Wednesday, December 30, 2009

Risalah Sakit Hati

Badai masih mengumbang ambingkan pikiran dan mempermainkan emosi. Didalam dada tipis ada gunung berapi yang siap meledak dan memuntahkan lahar panas yang menghancurkan siapa saja, apa saja yang dilintasinya. Tidak ada yang akan bisa menanggungkan akibatnya, maka akan bijaksanalah untuk menghindari komunikasi dengan, apalagi dengan penyebab bencana. Ibaratnya, setiap detik dan menit amarah itu membuncah, hanya penyebab bencanalah yang layak untuk menerimanya tumpahan kesalaha. Dan itu akan merusak, melukai serta merendahkan diri sendiri.

Hati bekas, berupa bangunan puing yang berdiri diatas puing pula. Akan lebih baik bagi siapapun jika gugatan atas keadaan itu diekspresikan dengan mengasihani diri dengan cara sendiri. Pikiran negative bukan hanya peristiwa muslihat yang diterima saja, tetapi berkembang biak menjadi anak anak prasangka yang begitu jahat menjajah kepala. Terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab sendiri dengan perkiraan, dan semuanya serba menyakitkan bahkan sampai ketidak percayaan akan kebenaran, serta lusinan pikiran yang menimbulkan ribuan pertanyaan dan juga menghasilkan jawaban berupa kesimpulan kesimpulan menyakitkan lainnya.

Kata kata adalah pedang, yang terkadang tajamnya terasa keterlaluan. Ketika itu terjadi, yang ada dalam pikiran adalah mendorong orang disekitar untuk menjadi musuh yang memusuhi karena sikap kasar dan provokatif. Ekspresi emosi adalah sikap yang dengan sadar dilakukan, seperti halnya ketika kita sadar bahwa kita telah gagal meredam amarah sendiri. Seandainya saja isi kepala dapat dibaca, maka mungkin orang tidak akan punya kata kata untuk menggambarkan betapa jahatnya cara pikiran negatif menyiksa diri. Kata ’keterlaluan’ akan menjadi terlalu sederhana untuk menggambarkan betapa sakit dan parahnya akibat dari siksa cemburu.

Maka sikap diam akan lebih baik untuk dilakukan, menenggelamkan diri dalam kemuraman sendiri, bebas mendramatisir luka luka disekujur hati. Semuanya terasa menjadi salah dalam hidup seketika, dan itu konskuensi yang harus tertanggungkan dari akibat tindak durjana. Keadaan seperti itu akan berlangsung entah sampai kapan, sebab seperti sebelumnya, hanya Tuhan yang tahu kapan siksa batin seseorang akan sementara menghilang. Hidayah akan datang supaya kita bisa melihat dunia dnegan cara yang lebih tenteram, mengembalikan kebahagiaan yang terkadang timbul tenggelam dipermainkan badai menyakitkan.

Sakit hati dimasa lalu tidak pernah bisa benar benar pulih kembali seperti sedia kala. Hati yang tersakiti akan menimbulkan kecacatan kepirbadian. Dan kecacatan kepribadian tidak bisa dihindari seperti halnya codetan luka yang menggambarkan sebuah kehancuran kecil di masalalu. Bekas luka menjadi catatan sejarah hidup yang harus menjadi hak milik pribadi selama hayat masih dikandung badan. Hanya kematianlah yang bisa memutus rantai peristiwa dan pengalaman sepanjang hidup, sekaligus menghapuskan semua kesakitan dan penderitaan yang terjadi diam diam. Bagi seorang lelaki, terkadang ada yang lebih mengerikan daripada kematian itu sendiri. Hal ini, semua laki laki tentu juga tahu.

Jika pernah bertahun tahun dalam kemuraman dalam kungkungan pikiran buruk dan sakit hati yang berkepanjangan maka cukup dijalani dengan kehidupan yang seolah olah. Mengekspresikan perasaan dengan kata kata dan perbuatan memang bisa menyinggung perasaan orang lain dan melahirkan konflik yang seharusnya tidak perlu. Seorang yang kuat hati akan menelan mentah semua amarahnya demi menjaga permukaan tetap datar dan aman tenteram bagi penghuni dunia lainnya.



