Thursday, March 24, 2016

Retreat

Hujan dan angin puyuh mereda, iblis penyiksapun ikut berheti tertawa. Sejenak badan kehilangan rasa, terhuyung huyung limbung mencari suaka kedamaian. Palagan hanya berisi api dan puing puing kata kata, yang meruncing disetiap ujungnya. Jiwa menjadi letih teraniaya oleh beratnya siksa hati yang seolah tiada berujung dan berpangkal. Perkelahian selalu saja memproduksi korban, setelah mata menjadi rabun oleh debu debu masa lalu. satu demi satu kebaikan yang tertanam dulu perlahan berangsur layu oleh waktu. Tak ada tempat berlindung, kecuali mundur dari medan tempur.

Perang ini semata hanyalah pengulangan yang sama pada durasi  waktu yang berbeda. Serombongan iblis dari masalalu telah beranak pinak di langit maya dan datang sesukanya besama teman, simpatisan dan keluarganya. Semuanya menyerang dengan pedang karatan , memberi kontribusi sakit yang sama. Kiranya luka hati akan tinggal abadi, membentuk persekutuan zombie dapat dibangkitkan hanya oleh satu perbuatan. Semua seolah hidup kembali, kejadian empiris memilukan seolah baru kemarin selesai.

Letih fisik dan batin luluh dalam semadi yang khidmat. Menghitung luka luka, membaca setiap perih yang terpanen dari sengitnya amarah membabibuta. Diam dalam perenungan menunggu pikiran mengendap dan pandangan menemukan cahaya. Lalu berkontemplasi sendirian, menanya kepada nurani tentang makna semua kejadian, tentang pengertian palin jujur yang disimpan dalam diam. Seribu filsafat bijak dikumpulkan untuk menjadi kekuatan pendorong tekad, bahwa kekalahan bukanlah hal yang menghinakan. Mundur dan memeberi peluang akan lebih mulia bagi kemanusiaan meskipun tak akan ada dalam berita dunia maya.

Sikap ikhlas akan membasuh semua pikiran api yang menghanguskan diri, sedangkan sikap legowo akan meredam geram oleh sebab dendam diam diam. Ikhlas memang tidak mudah, terutama ikhlas menerima bahwa diri telah kalah oleh semua bentuk perbandingan duniawi. Lebih sulit lagi tentunya adalah besikap legowo dalam menerima perubahan sebagai seseuatu yang tidak sama lagi. Perubahan satu sisi yang merubah semua segi.

Nasehat bijak dalam semadi mengisyaratkan untuk mengubur kekakuan hati dan kerasnya ego di kepala. Lebih bijak dalam membaca fakta, bahwa memang perubahan tak bisa dihindarkan. Bahwa waktu memang merubah segala hal di dalam kehidupan, termasuk merubah karakter dan kepribadian seseorang. Kita tidak punya kuasa apa apa untuk mempengaruhi perubahan orang lain menjadi parameter ideal dalam persepsi kita. Ketika sesorang tiba tiba berubah menjadi asing, tentu ada sesuatu yang sangat perkasa yang mampu merubahnya. Sesuatu yang sangat perkasa itu bisa apa saja, segala sesuatu yang merasuki jiwa. Ketika perubahan itu dilakukan tanpa kesadaran, maka boleh dikatakan perubahan itu karena suatu kemabukan. Suatu zat baru telah merasuki saraf hinggal mempengarhui pikiran dan persepsi sampai kepada implementasi dalam berperilaku.

Kelenturan sikap diperlukan untuk dapat menentukan langkah yang tepat tanpa menimbulkan tangis berkepanjangan apalagi melahirkan pribadi baru yang phatetic . Kesadaran nurani yang paling jujur diperlukan demi menuntun hati menuju cahaya keikhlasan. Bahwa kehidupan ini dinamis bahkan terkadang inkonsisten. Perubahan pada satu sisi bilik hidup harus diterima dan disikapi dengan perubahan pesepsi pada diri sendiri. Jika sebuah mustika jiwa telah mengalami degradasi makna, maka sesungguhnya akan lebih bijaksana bagi pemiliknya untuk segera melipat meja, mengemasi sisa cerita dan mengemas dalam peti peti kenangan.

