Wednesday, June 09, 2010

Korupsi Rasa Malu

Ketika kemalasan dibawa ke kantor, maka yang akan lahir dari produktifitas yang dibeli oleh majikan dengan alatnya yang bernama perusahaan adalah kourpsi. Produk kontra produksi yang melawan semua prinsip kebaikan bahkan mengabaikan konsep balas budi dan rasa terima kasih kepada majikan pemberi kerja, kepada individu pribadi yang telah mempercayakan lestarinya pohon kehidupan bagi karyawannya. Meskipun pikiran sinis menganggapnya hanya rangkaian mekanis dari sebuah sistem perekonomian liberal (?!). Pikiran sinis seperti itu akan rubuh jadi debu begitu saja jika dihadapkan pada kenyataan logis bahwa keberadaan kita di lingkungan pekerjaan adalah manfestasi kita kepada kehidupan, kepada orang orang yang ada dalam kehidupan pribadi kita. Kita menafkahi, merangkai impian dan rencana membeli kesenangan dari gaji yang kita terima rutin setiap bulannya. Dari sanalah kesejahteraan bersumber. Sebuah kenyataan sederhana dan mudah dicerna logika. Maka sudah semestinya rasa terima kasih itu kita wujudkan dalam upaya memberikan yang terbaik kepada tuan majikan pemberi kita pekerjaan dan rezeki.

Pekerjaan dan profesi yang kita miliki saat ini sebenarnya adalah merupakan anugerah yang wajib kita syukuri. Terlalu banyak orang yang tidak seberuntung kita. Mereka tidak memiliki kesempatan seperti kita saat ini. Dan keberuntungan yang kita miliki saat ini juga hanya bisa berwujud impian siang bolong bagi terlalu banyak saudara kita di Indonesia. Sebagai sumber kehidupan sudah selayaknya kita memperlakukan profesi kita dengan hormat sebagai wujud dari pengabdian kita kepada Tuhan, keluarga dan kehidupan.

Kita sering lupa apa yang kita bawa di kepala dan hati kita juga harapan dan ketakutan kita ketika untuk pertama kali mengetuk pintu hati tuan majikan; wawancara lamaran pekerjaan! Menawarkan diri untuk menjadi bagian dari sebuah koloni besar yang mengelola uang untuk menghasilkan uang. Apabila kita mengingat masa itu maka kita akan teringat betapa hati kecil kita berjanji kepada diri sendiri untuk berbakti, memberikan yang terbaik sebagai bukti balas budi atas perjanjian kerja yang diberikan dengan sejumlah imbalan materi serta berjanji dalam hati untuk mematuhi segala kebijakan perusahaan. Tidak terlintas dalam pikiran kita untuk memanfaatkan kesempatan dan kelonggaran yang diberikan oleh kantor untuk bermain catur pada jam kerja atau sekedar ngobrol ngalor ngidul menghabiskan waktu sampai saatnya patut meninggalkan tempat pekerjaan. Diluar dari hirarki dan struktur yang ada, maka semua berpangkal kepada kebijakan setiap individu untuk bertanggung jawab penuh terhadap porsi tugas yang diberikan oleh tuan majikan. Oleh karena pentingnya tanggung jawab yang harus diembankan kepada karyawan, perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan kemudahan, termasuk tersedianya peralatan kerja yang memadai bahkan membanggakan. Tapi karena kita manusia, kita sering lupa apa yang ada didalam hati kita ketika kita menghadapi wawancara kerja dulu.

Menjadi pekerja yang baik adalah satu satunya hal yang layak kita lakukan kepada perusahaan, sebab kita berada didalam rangkaian organisasi itu, kita akan menjadi organ pendukung bagi produktifitas mesin rezeki itu. Pengabdian optimal niscaya akan menjelma menjadi dedikasi tinggi sebagai wujud dari kebijakan pribadi kita sebagai karyawan. Untuk menjadi seperti apa frase muluk muluk diatas tadi sesungguhnya tidaklah serumit yang terbaca dalam tulisan ini. Kita cukup memulai untuk peduli terhadap hal hal yang selama ini kita abai dan diam diam menjadi kebiasaan buruk di kantor. Berhenti melemparkan tanggung jawab seperti bola panas yang harus segera menyingkir dari telapak tangan kita, dan berubah menjadi memberikan kemudahan sebanyak banyaknya kepada semua rekan kerja dan tunduk patuh pada code of business conduct maupun kaidah dan norma sosial orang beradab. Dengan menjunjung tinggi kesopanan maupun tatakrama, kita masih bisa menjalankan sebuah operasi dengan taktis dan profesional.
Setiap tugas baru sama halnya dengan ilmu baru yang kita pelajari sambil digaji. Itu tandanya bahwa masih terlalu banyak yang tidak kita kuasai dalam bidang pekerjaan kita. Jika hal itu terdengar utopis, kita sebenarnya bisa menemukan jawabannya kepada nurani kita, sebuah jawaban yang sangat sederhana yaitu mengembalikan rasa hormat dan mengingat kembali tekad untuk patuh terhadap kebijakan ketika wawancara pekerjaan dulu. Sekecil apapun larangan yang dibuat oleh para pengelola perusahaan adalah aturan baku yang harus kita jaga dan kita hormati dengan mentaatinya.

Larangan dan aturan dibuat untuk menciptakan keseimbangan dan ketertiban; bukan untuk mempersulit keadaan. Aturan dan larangan di pekerjaan adalah sesuatu yang sangat mudah untuk kita langgar atau kita abaikan. Rambu rambu dipasang untuk ditaati, tidak untuk dilanggar dengan justifikasi pribadi. Kita tidak mewakili individu pribadi kita di kantor itu, tetapi hanyalan sebuah fungsi sistematis persemaian modal. Malulah jika larangan sederhana sekalipun kita langgar, sedangkan kita tahu dan sadar bahwa yang kita lakukan tersebut adalah pelanggaran meskipun tidak ada sanksi administrarisnya atau meskipun tidak diketahui orang lain perbuatan itu. Malulah kita yang tidak disiplin pada waktu, dan dengan sombong menganggap diri sebagai yang paling penting dan menentukan dalam bidang pekerjaan kita. Malulah kita jika tugas terabaikan demi sesuatu hal yang bersifat pribadi. Maka malulah kita yang menerima sejumlah uang setiap akhir bulan dan sebagaiannya adalah pemberian cuma cuma sebagai gaji buta atas waktu yang kita korupsi. Maka malulah hidup kita yang dibiayai dari sikap sikap tidak perwira itu.


Ketidak disiplinan dan kebiasaan kebiasaan buruk lainnya sudah selayaknya tidak kita bawa ke pekerjaan. Banyak kebiasaan baik yang bisa kita budayakan; menjaga kebersihan dan kerapihan lingkungan kerja, taat dan patuh terhadap tata tertib, menghormati waktu kerja, meninjau kembali ukuran tata krama terhadap kolega, melakukan sendiri hal hal pribadi yang bisa kita lakukan sendiri, adalah contoh hal hal sederhana yang bisa kita lakukan mulai dari sekarang.

Dan yang paling penting dari semua itu adalah; tidak perlu menjadi penjilat demi sebuah pangkat!

OPP - 100608