Gempol 091230

Sunday, December 27, 2009

Cermin Benggala

Seminggu pasca benturan, ledakan dahsyat yang menggoncangkan ketenangan dan menggelapkan pandangan. Debu mulai mengendap, udara mulai jernih kembali, seperti tirai yang menyingkap gambaran kehancuran yang ditimbukan oleh dampak gempa jiwa. Korban mulai dihitung, penyebab dan musabab diselidiki untuk dijadikan catatan, sebagai tambahan pengetahuan atas alam kepribadian yang penuh rahasia dan selalu menampilkan sisinya yang berbeda dari waktu ke waktu. Analisa atas seluruh kejadian dijadikan patokan untuk merancang bangun kembali sebuah hubungan yang sempat goyah dan terdapat retak disana sini. Sebuah renovasi harus dilakukan dengan ekstrim jika kerusakan yang ditimbulkan oleh guncangan itupun menyebabkan sesuatu yang ekstrim. Demikianlah yang semestinya terjadi, jika sebuah hubungan terguncang oleh pikiran negatif pemercaya prasangka. Sebuah keputusan ekstrim tentu saja berharga sangat mahal. Bahkan nilai materi tidak bisa dipergunakan untuk mengukur nilai tukar dari kehilangkan seorang teman, sedangkan berteman adalah hak azasi manusia yang dilindungi oleh PBB. Memutuskan samasekali tali komunikasi dengan seorang teman dan bukan atas kehendak pikiran dan kemauan sendiri adalah harga yang tidak bisa ditukar dengan apapaun di duni ini.

Janji itu membuat bumi bergetar, bahwa untuk membangun sesuatu yang kuat dan kokoh memang ada harga yang harus dibayar, meskipun harga itu tidak terhingga nilainya; seorang teman. Bukankah seorang teman adalah malaikat yang tidak bersayap? Betapa rendah hinanya dia yang telah memerintahkan dengan cara otoriter untuk melarang kita berteman dengan orang lain? Jika pemberi perintah itu adalah laki laki, maka dia tidak lebih dari seorang banci. Sebab kekuatan seorang laki laki diukur dari kesanggupannya memikul tanggung jawab; bahwa dibalik kekuatan yang besar mengandung tanggung jawab yang besar pula. Sifat utama seorang ksatria adalah menggunakan kekuatan dan keperkasaannya dengan arif untuk melindungi isi dunia dari segala bentuk kerusakan yang mungkin terjadi. Tugas seorang ksatria adalah untuk menciptakan suasana aman, terang, teratur dan tenang di muka bumi. Seorang ksatria sejati adalah juru selamat bagi semua mahluk seisi bumi. Jadi, sungguh bukanlah sikap ksatria bagi seseorang untuk meminta seseorang lainnya untuk memutuskan tali pertemanan secara permanen dengan seseorang temanya. Perbuatan itu melebihi reputasi buruk Hitler terhadap kejahatan kemanusiaan.

Badai seminggu lalu seperti halnya kilatan cahaya yang menampilkan gambaran kondisi kita dari sudut pandang orang didepan kita. Setiap badai yang terjadi adalah pertanda bahwa sudah saatnya bagi kita untuk bercermin, merasakan sekejab berada di pisisi sebagai orang ketiga, atau orang kedua, orang keempat dan seterusnya. Hentakannya menimbulkan halusinasi atas penderitaan orang orang yang disebabkan oleh karena sikap atau perbuatan negatif kita terhadapnya di masa yang sudah lalu. Kitapun bisa menjadi korban seperti pernah menjadikan mereka sebagai korban kita dahulu. Orang yang baik akan tidak membiarkan dirinya menjadi penyebab terputusnya tali silaturahim seseorang dengan orang lain yang tidak ada hubungan apa apa denganya si orang baik. Dan, menjadi orang baik adalah mempergunakan daya kekuatannya untuk menerima dengan ikhlas sebuah pukulan yang mengenai egonya dan membuat emosinya limbung, apalagi jika itu adalah pukulan yang tidak disengaja. Temperamental adalah bukan sifat bijaksana, sifat dan syarat utama dan pertama yang harus dimiliki oleh orang baik. Tinggi hati hanya akan menimbulkan kerusakan dan ketidak damaian, dan prasangka hanya akan menghasilkan bencana bagi orang lain dan diri sendiri. Orang yang baik hati adalah mereka yang menempatkan kepentingan orang lain satu diatas kepentingan diri sendiri; selalu mengutamakan orang lain ketimbang diri sendiri. Dan, untuk memiliki sifat bijaksana, syarat mutlaknya adalah ia harus orang yang cerdas, sebab sifat bijaksana lahir dari kemampuan logika untuk menginterpretasikan maknanya bertenggang rasa, maknanya kata saling hormat menghormati sesama mahluk bumi. Maka mereka yang memiliki sifat bijaksana adalah mereka orang orang yang cerdas pemikirannya.