Terkadang kita tidak harus mempertahankan apa yang selama ini dianggap sebagai kenyamanan. Keluar dari lingkaran kenyamanan itu juga bisa berarti memberikan kesempatan bagi orang lain untj mencicipi dunia permainan penuh petualangan yang memabukkan. Hanya mereka yang berjiwa besar dan berdada lebar yang sanggup menahan langkah, lalu perlahan bergerak menyamping dan merelakan diri tertinggal. Segala bentuk euphoria akan ada ujungnya, seperti halnya tidak ada pesta yang tidak berakhir. Jika pengaruh zat memabukkan perlahan susut oleh metabolism tubuh secara alami, kesadaran akan datang bersama datangnya penyesalan. Dan penyesalan terbesar bagi kemabukan instant adalah telah mengabaikan kesantunan dan kepantasan kepada mereka yang mengajari kita tentang peradaban.

Dalam retreat pelajaran demi pelajaran bijak diterima dari wangsit kesunyian semedi. Bahwa kita tidak perlu menganggap diri terlalu penting bagi orang lain. Justru orang lainlah yang selalu lebih penting dari diri kita sendiri. Segala sesuatu tidak membutuhkan publikasi, tetapi hanya perlu penghayatan yang hakiki demi kebahagiaan yang paling  pribadi. Dengan demikian maka perihnya luka akibat dari perang tidak harus terjadi. Kita bisa berharap, kita bisa meminta tetapi tidak bisa memaksa. Masing masin orang hanya menjalani keputusan yang dibuatnya, lengkap dengan konskwensinya. Sesuatu kejadian yang melumpuhkan mungkin akan meninggalkan luka, tetapi luka akan sembuh oleh waktu. Koreng yang membekas bisa menjadi catatan masa depan agar kelak lebih hati hati dalam mempercayai orang.

Memilih berhenti, menerima kekalahan dengan perwira dan melepaskan segala kepentingan atas mustika yang kehilangan  makna sama halnya dengan merendah dalam kemenangan. Kata hati tak bisa dipaksakan kecuali diikuti, dan hidup adalah menjalani keputusan terbaik berdasarkan pertimbangan nurani paling jujur yang jika beruntung dapat kita jumpai dalam kontemplasi retreat.

Perenungan akan membawa kita kepada jalan dimana hati menunjukkan; tetap berjalan bergandengan atau berhenti lalu saling melambaikan sapu tangan isyarat perpisahan.

Rewwin, 160324

Wednesday, March 16, 2016

Risalah Kesangsian

Tanpa dibuat buat, pikiran beranak pinak dalam benak dan mempermainkan badan serta batin. Mereka semena mena. Akhirnya teramuk oleh segala macam pikiran tidak nyaman yang menyerang sejak kemarin badai diciptakan. Entah dari mana semua berawal, dan entah sampai kapan akan berakhir. Meskipun  akan sulit memahami apa yang terasa, tetapi tidak akan ada ruginya mencatat apa yang terasa. Selebihnya, tidak perlu berharap reaksi yang berlebihan.


Iblis muncul dari langit, ketika tirai tirai rahasia terkuak sehelai demi sehelai dan semua berisi  catatan masa lalu. Catatan masa lalu yang terangkai menjadi keadaan kahar, berubahnya kepribadian menjadi pragmatis, prakits dan terkotak kotak dalam labirin rahasia. Labirin yang menyebabkan ketersesatan paham, ketersesatan pemikiran oleh sebab terlalu banyak menyimpulkan prasangka. Kejadiannya jadi melantur tidak karuan, menuruti segala rasa kepenasaran tentang kebenarn yang hakiki. Semuanya menjadi jelas benderang ketika satu demi satu mozaik masa silam terbentuk menjadi sebuah alasan kenapa badai harus diciptakan, dua bulan ke belakang.

