Kita hanyut dalam irama syahdunya dan rembulan layu tersipu ditengah hari melumuri batang tubuh kita dengan ketenangannya.

Mengalirlah hanyut berarak wahai hati yang hidup, mengikuti arah angin kan membawa mengembara. Tak ada masa lalu juga masa depan, hanya keluasan sebagai tawaran rute perjalanan. Tak ada rambu maupun penghalang hanya rasa yang menghambur memenuhi seluruh isi jagad.

Disini, hanya ada kita, langit dan udara….serta cinta yang tak tertembus materi…


Glassbox, 070330