Seminggu setelah badai berlalu, ketika langit kembali terang, ternyata efek kerusakan yang ditimbulkan tidak seperti yang dikhawatirkan secara berlebihan. Sikap waspada yang berlebihan telah menimbulkan kepanikan justru pada saat ketika kita harus lebih tenang untuk merumuskan tindakan penyelamatan. Dan segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik akibatnya. Sedangkan hanya kebaikanlah satu satunya hal di muka bumi yang tidak pernah bisa dianggap berlebihan yang bisa dilakukan oleh manusia. Kita seharusnya selalu merasa belum cukup berbuat baik, dan terus berupaya untuk berbuat baik supaya menjadi orang yang baik bagi penilaian sendiri yang paling hakiki. Memperlakukan orang lain seperti halnya kita berharap orang lain akan memperlakukan kita seperti kita memperlakukan mereka. Itulah cermin benggala refleksi kematangan sebuah pribadi yang lahir dari badai seminggu yang lalu. Bahwa sikap bermusuhan sesungguhnya adalah degradasi dari kehormatan diri, sebuah sikap yang bertetangan dengan prinsip kebaikan.



(... seorang pangeran adalah orang baik hati yang memiliki kewajiban moral untuk menebarkan kebahagiaan kepada sesiapapun mahluk hidup di muka bumi. Sama halnya dengan seorang princess...)

Bambuapus 091226

Sunday, December 20, 2009

Ingin Tidak Pernah Bertemu Malam

Dalam sebuah episode hidup, pernah merasa seperti ini; rasanya tidak ingin bertemu malam, sebab didalam malam iblis membabi buta, sedangkan tangan terikat pada kedua kaki. Tidak berdaya disiksa oleh iblis, iblis yang kemarin baru dilahirkan, mengajak serta seluruh kekuatan perusaknya. Beratus ratus hari dulu pernah berperang sendirian, menahan marah hingga tubuh bergetar, menahan sakit hingga tangis kehilangan air mata, menahan sedih yang tak terlukiskan dengan kata kata, menahan nyeri yang menyerang sekujur badan.

Iblis dari masalalu telah merasuki jiwa, dan itu akan perlu waktu cukup lama mengusir mereka, menundukkan mereka, berkompromi dengan mereka satu persatu. Jumlahnya terlalu banyak saat ini. Iblis iblis ada dimana mana, bahkan disetiap lagu yang biasanya bisa didengarkan sekarang isinya sindiran dan ejekan. Mending tidak didengarkan. Sejatinya mereka telah berkampung dan beranak pinak dalam pikiran, menjadi virus yang menyebar keseluruh sistem kerja badan dan otak. Agresif serta berpikir serba negatif. Mungkin sakit hati bagi orang lain hanya dramatisasi belaka yang membesar besarkan persoalan sepele dengan cara sangat subyektif. Apriori! Padahal kita tidak akan pernah bisa mencicipi seperti apa sakitnya hati orang lain.