Butiran lembut yang tersaring dari semua kejadian masasilam yang disimpulkan dalam sebuah teori konspirasi mengarah kepada pembenaran akan alasan amputasi hati. Yaitu bahwa selama kurun waktu dua bulan itu telah mampu merubah persepsi sedemikian besar. Perubahan persepsi memberi dampak juga kepada perubahan perilaku dan segala tetek bengek lainya.. Jika ditelaah kembali, dasar dasar permintaan amputasi itu dapat dibaca jelas di dunia maya, dunia yang bisa dianggap persembunyian seenaknya dan sekaligus menyimpan jawaban sebanyak banyaknya. Segala indikasi membuat akal sehat begitu mudah menyimpulkan, bahwa dunia baru telah menjanjikan banyak keceriaan dan semangat baru. Orang lama menjadi tidak ada apa apanya dan untuk ditinggalkan, diabaikan. Lalu lahirlah pribadi baru, pribadi 2016 namanya, yang sebenarnya tidak samasekali baru karena hanya kembali ke pribadi lama; bintang dunia maya. Selebriti media sosial. Hal hal lebih personal dan langsung mengena ke individu menjadi ternomorduakan. Pribadi lama dalam bentuk baru yang pragmatis. Itulah keajaiban barang baru.

Segala yang baru memang selalu menarik perhatian dan mengandung banyak hal menjanjikan, terutama untuk mereka yang suka akan pameran keberadaan. Pengabaian bisa menjadi budaya baru karena pecahnya konsentrasi dan prioritas dalam memberikan perhatian. Barang baru sungguh bisa merenggutkan seseoarng dari kita, terutama perhatiannya. Itu harus kita sadari bersama. Barang baru  adalah magnet baru yang menjauhkan seseorang dari yang dekat.  Hal ini patut diamine terutama jika barang baru itu tidak berwujud benda padat, ataupun benda cair melainkan sesuatu yang tak teraba tapi terasa. Barang baru yang dapat menimbulkan suasana hati yang berbeda, serba  baru dan serba menarik. Petualangan batin yang tak tergantikan dengan hal hal yang sudah ada sebelumnya. Hanya karena barang baru pulalah segala sesuatu yang dulunya baru bisa menjadi ‘terasa’ usang tiba tiba. Usang membosankan dan hanya layak jadi rombeng kenangan. Barang baru, dunia baru dapat memberikan kepercayaan diri bagi seseorang untuk dengan ringan hati melukai tanpa merasa melukai, atau setidaknya memiliki dalih bahwa maksudnya tidak untuk melukai. Orang bisa menjadi egois ternyata.

Memang terkadang semangat yang menyala nyala berlebihan, berkorbar kobar menyulut antusiasme untuk selalu terlibat dan terikat kapanpun, dimanapun di seetiap kesempatan. Itulah keajaiban barang baru, dunia baru, dunia yang memabukkan. Diam diam semangat dan antusiasme itu mengabaikan nilai nilai lama, nilai nilai yang tertanam sangat dalam di setiap inci batin orang yang konon dianggap istimewa. Barang baru dapat merubah orang menjadi bukan lagi yang dulu selalu dapat dipercaya dan dapat menjaga hati dengan baik. Kepercayaan kepadanya kemudian diliputi oleh masygul, oleh kesangsian yang justru terjawab oleh sikap  inkonsisten.

Perubahan perilaku dan perhatian menimbulkan kesangsian yang terpelihara untuk jangka waktu lama. Padahal jika saja suka, maka ribuan kata kata yang disusun berbeda dengan esensi sama berulang ulang akan menujelaskan secara terperinci mengenai hikayat kesangsian itu. Hal hal kecil yang biasanya tak perlu keraguan bisa menjadi symbol dari pembuktian akan adanya sangsi yang timbul. Hal hal kecil bagi kita sungguh bisa berarti sesuatu yang besar bagi orang lain, terutama bagi mereka yang menghayati tentang makna dan bobotnya. Hal hal kecil dapat menjadi sesuatu yang detail ketika kita melihat dengan persepsi makro. Perhatian perhatian sederhana yang hilang dari keseharian dapat bermakna pengabaian yang besar bagi mereka yang dapat menghayati hubungan dengan kepercayaan sebagai platform. . Semua sikap abai dan datar akan teringat dan menjadi pengikat atas kadar sangsi dalam hati.

Chatting di gadget misalnya, telah terbukti membunuh banyak orang karena menyebabkan kecelakaan ketika gadget tidak dipergunakan dengan bijaksana. Chatting di gadget juga telah tebukti menjauhkan seseorang yang dekat dalam pelukan, dan mendekatkan mereka yang jauh kedalam pelukan. Dunia semakin aneh, saudara. Maka patut juga dipertanyakan dalam hati ketika kita bersama seseorang yang konon dekat secara lahir batin tetapi justru sibuk dengan gadgetnya, sibuk melayani fans di ujung sana. Atau bahkan tiba tiba si gadget disembunyikan sedemikian rupa seolah mati kerena tidak ada baterai atau kehabisan pulsa, padahal puluhan bahkan mungkin ratusan message muncul minta diperhatikan. Ketika hal itu dikonfirmasikan, jawabanya sudah barang tentu ambigius, membingungkan karena perkataan tidak sesuai dengan sikap perbuatan.  

