Wednesday, February 01, 2006

All I know


“Engkau semakin menjauh…”
Bisikmu pada angin Januari yang basah disutau senja yang gelisah. Bisikan itu memecah gemuruh hati yang koma, membangkitkanya sesaat sebelum jatuh pingsan lagi untuk yang kesekian kali.

“Aku hanya tahu, sesuatu yang dahsyat menyedot energiku, aku tak berdaya dipermainkanya, menempatkanku pada ruang kubus yang sempit pengab. Aku hanya tahu, semakin tenggelam dikedalaman dunia mini yang kupilih sebagai ‘bijaksana’”

Tanganku erat terikat oleh rantai kewajiban dengan gembok bernama kesemestian. Bahkan untuk mengecup air matamu yang berlinanganpun aku tak kuasa, terhalangi oleh dinding kaca setebal kemustahilan.

Samar terdengar, tangis kehilangan mengiringi keterbenamanku, dilumpur lengket yang melumpuhkan tangismu jadi hymne pengiring kematianku bagi hidupmu, dimana hidup baru harus berjalan tanpamu menggenggam lenganku, menguatkanku untuk terus menapaki cadas waktu.

Rasanya aku telah kehilangan hampir semuanya, wahai secuil hatiku. Bahkan benih benih keyakinan dan harapan yang sempat engkau semaikan dikebun kalbu kini membusuk digenangi kekecewaan yang berat melumat.

Ah, all I know…
You can feel me so easily so that I don’t have to tell you how it feels for being me, and the beauty of battle inside of me. One day, I will be walking out from the dust as a champion, with the glorious triumph of honor sit on top of my bare head. Or, you will find a pair of wing growing on my back where stars follow my steps and clouds protect me from the heat of dry sunbeams.

Yes heart, all I know at the time being is I’m drowning deeper into the ocean of uncertainty, floating around with hurricane of anger and sorrow torturing me…


Gempol, 060101