Sebuah hubungan yang ternodai, ibarat batang kayu yang ditancapi paku baja. Ia tidak akan pernah kembali pulih selamanya. Cacat permanen, terbawa sampai tamatnya nanti. Sikap kasar yang membabi buta mau tidak mau pasti menyakiti, karena memang tujuannya hanya itu; menyakiti sebagai protes atas siksa yang ditanggungkan. Tetapi sikap kasar itu tidak pernah bisa cukup untuk menebus kerusakan yang terdampak di dalam alam batin. Semua porak pranda, setiap tempat menyisakan kesan bahwa sebisa mungkin tempat tersebut dihindari karena mengingatkan kepada kenangan. Memang membencikan perasaan seperti itu, tetapi harus dihadapi dan ditelan sendirian. Setiap hal yang mengingatkan kenangan pasti akan menjadi sesuatu yang tajam menusuk, perih memilukan. Hal hal semacam itu akan terjadi sampai nanti akhirnya masa buram itu sudah lewat. Hati begitu bahagia ketika merasa bisa berkompromi dengan iblis iblis itu. Rasanya kembali lahir dan memiliki semangat hidup lebih baik lagi, karena satu ujian sudah selesai terlewati.

Berharap pada pengalaman buruk masalalu akan membuat para iblis bosan menyiksa. Namanya iblis, semakin berinteraksi dengan manusia, maka semakin banyak orang akan terluka. Reaksi buruk dan kasar yang diekspresikan kepada penyebab sakit hati tidak akan cukup satu atau dua kali saja, itu bisa saja berulang ribuan kali, dan terjadi lagi dan lagi tanpa interval waktu yang bisa digambar. Semua dikendalikan oleh seberapa kuat iblis menguasai sikap. Ibarat harus melintasi lapangan luas berisi beling dibawah matahari, tanpa alas kaki, rasa takut tentu ada. Rasa takut bahwa kita tidak bisa menjadi orang baik, seperti sering menjadi cita cita dalam angan angan setiap orang; yaitu merasa bahagia ketika bisa menolong, serta menghormati orang melebihi cara mereka menghargai kita.

Setiap orang yang digolongkan sebagai orang dewasa, akan selalu dituntut tanggung jawab atas perbuatannya dan juga usianya. Sungguh sangat disesalkan semua rangkaian cerita kejadian buruk yang berujung pada cacatnya hubungan antar manusia, sebab kita tidak seharusnya melewati hal seperti itu. Setidaknya , itulah yang selalu diyakini oleh setiap orang ketika mengenal seseorang lainnya. Terkadang mungkin juga memang datang waktu yang tepat untuk tahu diri, pergi menjauh saja supaya semua orang terjaga dari terluka, membawa perih dada yang menganga menuju ke sebuah manara mercu suar dipulau kecil, dimana disana hanya sepi dan iblis iblis yang menyiksa yang tinggal.

Lupakan tentang bentuk penjelasan. Rasanya itu tidak lagi diperrlukan sebagai bekal perjalanan menuju depan. Cukup membawa luka hati sebagai kenangan.
Gempol 091220

Saturday, December 19, 2009

Definisi Cembokur

Ada satu syair lagu Kangen Band yang memprovokasi hati untuk berprasangka sekehendaknya, seperti keinginan seorang maha raja yang bisa menentukan apa saja. Prasangka atas pasangan hati yang kemungkinan dengan sadar telah melakukan sesuatu yang menyakiti, atau cenderung menghianati komitmen batin yang tidak pernah diucapkan lewat mulut dengan kata kata. Prasangka itu bernama rasa cemburu. Cemburu timbul karena kekhawatiran berlebihan, dan kekhawatiran terkadang bisa membutakan bahkan membunuh. Rasa cemburu itu ibaratnya berjalan dengan telanjang kaki didalam gelap gulita, melintas di lautan beling. Segala hal yang datang dari pikiran yang bersinggungan dengan rasa cemburu akan menimbulkan kesakitan amat pribadi, yang hanya bisa dirasakan sendiri tanpa harus mengalami gejala. Sakitnyapun luar biasa perih terasa.