Pengalaman buruk masalalu yang terekam di dunia maya juga dapat menyebabkan orang menjadi setengah gila, terutama pada keadaan yang tidak stabil dan seimbang atau limbung batin. Sesuatu yang terjadi bertahun silam dapat ditemukan dengan mudahnya dan semena mena menjadi seperti bara yang tersiram premium di kepala, di dada juga. Semuanya terjadi dalam diam diam, hanya si pemilik empiris sendiri yang bisa merasakan. Maka dari itu terkadang hati menasehatkan untuk samasekali menutup mata dari duni maya agar damai di bumi senantiasa. Media sosial bisa menjadi bencana batin bagi mereka yang percaya hahwa hidup memerlukan penghayatan, bukan hanya sekedar seremonial belaka.

Mimpi mimpi indah yang terhambur dalam perkataan bisa jadi berbeda bobot dan komtemen pemenuhanya bagi dua orang yang memang tidak seimbang kontribusi persasaan pada satu hubungan. Perhatian, konsentrasi dan prioritas terhadap pasangan mudah untuk terbagi dengan kehadiran barang baru entah apa namanya. Barang baru, dunia baru itu telah menjadi lebih penting daripada hal hal lain dalam kehidupan. Dia punya segalanya yang orang lain tidak punya untuk dapat tertawa lepas dan menjelajah dunia dengan bebas. Memang sedemikian ajaib dan memabukkan!

Jika seseorang memang sudah terubah oleh karena barang baru itu, maka sebetulnya dia tidak perlu susah susah berusaha memaksakan empati. Karena cukup dengan membaca ulang kalimat yang  tersusun, dan mengendapkannya  dalam nurani  sendiri maka kita akan tahu apa akibat yang timbul dari sikap kita kepada orang lain. Kebenaran dan kesalahan kesimpulan dan pendapat akan dapat ditemukan disana. Akan tetapi hal itu biasanya tidak penting bagi mereka yang berubah menjadi pribadi pragmatis, mabuk oleh keajaiban dunia baru, barang baru. Karena untuk dapat memahami keluh kesah seseorang kita perlu mengembalikan kepada kesadaran nurani kita atas apa yang disampaikan. Kalau hanya dibaca sekilas lalu dilupakan, itu tidak ubahnya seperti membaca berita koran pagi yang kemudian berubah menjadi kertas pembungkus benda di siang hari. Kehilangan makna dan fungsi esensial dari sebuah komunikasi. Tetapi jika sebuah hubungan akhrnyapun berakhir seperti koran tadi, maka memang harus seperti itu kisah hidup yang harus dijalani.

Kita tidak bisa membentuk orang lain menjadi manusia ideal menurut persepsi kita. Empatilah yang semestinya bisa membawa diri, hati dan sikap saling menjaga dan membahagiakan pasangan. Dan adalah mutlak bagi kita untuk membiarkan orang lain menjadi dirinya sendiri.

 

Sukorejo, 160316

Saturday, March 05, 2016

Tumpul


Segala bentuk luka akan sembuh oleh waktu, dan segala bentuk kehidupan akan berubah hanya oleh sang waktu. Setidaknya keyakinan itu masih terpegang dan tetap terbukti sejak awal mula zaman mulai kehidupan manusia hingga kepada berkembangya peradaban yang menyertainya. Demikianlah lakon kehidupan.
Waktu menguasai usia dan atas kuasa waktu  pula semua nilai akan mengalami penyusutan, tak terkecuali perasaan manusia. Kepedulian yang dulu penuh, perhatian yang dulu teguh akan perlahan juga memudar menjadi pedang tumpul oleh kuasa waktu. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah telah ditemukannya hal hal baru sepanjang jalan pengalaman, sehingga kepedulian dan kepekaan menjadi terkaburkan. Bagi orang yang berhati sensitive tentu ini bisa disebut sebagai pengabaian.
 
