Saturday, June 02, 2012

Tenggur




Si Lia anak Mak Layur hari ini menikah. Kelas dua SMU, tiga bulan hamil oleh Jay pacarnya yang anak Kampung Lubang Buaya. Pestanya besar besaran, tiga malam anak anak remaja teman kakaknya begadangan. Puncaknya hari ini, pagi pagi ke KUA, akad nikah dengan maskawin uang seraturs ribu. Acaranya khidmat, si Mada Caplang kakaknya yang jadi walinya oleh sebab bapaknya lia sudah enam tahun di akherat. Seharian speaker besar melantumkan lagu lagu campur aduk, dari lagu Sunda, Dangdut, Barat, Betawi, bahkan lagu lagu alay jaman sekarang; girl band dan boy band!

Lia bukan jenis gadis periang dan banyak inisiatif, haus ilmu pengetahuan dan punya khayalan liar tentang penjelajahan, tentang pengetahuan dan pengalaman. Dia hanya anak bontot pendiam dengan sorot mata yang nyaris tak bercahaya, dan kabarnya jika ada kemauannya tidak dituruti, atau dia ada dipuncak marahnya, maka segala perabotan dan barang barang dirumah akan hancur lebur menjadi sasaran kedahsyatan amukannya. Dia sejenis anak yang harus selalu terpenuhi keinginannya dan emaknya tidak punya pilihan lain dikarenakan kecintaanya pada titisan darah dan ruhnya yang menjelma jadi cantik jelita, hamil pula. Pacarnya kebetulan sesama ABG, bermuka tiris dan punya potensi merusak kehidupan orang lain. Type cowok ABG yang diidamkan cewek cewek ABG karena tampang. Enah bagaimana ceritanya, yang pasti Lia hamil oleh lelaki yang hari ini resmi menjadi suaminya. Jay.

Sewaktu zaman dimana nilai moral masih menjadi azas yang berwibawa, kejadian Lia tentu adalah aib keluarga yang menghancurkan banyak aspek. Orang menyebutnya Tenggur, sebuah abreviasi dari Meteng Nganggur (hamil tanpa nikah). Berbulan bulan orang orang akan memperbincangkan dengan sembunyi sembunyi perihal kehamilan yang tidak dilengkapi dengan status suami bagi si hamil. Dari gossip, berkembang jadi desas desus yang selalu ditunggu kelanjutan kisahnya. Menjadi pembicaraan negatif orang orang dilingkungan tentunya aib sebagai hukuman yang sangat berat bagi nama baik keluarga. Sebab keluarga adalah investasi sosial.

Saking aibnya, banyak usaha dilakukan orang kurang cerdas ini untuk menutup nutupinya. Meng- abort proses yang sedang jalan menjadi solusi paling umum; gugurkan kandungan. Pada level yang lebih ekstrim, aib justru dicoba di delete pada saat si janin sudah menjadi orok yang berarti menjadi seorang manusia yang kelak mungkin jadi pemimpin dunia. Untuk menyembunyikan pelanggaran moral memang kadang diperlukan laku amoral. Sebuah jibaku dengan taruhan nyawa yang mengandungkan atau yang dikandungkan. Banyak contoh teman teman Lia yang mati dicekik pacarnya hanya karena diminta bertanggung jawab atas sperma yang mulai menggumpal di rahim.  Lia sungguh orang yang beruntung!

Miris juga, ternyata soal tenggur bukan lagi menjadi hal yang terlalu mengganggu. Ada degradasi moral di lingkungan kita yang sebenarnya sangat memprihatinkan. Mak Layur mungkin bisa menjadi salah satu prototype statement diatas itu. Nyatanya pernikahan anak bungsu tersayang berjalan lancar jaya, semua seusai dengan anggaran dan lebih melegakan lagi pihak mertua yang kebagian sebagai donatur wajib dan lagi tunggalnya. Mertuanyalah yang harus menanggung sejumlah angka atas kebejatan anak laki laki mereka membejati anak perempuan Mak Layur. Prosesnya sama dengan prosesi pernikahan Betawi pada umumnya. Pakai nyebar undangan, pakai datang kerumah rumah memberitahu, pakai pengajian majlis taklim, pakai acara resepsi juga meski kali ini tanpa organ tunggal.

Sama sama pernikahan, tetapi motif dari terjadinya pernikahan itu sebenarnya yang menentukan ruh yang dapat dirasa dari pesta perkawinan. Perkawinan normal datang dari dua orang dari dua lembaga berbeda yang menggalang niat sangat kuat untuk mendirikan satu lembaga baru sebagai penanaman modal sosial. Persiapannya bertahun tahun, kalkukasi segala macamnya termasuk kriteria pasangan pengantin sudah diperhitungkan masak masak dan hati hati, menghindari zero accident. Pernikahan seperti itu akan terasa memang khidmat, dihadiri teman dan kenalan yang datang mengucapkan selamat dengan tulus, membagi kebahagiaan dengan perjamuan dan suasana menyenangkan. Perkawinan karena tenggur kebalikan dari itu semua!

Betapa nikmatnya menjadi masyarakat sederhana, yang menjunjung tinggi kepatutan dan perilaku susila. Sebuah lingkungan beradab yang jauh dari intervensi hukum karena sedikitnya kejahatan dan pelanggaran norma sosial. Dari lingkungan seperti itulah semestinya bayi bayi lahir dan tumbuh dewasa dengan ketulusan dan memegang teguh misi untuk selalu mengumpulkan kebaikan dimuka bumi. Bukankah dengan mengumpulakn kebaikan maka seseorang akan memiliki kesempatan lebih untuk membagi kebahagiaan yang lebih besar (?). Ketika setiap perilaku tunduk pada mazab formalistis, niscaya setiap yang beridentitas Indonesia adalah agung dan mulia, oleh perilaku warga negara maupun tamu tamunya.

Betapa nikmatnya menjadi masyarakat sederhana, dimana setiap orang berlaku dan bersikap apa adanya. Ternyata, sejarah peradaban dunia bermula dari hubungan cinta antar manusia. Tidak peduli jenis kelaminnya!

Gempol 120602