Pengalaman empiris terkadang menjadi batu pengasah bagi insting seseorang, insting yang terbentuk dari kejadian kejadian dimasa sebelumnya. Namanya insting, ia memberi sinyal pertanda, firasat, atau rambu alert apabila sesuatu hal terasa ganjil dan patut didapatkan klarifikasi supaya ada jawaban atas pertanyaan yang hanya berputar putar didalam fikiran, tanpa menemukan jawaban. Pertanyaan pertanyaan yang lahir dari rahim kecemburuan tidak ubahnya darah panas yang bersirkulasi keseluruh jalinan tubuh, mempengaruhi sistem kerja syaraf dan otak. Pandangan, pendengaran, perasaan, semuanya campur aduk saling berkonflik memporak porandakan ketenangan fikiran menjelang akhir minggu yang panjang menyenangkan. Dan semua bersumber dari komunikasi yang kacau balau, meskipun seribu media sudah dipakai sebagai penyampai pesan. Akal sehat tidak sanggup lagi melakukan kompromi terhadap hati yang terlanjur terbakar cemburu. Jawaban jawabanya justru menganak pinakkan pikiran macam macam, yang lalu berfermentasi jadi prasangka subyektif; kebohongan sedang terjadi, dan diri siap untuk menjadi korban!

Ketika api prasangka membara dan membabi buta, maka kerugian immaterial yang ditanggungkan sungguh tidak kira kira. Ia seperti virus yang menggerogoti ketegaran gunung dan mencemari ketenangan samudera. Orang lebih sering menamakannya cemburu buta, rasa buruk yang timbul dari hanya bongkahan bongkahan prasangka yang kemudian menjadi penghalang pandang terhadap nilai nilai kearifan. Kebenaran menjadi sumir karena semakin meragukannya argumentasi yang disampaikan. Segalanya serba menyakitkan, sebab si pencemburu buta tidak melihat cahaya yang bisa mencerahkan seperti apa wujud setan prasangka itu yang sebenarnya. Dan karena ketidak tahuan wujud yang sebenarnya itulah maka amukanya semakin memerihkan tulang belulang dan persendian, terasa sampai ke sumsusm, otak, jantung, sampai ke pencernaan. Pasir beling yang mengalir di dalam pembuluh darah!

Pemadam dan peredup gejolak itu hanyalah pengakuan yang dapat dirangkai dengan sederhana sebagai kebenaran. Rangkaian fakta, kronologi, apalagi bukti yang menuju satusatunya kesimpulan tak terbantahkan bahwa setiap keganjilan yang membutakan hati itu hanya prasangka yang tidak beralasan. Sebuah hubungan antar manusia yang melibatkan hati pasti berisi pula rempah bernama cemburu. Kepercayaan kepada orang lain tidak bisa 100%, sebab kepercayaan yang terlalu banyak terkadang juga menimbulkan impact yang lebih parah apabila kepercayaan itu disalah gunakan untuk menusuk dari belakang. Itu namanya pelecehan terhadap intelegensia, penghinaan terhadap niat baik yang sederhana.

Hal baik dari cemburu adalah dia adalah pengejawantahan dari rasa untuk tidak diperlakukan tidak adil oleh pasangan hati. Cemburu adalah insting paling dasar, sebuah cara hati untuk melindungi diri dari kesakitan yang bisa mengakibatkan pembusukan. Sayangnya, terkadang ekspresi cemburu sering diartikan sebagai sikap kekanak kanakan yang tidak beralasan. Seperti halnya pameo yang mengatakan ’Bertanyalah! Sebab tidak ada pertanyaan yang dianggap sebagai pertanyaan bodoh’. Hanya kadang kadang pameo itu dipatahkan hanya oleh sebuah jawaban yang bodoh atas pertanyaan yang sederhana. Cemburu pada orang dewasa sama saja cemburu pada anak anak. Kedua duanya adalah proses alamiah batin untuk melindungi hati dengan menggunakan logika logika berpikir yang sederhana. Maka tidak ada namanya cemburu itu sikap kekanak kanakan. Penjelasan yang tidak berlebihan dan dapat diterima oleh akal sehat sebagai kejadian diluar rencana, atau sebagai hal yang bukan karangan indah penghibur hati buta yang disampaikan dengan cara komunikasi yang baik dan benar, (artinya adalah bertukar pesan untuk menyampaikan maksud atau dan mengabarkan berita), adalah cara paling baik untuk mecegah terjadinya bahaya cembru itu.

Maka berdasarkan penyesalan dan pengalaman, jika sebuah kebohongan besar telah dimanipulasi sedemikian rupa menjadi cerita karangan yang tidak masuk akal layaknya sinetron, akan lebih aman dan bijak apabila berhenti sejenak, mendefinisikan ulang semua ke dalam konsep awal sebuah hubungan. Supaya tidak ada yang harus merasa teraskiti apalagi menjadi korban, jika memang sebuah hubungan harus berakhir tiba tiba.