Mengenal seseorang sehingga begitu dekatnya  ibarat mengenal udara dalam kehidupan. Dia menjadi bagian tak terpisahkan dari tarikan dan hembusan nafas, memberi oksigen yang menyelenggarakan hidup. Dan ketika udara berganti tekanan, suhu, bau bahkan arahnyapun akan sangat mudah untuk dirasakan, tidak perlu kursus kepekaan rasa. Yang diperlukan hanya peduli sejenak memikir dan menyimpulkan. Akan lebih mudah lagi jika kita sanggup mengumpulkan dan memelihara rasa bersyukur sehingga menempatkan udara sebagai sesuatu yang istimewa.

Matapedang yang tumpul ibarat cahaya yang perlahan meredup. Keduanya menerbitkan ketidak yakinan dan lalu menganak pinakkan kebingungan tersendiri yang hanya berputar putar di dalam ingatan, melahirkan kesimpulan kesimpulan subyektif. Menemukan penyebabnya akan sedikit sulit, tetapi menginventarisir daftar ketidak sesuaian tentu lebih mudah. Dari daftar ketidak sesuaian itu semua bersumbu kepada adanya perubahan suhu, tekanan dan arah dari pergaulan.  Mata pedang menjadi tumpul karena terkikis oleh tebasan tebasan kepada pengalaman baru, kesenagan baru dan tentunya gairah gairah baru. Pemikiran menyisakan residu bahwa matapedang yang dulu tajam menusuk hati pada kenyataanya menjadi menumpul oleh kuasa waktu. Matapedang yang dulu ibarat sinar penerang gelap perlahan meredup oleh perubahan yang tak bisa terhindarkan. Ketajaman kepekaan persaan sudah jauh berkurang meskipun bukan sebagai pengabaian. Kepekaan, kepedulian dan fokus tidak sepenuh dulu.  
Ketergantungan terhadap teknologi dan gadget misalnya, telah menjauhkan orang dari kedekatan nyata di dunia nyata. Memang benar, pameo yang mengatakan bahwa gadget akan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Sungguh pameo itu hanya bisa diamini oleh mereka yang tidak telibat dalam melakukannya.  Gadget soelah menciptakan orang menjadi multi talenta, yang dapat mengerjakan banyak konsentrasi pada saat yang bersamaan. Bahkan pada saat seseorang bersama seseorang yang katanya istimewa. Bagaimana mungkin seorang yang menempatkan sesorang secara istimewa dapa ‘disambi’ dengan bercanda ria atau berbagi moment dengn group, atau bahkan mengobrol dengan orang lain entah dimana, entah siapa, bahkan mungkin saling merayu lewat alat canggih itu. Sedihnya lagi, ketika teguran disampaikan akan hal itu seolah samasekali tidak memiliki makna. Makna bahwa semestinya keberadaan mereka yang nyata lebih dihargai daripada hingar bingar dunia maya yang penuh dengan pemujaan akan popularitas. Tetapi kekuatan gadget memang luar biasa, dia bisa mengabaikan orang yang jelas jelas sekian senti dari tatapan mata.
 
Tanpa bermaksud menyalahkan kemajuan teknologi, gadget juga telah menjadi taman bermain rahasia yang berbahaya. Semestinya dunia maya juga  diperhitungkan sebagai media untuk menjaga perasaan pasangan, dengan tidak memamerkan kekaguman, kedekatan maupun intimasi dengan orang lain disana. Tumpulnya ketajaman mata hati seolah tidak membebani samasekali untuk mengekspose kedekatan keistimewaan orang orang pujaan di dunia maya. Tujuannya jelas, agar seluruh dunia mengetahuinya, tak peduli jika itu menyebabkan sakit hati atau bahkan orang lain bunuh diri. Tentu saja konfirmasi selalu berakhir dengan  “tidak ada apa apa” dengan mereka. Tentu saja, karena lidah tidak bertulang! Tetapi akal sehat juga bisa membaca dengan sangat mudah, hal yang terjawab sebagai tidak ada apa apa itu bukan sekedar tanpa makna. Tidak mungkinlah menempatkan orang asing untuk ditempel ketat di dunia maya, diikuti setiap gerak dan kegiatannya. Bukankah itu memuja?? Tidak mungkinlah orang samasekali asing namanya akan rajin mengiasi pujian dan pemujaan di dinding langit maya. Tidak mungkin kalau dia tidak mengitari hati Ah, sebenarnya disana ada banyak jarum yang siap merejam dada bagi sesiapa yang berhati lentur. Gadget dan dunia maya telah menumpulkan mata hati sebagai pecinta, bahkan sebagai manusia.

