Friday, March 09, 2007

Berencana terbang


Ditanggalkan sayapnya dua tahun belakangan, lalu membungkus diri dalam kegelapan, dalam dendam dan jutaan perasaan yang menyakitkan. Dibiarkanya iblis memangsa jeroan, dia hanya bisa merasakan pelan pelan. Mendung menjadi payung bagi langit hatinya, sebisa mungkin menghindari matahari yang mengajarkan kebenaran. Di pojok dunia yang sepi ia mencoba menemukan kompromi atas kejadian yang tak diharapkan dan benar benar terjadi.

Dibalik mendung pertir berhamburan mencari pasangan. Tanah pijakan beku menggigilkan nyali, kenangan perlahan menjadi prasasti yang larut dalam sentuhan. Dua tahun ia diam ditempatnya yang seolah abadi, menjadi ribuan abad dilaluinya sendiri. Sesekali setiap hari iblis berkelebat membabatkan pedang karatan namun tajamnya tak terkirakan. Perihnya tak terkatakan dan ia terima dengan sepenuh rasa. Bahkan ketika iblis iblis baru terciptakan dari sekelompok manusia bertopeng budi mulia mengeroyoknya dengan penghakiman yang bengisnya tidak ketulungan. Iapun tak hendak membela diri. Diamnya menyimpan miliaran kata kata yang hanya dia sendiri mampu menterjemahkan.

Dirindukannya langit biru, tempat udara bersinggasana. Dulu tempatnya memuja bintang dan menggandeng bulan, atau sesekali bercengkerama dengan matahari. Disana juga ia setubuhi embun dengan segenap jiwa yang merana sepanjang perjalanan. Ya, ia telah berjalan sendirian dan menempuh lebih jauh dari kebanyakan. Sayap yang ia tanggalkan dulu telah karatan dianiaya waktu dan takdir imitasi, berdebu seumpama barang loakan. Penjelajahan masalalu membekas dibalik sayap sayap itu, mencatat setiap kejadian yang begitu mengagumkan; selamanya tentang penjelajahan di langit lepas. Maka ia berencana terbang….

Perlahan digerakkan kepalanya, memandang ke atas dimana mendung menjadi payungnya, menjadi langit langit tempurung pengetahuanya. Ia menyadari selama ini telah memenjarakan dirinya sendiri dalam kesia siaan – dua tahun yang berat dalam bui virtual ciptaanya sendiri -. Dua tahun ia bunuh diri dalam mati suri, dan menceraikan langit yang selama ini menjadi warna hidupnya. Dikuatkanya nyali untuk berencana terbang lagi, menyapa bintang, menggandeng bulan dan bercengkerama dengan matahari seperti dulu lagi. Ia rindu hidupnya yang hakiki, rindu pada sosoknya yang asli.

Maka kepada mendung selepas subuh, ia tersenyum menyapa ramah. Menanyakan kabar tentang satwa malam yang berlarian mencari tempat sembunyi. Dipesankan kepada angin timur yang membawa hawa hangat dari ujung bumi, agar dibawakanya aroma bunga kanabis untuknya memuja para dewa, untuk dibawanya serta terbang ke batas tertinggi dari langit tak bertuan, dimana ia kembali ke singgasananya dan menjadi raja bukan atas apa apa, bukan atas siapa siapa…

Maka nanti jika fajar telah pergi, ia akan terbang jauh tinggi…seperti biasa, sendirian…

Nutricia, 070309

* Terimakasih untuk para iblis yang menguatkanku. Maaf jika aku mengecewakan kalian karena aku tidak hancur dan larut menjadi kotoran seperti kehendak kalian…