Bambuapus – OPP 091218

Tuesday, December 08, 2009

Sketsa Rumah Kayu

Rumah itu bertiang kayu jati yang keras bagaikan besi, berwarna kemerahan tanda usia tua yang menjamin kekuatannya; menyangga seluruh konstruksi bangunan agar tetap kukuh ikut berdiri. Tugasnya memang menggendong sang rumah dan seluruh partikel bangunannya. Empat soko guru tiang jati menjadi kerangka dasar yang mengawali keindahan, keanggunan, kegagahan dan kesejukan bangunan yang disebut sebagai rumah, tempat segala urusan bermuara! Dindingnyapun kayu jati, tidak banyak warna dari bahan kimia sebab warna dan corak papan kayu sendiri sudah memiliki lukisan alami seindah pamor di bilah keris. Keindahan yang mengandung begitu banyak makna serta tulada sifat mulia manusia. Sebuah pelajaran agung bagaimana menempatkan diri sebagai manusia di dalam pergaulan sebagai dunia serta berbakti kepada Gusti. Garis garis usia pada bilah papan kayu, perubahan tekstur warna yang disebabkan oleh ramah atau ganasnya musim yang telah dilewati sang pohon, berisi tentang kisah kisah kebijaksanaan alam yang pemurah. Seluruh lantai terbuat dari parkel berbagai jenis kayu dengan bentuk dan perpaduan warna yang serasi, membuat lantai bukan hanya indah, tetapi selalu bersih dari debu demi menjaga keindahannya tetap pada kondisi utama. Lantai itu ternaungi ternaungi oleh atap genting tanah liat yang sudah berubah warna menjadi hitam dari merah menyala ketika barunya, warna hitam yang didapat dari semacam lumut yang mengering dipanggang kemarau. Rumah kayu, bertiang kayu, berdinding kayu dan berlantai kayu.

Lembabnya angin gunung telah mematikan debu, menggantikannya dengan hawa dingin yang terkadang seperti menusuk tulang iga dan tulang belakang juga. Amat jarang terdengar suara mesin meskipun akhir akhir ini semakin banyak sepeda motor melewati jalan makadam depan rumah, yang terkadang begitu mengherankan karena suaranya yang terlalu keras dan parau ditelinga tua. Tetapi rumah kayu ini harus hanya berisi kedamaian dan kebahagiaan tenanan. Kebencian tidak boleh tinggal dan tumbuh dirumah kayu. Dan untuk damai dan bahagia seperti dimaksudkan, mutlak harus mematikan segala pikiran negatif dan mengekspresikan ketidak sukaan. Dunia batin yang damai tidak berisi konflik maupun keluhan, melainkan hanya melulu berisi rasa syukur dan menyukai segala kejadian. Rasa syukur karena telah diberikan anugerah kehidupan berupa masa muda yang tertinggal di makam masalalu. Masa muda yang mati meninggalkan begitu banyak pelajaran hidup. Dikelilingi megahnya lereng bukit yang seolah dijaga oleh gunung menjulang berwarna hitam keabu abuan, rumah kayu adalah tempat tetirah dan ngitung mongso, menyimpulkan banyak kejadian dan pengalaman dalam tulisan yang memuliakan kehidupan serta memberikan wewaler bagi anak keturunan.

Di belakang rumah kayu seteleh melewati jurang kecil, tepi danau membentang tempat bertemunya dua anak sungai yang selalu mengalirkan air dari lereng gunung. Kehidupan dunia air berjalan dengan tenang tenang, selama manusia meniru cara pohon dalam konsep ekspansi material; makan sesuai kebutuhan. Memandangnya dari beranda kayu, memompakan kisah kisah klasik perjalanan kehidupan. Rumah yang dikelilingi oleh bermacam vegetasi budidaya maupun alami, selalu menghadirkan drama drama percintaan di masa muda. Orang orang datang dalam ingatan, menyajikan cerita mereka masing masing yang begitu mempesona saking indahnya. Setiap orang yang pernah hadir dan tinggal dalam hati ternyata diliputi oleh cerita kebahagiaan yang demikian indah. Sedangkan kenangan getir terpupuskan oleh damai yang selalu melingkupi hati. Kesedihan masa lalu terkenang tinggal sebagai bangkai ingatan, sudah terjadi dan sanggup untuk dilalui. Dan hidup akan terus memproduksi masalalu, yang ditentukan oleh sikap dan tindakan serta cara berpikir sendiri. Memang ternyata semua orang harus otodidak untuk menjadi tua.