Tumpulnya matapedang penuntun hati juga dapat menyebabkan sikap inkonsisten. Inkonsistensi yang dapat mempengaruhi terhadap kepercayaan sedangkan kepercayaan adalah modal awal dari suatu hubungan. Janji janji kecil yang diingkari tanpa merasa bersalah, tanpa merasa terbebani sesungguhnya adalah cermin paling nyata dari ketumpulan perasaan itu. Pada skema yang lebih besar, hal yang lebih penting yang menyangkut kualitas dan status hubungan, maka akan sulit untuk disimpulkan oleh karena alasan yang banyak dan berubah ubah. Akan tetapi yang paling nyata dari inkonsistensi sebagai akibat dari tumpulnya kepekaan matapedang adalah ketidak sesuaian antara alasan yang disampaikan dengan kenyataan yang dijalankan. Semangat baru untuk membagi moment dengan dunia, dengan orang orang lain yang baru dikenal telah mengaburkan focus perhatian. Dan jika focus baru itu dulu disebut sebgai pelarian, pada kenyataanya telah menjadi rumah baru yang menentramkan. Maklum, disana ada pribadi pribadi baru  yang mengagumkan, yang lebih membutuhkan ketajaman mata pedang, perhatian, waktu dan sinar terang.
Matapedang kebanggaan sudah perlahan menumpul, aus termakan oleh waktu dan kejadian, aus oleh banyaknya excitement baru yang mengaburkan kepekaan. Bahkan ribuan huruf yang tersusun dalam kalimat sebagai penjelas dari isi hatipun tinggal hanya terbaca lalu terabaikan tanpa perasaan. Mungkin memang sudah tidak tajam lagi kalimat yang tersusun seperti halnya tidak tajamnya mata hati  pembaca dalam menyelami makna dari setiap kata yang terangkai.  Ya, hal hal baru terkadang menggaburkan focus kepada hal lama yang sudah ada dan menjadi bagian dari udara.
 
Ketertarikan kepada udara sudah terpecah pecah oleh ketertarikan  kepada hal hal lain yang lebih baru. Dinding langit yang dulu penuh graffiti akan kisah dua orang yang saling memuja rasa, perlahan kusam terbengkalai.  Jejak sepanjang jalan buntu itu sekarang sepi seolah tak lagi punya arti. Gemerlap dunia selebriti maya  telah mengalahkan keberadaannya, teabaikan seolah tidak pernah ada. Kedekatan fisik tidak lagi menentukan kedekatan hati, terbukti dengan tidak bermaknanya lagi tatapan mata bahkan ucapan berat berisi segala isi hati. Semua mengabur dalam dengkur, ditinggal pergi bermimpi penuh fantasi bak selebriti.  Udara menjadi tidak  menarik lagi , dan matapedang yang dulu selalu tajam menusuk relung kalbu ketika bedekatan sudah tumpul, sorotnya redup dan berganti arah ke alam baru penuh gempita.

Jika hal baru, dunia baru, kesenangan baru telah membius seluruh jalinan syaraf pikiran dan hati, maka ketajaman  kepekaan tenggang rasa akan menjadi tumpul. Perhatian dan kepedulian akan tinggal sebagai basa basi semata demi pura pura menjaga persaaan. Maka akan bijak jika kemudian hal itu diterima sebagai bagian dari cerita yang memang harus terjadi, seperti halnya kedaaan hari ini yang terbentuk oleh hal hal wajar alami sebelumnya. Memberikan yang terbaik selagi bias dan selagi memungkinkan adalah cara bijaksana sebagai langkah mini pembuktian diri  bahwa perbuatan baik tidak pernah sia sia. Baru kemudian, siapkan hati untuk dapat kuat menerima perihnaya matapedang yang tumpul menembus jantung; saatnya berakhir satu  riwayat kehidupan. Mati tinggal nisan kenangan dan lalu terlupakan!
 
Jogyakarta 160305