Pekarangan yang tidak begitu luas yang mengitari rumah kayu ditanami pepohonan yang menyajikan bermacam macam buah secara begantian di setiap musimnya. Hampir setiap jenis buah yang bisa tumbuh dan berkembang di tanah kaki perbukitan itu ada di pekarangan. Diujung sisi kanan rumah, sebuah pohon sawo tumbuh paling kekar dan dominan diantara pohon pohon lainnya. Diantara batang pohonnya yang membelah bercabang cabang, tiga meter dari permukaan tanah gundul dimana akar kekarnya menancap sampai ke punggung bumi, sebuah rumah pohon dibangun berukuran dua kali tiga meter. Tak perlu tangga untuk mencapai dalamnya, sebab cabang pohon sawo memberikan bentuknya sebagai panjatan mudah. Duduk dibibir rumah pohon, kaki menjuntai memandang kebun sayur dan buah begitu menenangkan hati. Sekarang baru tersadar, kenapa pagi selalu datang dengan segalanya yang terkesan besih. Udaranya bersih sinar mataharinya bersih, dunia begitu segar, seperti lahan yang siap untuk garapan. Ketika pagi yang bersih terjadi di perkotaan, maka manusia penghuninya mengotorinya dengan pikiran sendiri. Semestinya bersihnya pagi bermakan kesempatan baru untuk membuat kebaikan di segala bidang. Dan orang kota yang serba tergesa gesa cenderung menggerutu ketika pagi tiba. Mereka juga cenderung menjadi manusia yang pemarah. Di kaki bukit ini, di rumah kayu ini, datangnya pagi selalu bermaka sebagai anugerah baru, yang menyenangkan. Tidak ada perasaan damai melebihi datangnya pagi, sebab pada hari baru yang datang, akan datang pula bersamanya harapan harapan baru, benih benih baru tumbuh, buah dan sayur yang telah masak untuk dipetik, tinggi bayi pohon yang bertambah satu senti dan banyak hal lagi yang benar benar menunjukkan keajaiban alam raya.

Di rumah kayu, nostalgia dan kenangan petualangan masa mudah mengendap bermuara di palung ingatan…

To be continued

Bambuapus - 091208

Thursday, December 03, 2009

Wetboek van Strafrecht

Bahasa Belanda yang susah diucapkan dengan lidah Indonesia yang menjadi judul tulisan ini artinya dalam bahasa indonesia sangat tegas; Kitab Undang Undang Hukum Pidana. Jadi berisi tata aturan yang secara eksplisit menjelaskan jika sebuah perbuatan melawan apa yang diamanatkan sang kitab, maka didalamnya juga diatur lebih eksplisit mengenai konskwensi yang diancamkan kepada pelaku pelanggaran yang secara umum ganjarannya adalah penjara. Penjara sendiri berasal dari kata ‘pen-jera’, suatu alat yang diharapkan akan bisa membuat orang terdampak efek jera berbuat melawan hukum. Maka sifat penjara dimanapun dimuka bumi ini sebenarnya adalah sudut paling suram bagi kemuliaan manusia dalam menjalani hidup di negeri yang merdeka dan bardaulat. Dan Wetboek van Stracfech memiliki kuasa absolut untuk memaksa setiap warga negara untuk tunduk mematuhinya sebagai aturan pelindung hak privacy tiap warga negara.

Dan KUHP hari ini di negeriku tercinta laksana pilar tua yang menjadi suar bagi benar dan salahnya sebuah perbuatan yang melibatkan orang lain. KUHP juga adalah pedang tajam yang maha dahsyat, yang bisa mendatangkan celaka luar biasa hebatnya bagi yang mengalaminya; bersinggungan dengan konskwensi dari perbuatan melawan hukum pidana! Supaya orang tidak bersinggungan dan kemudian masuk dalam golongan orang yang didefinisikan sebagai kriminal, maka KUHP disosialisasikan ke semua orang yang tinggal di negeri ini melalui seni cetak yang pekoleh pula. Hanya saja, kitab penting itu jarang dipahami orang, apalagi dibaca dan dijadikan rambu perilaku bagi tiap individu. Padahal hakikatnya KUHP dimaksudkan sebagai induk peraturan hukum pidana positif, KUHP untuk melindungi nilai nilai positif yang berlaku dalam hidup berpergaulan.

Maka, ketika nama Mbah Minah, Besar dan Kholil, Romin dan Yanto, Manisih dan Suratmi atau nama nama lainnya yang didakwa dan terbukti melawan apa yang diamanatkan oleh KUHP, nurani siapapun akan terhenyak dan protes diam diam. Mereka, yang oleh nilai material dan latar belakang perbuatanya secara manusiawi tidak pantas untuk dilakukan proses peradilan pidana, terkalahkan oleh cadas dan perkasanya KUHP. Sebagian kita lebih cenderung melimpahkan pikiran negatif kita kepada para penegak hukum pelaksana KUHP, yang seolah olah telah mengabaikan hati nurani dengan menjatuhkan sanksi pidana kepada si lemah yang terdakwa. Menganggap salah pejabat pemangku tegaknya hukum lebih mudah karena yang menjadi ukuran penilaian hanyalah prasangka semata, apriori semata.

Toh KUHP yang disokong oleh KUHAP juga memberikan kesempatan seluas luasnya bagi siapapaun yang disangka atau didakwa melakukan pelanggaran pidana untuk mempersiapkan pembelaan diri sebaik baiknya. Dan ketika para pencuri kelas teri itu oleh hakim di pengadilan dinyatakan terbukti secara sah melakukan perbuatan melawan hukum yaitu melanggar salah satu pasal dalam BAB XXII Kitab Undang Undang Hukum Pidana tentang pencurian, maka ganjarannyapun didasarkan dari bab dan pasal yang sama juga. Vonis hakim sebagai penentu status seseorang sebagai kriminal atau bukan penjahat sangat ditentukan oleh faktualnya alat bukti dan pernyataan saksi saksi yang dipaparkan di dalam ruang persidangan oleh dua pihak yang berperkara; korban dan terdakwa, penuntut dan pembela. Dan pencuri tiga buah kakao, sebutir buah semangka, sekilo getah karet ,beberapa buah randu, beberapa batang rokok atau benda sekecil apapun tetaplah dikategorikan sebagai pencuri dalam definisi hukum seperti yang ditulis dengan tegas dalam pasal 362 KUHP yang berbunyi: “ Barang siapa mengambil barang sesutu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”

Efek sosiologis dari saklek-nya penegakan hukum sebenarnya menempatkan para aparat penegak hukum (yang tidak korup – pasti masih ada) berada dalam posisi yang ambigius sekaligus rapuh. Mereka harus berdiri tegak sebagai wali hukum sementara nurani sendiri tertikam perih oleh kenyataan pilu, bahwa hukum tidak boleh pandang bulu. Maka kita tidak pantas menumpahkan pikiran negatif kita kepada para aparat penegak hukum (yang tidak korup – pasti masih ada) karena mereka memang kita beri kehormatan untuk mengawal berjalannya hukum demi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Zaman melaju pesat, kehidupan bergerak cepat, keadaan berubah laksana kilat, sedangkan KUHP tetap berdiri tegak dengan konstruksi kunonya. Barangkali memang sudah waktunya para pintar negeri ini untuk menyusun rencana renovasi pilar hukum di negeri indah makmur ini agar dapat menjadi payung pelindung dan wadah penampung bagi kemanusiaan yang adil dan beradab dan sanggup mengakomodir keseimbangan antara faktor sosial, tradisi, budaya serta segala perbedaan umum masyarakat kita.

Sementara kita menunggu para pintar negeri ini sadar, saya hendak menghimbau kepada saudara; janganlah saudara melanggar hukum, janganlah saudara menjadi maling!

Bambuapus - 091203